Monyet Mengatakan, Monyet Melakukan

Diterjemahkan sesuka hati dari cerpen Etgar Keret berjudul 'Monkey Say, Monkey Do' yang terhimpun dalam buku The Girl on the Fridge. Gambar saya ambil dari Pixabay.

--



“Pisang,” pintanya.

Aku tidak mau.

“Ayo, Sayang. Tunjukkan kepada pria baik bagaimana kau memakan pisang.” 

Biarkan pria baik yang makan pisang. Aku sudah selesai dengan ini, untuk selamanya.

“Maaf, Dr. Gonen, tapi ini sama sekali tak dapat diterima. Menyeret saya jauh-jauh dari Sydney hanya untuk menyaksikan ia duduk di sana, di kandangnya dengan mata terpejam, mengangkat bahu. Waktu saya sangat berharga, kau tahu, dan saya tidak akan menyia-nyiakannya dengan satu alasan dan la—”

“Maaf, Profesor Strum, aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Sepertinya ia mungkin kesal dengan semua keributan ini. Ia tak terbiasa dengan orang asing. Jika kau bersedia menunggu di luar selama beberapa menit, aku tahu aku bisa membuatnya merespons.”

Jangan terlalu yakin, Sayang. Jangan terlalu yakin.

“Lima menit,” ujarnya, dan aku mendengarnya berjalan pergi. “Lima menit.” Pintu menutup, dan kunci berputar.

“Tolong, Sayang,” katanya, membelai buluku. “Bicaralah kepada pria itu, tunjukkan kepadanya betapa pintarnya engkau.”

Tangannya menyentuh bolaku sekarang, dan penisku mulai menegang. Tapi aku tidak membuka mataku.

“Sungguh, Sayang,” katanya dan terus membelai. “Lakukan ini untukku. Kalau tidak, mereka akan menutup proyek...”

Hening.

“... lalu kita enggak akan bisa tetap bersama lagi.”

Jadi kami tidak akan bersama. Aku mendapatkan harga diriku, bukan? Belaiannya datang lebih cepat sekarang. Rasanya begitu enak. Tapi aku tidak membuka mataku, tidak mengatakan sepatah kata pun, tidak memberinya apa pun.

“Lima menit sudah habis, Dr. Gonen,” terdengar suara dari balik pintu yang terkunci. Aku membuka mataku hanya sedikit. Dia memperhatikan, berhenti membelai, dan mendekatkan wajahnya.

“Jika itu yang kau inginkan, itulah yang akan kau dapatkan,” bisiknya. Dia melepas jepit rambutnya dan membiarkan rambutnya tergerai. Jatuh ke bahunya. Dia mengusap jari-jarinya. Dia wanita yang menarik.

“Ada banyak profesor di sekeliling sini yang menyukai sebuah kesempatan untuk melihat kepalamu terbuka dan melihat ke dalam otakmu,” katanya. “Aku selesai denganmu. Mulai sekarang, kau milik mereka semua.”

“Dr. Gonen,” terdengar suara dari luar lagi, dan ada sentakan pada pegangan pintu yang terkunci.

“Profesor Strum,” bisiknya melalui pintu dan memutar kunci. “Tolong, panggil aku Yael.”

Sebelum dia membuka pintu, dia membuka kancing atas blusnya.

“Yael,” mengulang suara itu dari sisi lain pintu.

Bibirnya bergerak, dengan diam-diam, tapi aku bisa mendengarnya.

“Monyet goblok,” katanya.

21 Comments

  1. Awalnya saya pikir ini cerita tentang film Kingkong karena dilihat dari gambarnya haha.

    Jujur saya gak bisa relate sama cerpennya, udah ngulang2 baca tapi tetep aja gak paham. #RIPME

    ReplyDelete
    Replies
    1. Susah habisnya cari gambar monyet yang bareng cewek. Ketemunya itu.

      Enggak apa-apa, jangan dipaksakan.

