Musik sebagai Teman Membaca

Kala saya duduk di bangku SD, sekitar tahun 2000-2006, musik-musik yang biasa saya dengarkan adalah Slank, Iwan Fals, Peterpan (yang kini telah berganti nama menjadi Noah), Dewa, dan Sheila on 7. Saya cuma bisa menikmati lagu-lagu lokal. Saat itu, saya memang tidak tahu mengenai musik-musik luar negeri atau yang berbahasa Inggris, sebab dulu referensi saya sangat terbatas. Saya hanya bisa mengenal musik dari televisi atau radio. Pada zaman itu, internet terbilang masih cukup langka. Warnet-warnet pun kalau tidak salah baru menyediakan permainan Counter Strike. Jarang sekali yang sudah ada online games.

Syukurnya, saat memasuki SMP saya dijejali banyak lagu luar oleh teman-teman di kelas. Saya tidak tahu mereka mengetahui lagu-lagu tersebut dari mana. Entah karena mereka terbiasa membaca majalah musik, sudah mengenal internet, atau mungkin saya saja yang memang kurang pergaulan. Terlepas dari hal itu, yang penting saya jadi berkenalan dengan musik-musik baru. Saya mulai mengetahui Linkin Park (yang sebelumnya ternyata sudah saya dengarkan ketika bermain Winning Eleven di PlayStation 1), Blink 182, Green Day, My Chemical Romance, dan Thirty Seconds to Mars. 





Saya selalu mendapatkan informasi ataupun rekomendasi lagu-lagu luar negeri dari seorang teman. Tidak pernah saya mendengarkannya sendiri lantas menyukainya sebelum diberi tahu sama sekali oleh orang lain. Hingga suatu hari, muncul sebuah anime yang bercerita tentang dunia ninja di Global TV, yakni Naruto.

Berawal dari film animasi itu, saya bisa mengenal sebuah lagu yang entah mengapa sampai saat ini masih menjadi favorit. Bisa dikatakan, saya jarang menonton filmnya karena jam tayangnya bentrok dengan jam pulang sekolah: pukul 14.00. Satu episodenya berdurasi sekitar 30 menit, sedangkan jarak dari sekolah ke rumah sekitar 15-20 menit jika dijemput oleh ayah saya menggunakan motor. Kalau saya naik angkot plus jalan kaki, tentu bisa 30 menit atau lebih. 

Saya kerap kali menonton Naruto selama 5-10 menit saja (belum kalau dipotong iklan). Setelah itu film habis dan saya jadi kesal. Bahkan, tak jarang saya hanya disuguhkan lagu penutup anime tersebut. 

Don't try to live so wise 
Don't cry 'cause you're so right 
Don't dry with fakes or fears 
'Cause you will hate yourself in the end

Saking seringnya mendengarkan lagu itu, saya jadi terngiang-ngiang akan frasa “don’t cry”. Saya pas SMP memang belum mahir berbahasa Inggris (malahan sampai sekarang juga masih pasif), tapi setidaknya saya sudah mengerti arti “don’t cry” itu. Jangan menangis. Meskipun saya sering ketinggalan untuk menonton filmnya, nggak perlulah sedih-sedihan. Toh, berakhirnya film animasi itu tetap bisa saya nikmati lagunya. Saya pun otomatis jadi lebih menyukai lagu itu ketimbang filmnya sendiri.

Saking candunya akan lagu tersebut, akhirnya saya harus ke warnet demi bisa mendengarkan lagunya. Saya belum memiliki ponsel kala itu. Ponsel ayah saya pun belum ada mp3. Jadi, warnet adalah satu-satunya cara untuk mendengarkan lagu OST. Naruto. Sayangnya, begitu sudah di warnet dan saat saya ingin cari di Indowebster (situs pemutar musik yang pernah hits pada zamannya) kok malah nggak ada. Ketololan itu terjadi karena saya mengetiknya: “lagu Naruto – Don’t Cry”. Ya, saya nggak tahu penyanyi ataupun judul lagunya. Modal nekat yang berakhir memalukan. 

Namun, tak lama setelah itu saya pun tahu judulnya. Keesokan harinya, di sekolah saya menyimak obrolan teman-teman tentang Naruto pada jam istirahat. Walaupun saya sering nggak nyambung karena ketinggalan episodenya, setidaknya saya mendapatkan informasi mengenai judul lagu tersebut. Ada salah seorang teman yang bertanya, “Lagu Naruto yang pas habis judulnya apaan, sih?” 

Saya langsung membatin, Eh, ada yang nggak tahu juga ternyata. Gue nggak sendirian

“Yang episode keberapa?” respons teman lainnya. 

Teman yang bertanya itu kemudian bilang pokoknya ada “don’t-cry-don’t-cry” gitu. Salah satu teman yang sudah memiliki ponsel canggih, lalu memutar lagu itu sambil memastikan, “Yang ini, bukan?” 

“Betul, yang itu.” 

“Akeboshi – Wind.” 

Akhirnya, misteri pun terpecahkan.

Akeboshi - Wind (OST. Naruto)




Memasuki SMK, saya akhirnya memiliki ponsel berkat menabung bertahun-tahun dan mendapatkan sedikit tambahan uang dari orang tua. Lagu Wind tentu saja masuk ke daftar lagu saya. Pernah suatu waktu saya coba untuk mendengarkan lagu itu sambil membaca buku pelajaran. Sepanjang lagu itu melantun, entah bagaimana ada rasa nyaman menikmati dentingan piano dan permainan drumnya. Sejak itulah saya semakin menggemari lagu Wind dan menjadikannya sebagai teman membaca sampai saat ini. 


Setelah membuat tulisan Musik sebagai Teman Menulis, saya merasa kurang lengkap kalau tidak melanjutkannya dengan tulisan ini. Saya paham betul kalau proses menulis dan membaca tidak dapat terpisahkan. Supaya melengkapi tulisan sebelumnya, ya saya mesti bikin tulisan ini. Walaupun sebetulnya lagu-lagu pada tulisan teman menulis tersebut dapat juga didengarkan untuk teman membaca.

Namun, saya pikir tidak ada salahnya kalau mendengarkan lagu-lagu yang lain dan sekalian berbagi referensi. Selain itu, lumayan juga buat nambah-nambah tulisan di blog.

Berbeda dengan lagu yang saya dengarkan ketika menulis, yang mana mesti instrumental agar tidak terganggu konsentrasinya. Nah, kalau untuk teman membaca, saya masih bisa fokus meskipun mendengarkan lagu yang terdapat lirik. Yang penting, lagu-lagu itu liriknya berbeda bahasa dengan tulisan yang sedang saya baca. 

Sejauh ini, saya membaca tulisan—baik itu novel, cerpen, puisi, komik, ataupun artikel di internet—yang dominan berbahasa Indonesia. Jadi, saya cukup mendengarkan lagu-lagu yang berbahasa asing agar tetap fokus membaca. Selain lagu Wind yang sudah saya bahas di pembuka tulisan, inilah daftar lagu yang menemani saya membaca. 


Folder5 - Believe (OST One Piece)



Setelah Naruto, One Piece menjadi anime berikutnya yang saya tonton. Lagu Believe yang saya dengarkan pertama kali adalah versi bahasa Indonesia. Saya merasa aneh dengan liriknya. Karena tidak puas, saya pun mencari versi aslinya di internet. Yang tentu saja lebih enak didengar. Menurut saya, lagu Believe ini memiliki semangat di dalamnya.

Watashi wa tsuite yuku kara atsui KIMOCHI~ 

Apa yang terpikirkan saat mendengar atau membaca kata “kimochi”? Apakah langsung terbayang perempuan JAV yang mendesah saat sedang bersanggama? Ya, kimochi memang berarti membara atau panas. Namun, ini panasnya lebih ke sebuah semangat, bukan panas karena lagi sange

Terlebih lagi lirik Believe in Wonderland itu jelas sekali maknanya. Membuat kita percaya akan negeri impian. Ketika saya membaca tulisan yang surealis atau absurd, lagu ini bisa membuat saya untuk mempercayainya saja dan nggak perlu pusing memikirkannya. Apalagi tempo dalam lagu ini cukup cepat, maka proses membaca saya pun bisa jadi lebih cepat dari biasanya.


Rusa Militan - Black Sun




Zaman kuliah adalah masa ketika saya perlahan-lahan mengurangi musik yang bergenre hardcore. Sejak salah seorang teman menjejalkan saya musik bergenre folk, saya jadi lebih nyaman mendengarkan musik yang kalem-kalem. Hardcore entah kenapa malah terlalu bising di kuping. 

Dari beberapa musik folk seperti Float, Payung Teduh, serta Banda Neira, saya pun akhirnya berkenalan dengan Rusa Militan (band folk dari Bandung) lewat lagunya yang berjudul Senandung Senja. Ketika sangat menyukai sebuah lagu, apalagi berasal dari Indonesia, saya otomatis segera mencari lagu-lagu lainnya.