      Delete
  2. Bolak balik baca gak nangkap juga saya. cuman fokus ma bola aja hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Giliran menyangkut bola ajaib cepat nih si Bang Day. :p

      Delete
  3. Dua kali baca tapi kok ambigu yah hahaha atau pikiran saya aja yang memang mengarah entah kemana ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ambigunya kenapa? Karena ceritanya sesingkat itu dan tanpa penjelasan?

      Delete
  4. Saya suka Etgar Keret karena dia tidak cerewet.

    ReplyDelete
  5. Replies
    1. Oke, biar enggak ada yang bingung lagi, saya coba jelaskan semampunya selaku sang penerjemah gadungan.

      Itu intinya si perempuan pengin nunjukin ke si profesor kalau monyetnya cerdas dan penurut dan apa lagi entahlah dengan suatu motif tersembunyi. Kayaknya mereka mau menjalin kerja sama. Sialnya, si monyet yang dibilang goblok ini udah muak atau kelewat cerdas, makanya memilih diam sekalipun udah dibelai sama si cewek.

      Gagal menggoda monyet, cewek itu menggerai rambutnya dan membuka kancing atas blusnya, terus minta dipanggil Yael (mungkin namanya?). Jadi, ini dugaan saya mau menggoda profesor biar rencananya dia tetap berhasil.

      Delete
  6. Berat...berat... memilih cerita pendek yang pemaknaannya dalem buat diterjemahkan lagi.

    saya cukup mengerti sih, sebab udah lama mengenal idiom "monkey see, monkey do" dan "monkey business". Judul cerita ini sepertinya berlandaskan pada idiom sejenis.

    monkey see, monkey do. monyet akan melakukan apa yang dilihatnya.

    monkey say, monkey do. monyet akan melakukan apa yang dikatakannya.

    dalam dunia fiksi begini, ya, jangan mengartikan monyet itu secara general. tapi anggaplah profesor perempuan tersebut sebagai monyetnya. apa yang akan dia lakukan di balik pintu itu? bakal sama seperti apa yg dia ucapkan pada objek monyet percobaannya. ya, dia akan memulai dengan "memakan pisang".

    terjemahan kali ini emang berat sih, Yog. saya gabisa ngoreksi bagian mananya yang salah. ada banyak faktor soalnya diluar alih bahasanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anehnya, saya suka yang begini-begini, Haw. Hahaha. Punya makna atau tafsir yang lebih dari satu.

      Saya juga bagusnya udah tahu idiom itu, makanya paham. Dapat juga pemaknaan seperti yang kamu tulis. Pemikiran nganu itu jelas muncul di kepala.

      Tapi dari apa yang saya tangkap, simpelnya saya jelaskan di balasan komentar Firman itu.

      Alasan saya menerjemahkan sih bukan perkara berat, tetapi karena suka sama ceritanya.

      Delete
    2. iya, yog. sama aja sih sepertinya tafsir kita. saya mah mengabaikan saja tentang motif di balik tindakannya. tulisan etgar seringnya menunjukkan fenomena yg terjadi di keseharian, jadi itu "proyek" bisa masuk ke semua bidang.

      saya lebih fokus pada judul, dan penjabarannya melalui karakter. karena POV nya monyet, paling tidak kita tahu kalo monyetnya percobaannya pintar. untuk menguatkan maksud judulnya, dia membuat monyet percobaannya nggak selalu membisu, dan nggak melakukan apa-apa. (nothing to say, nothing to do).

      oiya, ini saya nemu bagian yang kayaknya rada aneh pas dibaca.

      "jka kami tidak akan bersama, aku merasa bangga." maksudnya dia senang bisa bebas kan. apa iya penggunaan "merasa bangga" itu tepat?

      lalu yang "Ada banyak profesor di sekitar sini yang menyukai kesempatan melihat kepalamu..." kayaknya menggunakan kata "di sekitar sini" rada awkward, bagaimana menurutmu kalo terjemahannya dicari padanan lain, misal "di tempat ini" atau "di wilayah ini"?