Sedihnya, lagu-lagu yang ada di Youtube baru sedikit dan saya merasa kurang terpuaskan. Lalu saya sempat berpikir kalau Senandung Senja adalah lagu mereka yang terbaik. Tapi tak lama setelah itu, saya kudu menarik lagi kalimat itu dari pikiran saya. Semua itu disebabkan oleh lagu Black Sun. Walaupun sampai saat ini saya nggak tahu liriknya, tapi musiknya betul-betul memikat telinga.

“Rusa Militan itu suara alam,” ujar Mario—selaku vokalis yang merangkap gitaris, pada salah satu video musik yang saya tonton. 

Band ini ternyata betul-betul menyuguhkan musik seperti yang mereka cita-citakan. Suara alam yang ingin mereka tampilkan sungguh tersampaikan ke pendengar, sebab lagu ini seolah-olah membawa saya ke alam bebas.

Petikan gitar akustik yang asyik. Gesekan biolanya pun terasa begitu syahdu. Apalagi ada bunyi xilofon yang terdengar unik. Suara dari tamborin—biasa disebut kecrekan—juga menambah daya pikatnya. Paduan kesemua alat musik itu menghasilkan energi yang mendamaikan hati. Ketenangan yang mereka ciptakan di lagu ini pokoknya cocok sekali untuk teman membaca.


Fleet Foxes - Helplessness Blues




Masih menyambung tentang Rusa Militan, saya menemukan mereka meng-cover lagu Mykonos dari band Fleet Foxes. Merasa haus, penasaran, serta ketagihan akan musik folk, saya pun langsung mencari tahu lebih lanjut tentang band ini dan mulai mendengarkan lagu dalam versi aslinya. Lagu mereka rupanya keren-keren. Saya seakan menemukan harta karun sesudah mendengarkan musik mereka. Nah, yang paling menjadi favorit saya adalah lagu Helplessness Blues. Mendengarkan lagu ini sungguh bikin tenteram, hingga proses membaca pun jadi lebih menyenangkan.

I was raised up believing
I was somehow unique
Like a snowflake distinct among snowflakes,
unique in each way you can see


The Paper Kites - Bloom




Sebuah cerita yang dibuka dengan matahari atau pagi atau bangun tidur, itu pasti terasa sangat klise dan membosankan. Namun, kebosanan itu tidak hadir dalam lagu ini. Sweet, satu kata itulah yang paling pantas untuk menggambarkan lagu ini. Liriknya terasa romantis dan tidak menye-menye. Saya seakan-akan dibawa ke sebuah pagi yang menakjubkan, di mana malamnya saya dapat tidur nyenyak dan bermimpi indah. Intinya, lagu ini seperti menawarkan harapan akan hari yang baru. 

Selain petikan gitarnya yang aduhai, lagu Bloom juga terdapat siulan yang menambah rasa mantapnya. Walaupun belum bisa menggantikan siulan Wind of Change dari band Scorpions yang benar-benar menempel, seenggaknya siulan dalam lagu ini tetap asyik bagi saya. 


Blackpink - Boombayah




Sejujurnya, saya tidak menyukai drama Korea maupun film sejenisnya, sebab hidup sudah terlalu banyak penderitaan dan nggak perlu ditambah drama lagi. Walaupun dengan menonton drama saya bisa melarikan diri dari realitas, tapi saya malas terbuai akan hal-hal terlalu romantis di film drama tersebut. Bahkan, saya sempat membenci segala hal yang berbau Korea. 

Namun, kebencian itu luntur setelah menonton film Miracle in Cell No. 7 dan Oldboy. Sayangnya, saya masih belum tergoda untuk mendengarkan lagu-lagunya. Saya masih ingat ketika Indonesia dibanjiri lagu-lagu boyband dan girlband. Banyak yang nggak menyukai kehadiran mereka. Beberapa teman dekat saya sewaktu SMK pun sangat menghindari musik-musik sejenis itu. Saya mau tidak mau jadi terpengaruh. Dan musik kesukaan kami adalah genre hardcore. Meski musik hardcore akhirnya tergantikan dengan folk, tapi gagasan akan tidak sukanya lagu Korea itu terus melekat di otak.

Syukurnya, saya cepat tersadar kalau mendengarkan musik itu jangan dibatas-batasi segala. Oleh karena itu, ketika akhir tahun 2016 ada salah satu following (saya lupa siapa) yang menyebarkan tautan di Twitter: Blackpink – Boombayah, lalu ia memuji musik dan koreografinya yang bagus. Saya, sih, menyukai thumbnail-nya, yaitu perempuan yang memakan permen karet dan membuatnya jadi balon. Saya pun mencoba untuk memutar videonya.