      "menyukai kesempatan" juga aneh kedengarannya. mungkin bisa diubah ke "berharap bisa"

      Delete
    3. aelah... malah berantakan kalimatku. itu maksudnya:

      monyetnya percobaannya = monyet percobaannya

      nggak selalu membisu = selalu membisu dan tidak melakukan apa-apa

      *akibat memperbaiki typo tapi nggak dihapus dengan tuntas sebelumnya. mending typo aja kalo gini saya mah xD

      Delete
  7. Waduh, bagian bangga itu saya terpaku sama "pride", mestinya soal harga diri si monyet lebih tepat ya.

    Kata aslinya "around", saya kepikirannya sekitar doang. Kalau menyukai kesempatan memang yang pas itu karena "love chance". Enggak bisa kalau berubah, sesuai saranmu. Biar saya coba baca ulang dan perbaiki lagi deh ya. Haha. Kemarin belum dikoreksi lagi, sih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hmmm... coba tanya ke mayang saja, Yog. sepertinya dia bakal bisa ngasi padanan yg lebih tepat. sehingga yg baca jg gak ngerasa janggal.

      Delete
  8. Wow sangat straight ya. hahaha.

    Yang gue bingung cuma ini yog. Ini kan pov-nya dari monyet ya. Yang pertama bilang "pisang" itu Gonen. Di pembuka dia kayak ngasih pisang gitu kan ke monyetnya ya. Tapi di awal ditulisnya "pintanya". jadi seakan2 kayak Gonen yang minta, bukan ngasih. Tapi gatau deh. Salah nangkep kayaknya gue hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu pas gue baca Inggrisnya kan "begged", Di, terus di otak gue sih dia mintanya ini semacam permintaan tolong agar si monyet makan pisang, biar menunjukkan ke profesor bahwa monyet penelitiannya ini penurut. Haha. Kalau tetap bingung, semoga ke depannya bisa lebih cermat memilih padanan. Makasih koreksinya ya.

      Delete
  9. Girl on the Fridge ini salah satu buku favorit saya. Udah lama ga nerjemahin fiksi, Keret sering dipilih (soalnya pendek2, selain emang lagi ngehit).

    Sebagai yg paham konteks, dan udah terbiasa makan cerpen Keret, saya sih ga punya masalah. Mungkin bisa tuh selain nerjemahin, tambahin semacam interpretasi personal dari kitanya, dihubungin sama konteks lokal, biar lebih relate.

    Terus ini faktor ekstrensik sih, biar pembaca agak paham konteksnya, mungkin bisa ilustrasinya pake "sexy scientist", ilmuwan sangean, satu topik populer di bokep haha. Saya curiga Keret juga ada inspirasinya dari sini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pendek dan bisa cepat rampung. Ya, meskipun kadang susah memahami konteks tulisannya.

      Wah, nuhun banget masukannya, Rif. Semoga lain kali bisa dibuat interpretasi begitu.

      Kemungkinan memang terinspirasi, sih. Haha. Kemarin lagi malas cari gambar nganu, dan udah terbiasa buka Pixabay. Lain kali mungkin bisa diterapkan dan lebih giat cari foto buat mendukung tulisan.

      Delete
    2. Iya itu, susah biar bisa ngereka ulang konteks si Keret ke kesadaran kita. Dulu pernah nerjemahin satu cerpennya buat dikirim ke media, karena ada editor, terjemahannya dipoles lagi dan pastinya jadi jauh lebih bagus. Latihan nerjemahin ini selain ngasah kemampuan Bahasa Inggris, juga nyadarin kalau kita masih belum benar2 maksimalin Bahasa Indonesia kita.

      Kalau soal ilustrasi, saya tim Unsplash sama screenshot film dan anime haha.

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.