Video musik yang saya tonton itu seperti menawarkan hal baru. Saya baru tahu kalau lagu Korea juga ada rapnya. Berkat pandangan dan pemikiran yang baru, saya nggak pengin lagi asal menilai suatu lagu sebelum mendengarkannya terlebih dahulu. Lagian saya pikir, bernyanyi sambil menari itu juga susah.

Saya awalnya sempat mengira kalau tarian-tarian empat perempuan itu bagaikan tarian pemanggil hujan atau upacara menyembah Raja Kadal. Meskipun demikian, saya lama-lama kok membatin, Ya Allah, pengin joget. Secara tidak langsung, berarti saya menyukai musiknya. Jika saya membaca tulisan yang berbahasa Inggris, saya kira lagu berbahasa Korea ini bisa jadi alternatif untuk menemani bacaan. Ya, daripada konsentrasi saya buyar karena tetap mendengarkan lagu yang juga bahasa Inggris. 


Blackpink - As If It's Your Last



Saya agak kurang sreg sama lagu Blackpink lainnya, tapi lagu terbarunya yang berjudul As If It's Your Last ini menurut saya lebih oke dari Boombayah. Apalagi di lagu ini saya jadi lebih sadar akan kecantikan salah satu personelnya yang berwajah paling beda, yaitu Lisa.

Saking terpesonanya, saya pun jadi ikut menyanyikan lirik yang bagian Lisa, Majimak codot. Ma-ma-majimak codot~ 

Begitu, sih, yang saya dengar. Tapi sesudah saya membaca liriknya, ternyata yang benar ialah Majimakcheoreom. Ma-ma-majimakcheoreom. Apa pun lirik dan artinya itu, saya tidak begitu peduli. Pokoknya selama musiknya enak didengar bagi saya sudah cukup. Saya juga belum tahu, sih, selanjutnya akan menyukai girlband-girlband Korea lainnya atau tidak. Saya sudah telanjur jatuh cinta sama Lisa Blackpink. Biarlah waktu yang akan menjawabnya.

“Tapi yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.

Lisa abadi. 



--

Sumber gambar:

- Perempuan membaca buku: Pixabay
- Lisa: https://pm1.narvii.com/6502/247a4e0ad1190b554157702d0fb8c9034824c60c_hq.jpg

41 Comments

  1. Udah lama nggak ke blog Yoga~

    Langsung cari tau lagunya Naruto itu! Haha. Ada juga tuh yang asik. Soundtrack anime juga kayaknya. Cuma lupa apaan judulnya. Animenya pun nggak pernah nonton. Cuma tau lagunya aja, itu juga iseng karena temen ngeshare.

    Pas lagi baca blog ini, lagu yang menemani adalah lagu-lagunya HoneybeaT. Tau nggak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat datang kembali ke blog ini, Bil.

      Lagu apaan itu? Pernah denger, tapi nggak inget lagu atau penyanyinya. Kocaklah~ Bahaha. Honeybeat saya kayak pernah tahu deh. Yang ada pianikanya gitu bukan, sih?

      Delete
  2. Wah jaman gw SD gw dicekokinnya lagu lagu nya RHOMA IRAMA sama tetangga gw, yg dandannya menyerupai bang rhoma, ampe kepotongan jenggotnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beda generasi atau referensi kayaknya kita, Bang. :))

      Delete
  3. Saya masih kalem dan manggut-manggut baca paragraf pertama, ternyata selera musik anak cowok itu memang pada umumnya begitu. Sampai akhirnya......
    JENG JENG JEEEENG.... tercengang pas tahu 2 lagu terakhir malah ada lagunya Blackpink. XD
    Wah ternyata ka Yoga ini bisa terbius juga sama bumbayah dan majimakcorom xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terkejut, kah? :p Ya, bisa-bisa aja sih, Nur. Apalagi Lisa manis gitu. :3

      Delete
  4. Jujur sih, Mas. SD itu aku belum begitu tahu banyak tentang musik band-band gitu, tahu-tahu waktu SMP. Itu pun dari temen. Makin kesini makin tahu dan bisa memilih mana musik yang menurutku enak didengar..

    Tapi makin masuk ke SMA hingga kuliah lebih suka instrumen gitu, Mas.
    Dan itu semua lagu yang ada diatas, nggak kenal semua aku..he
    Lingkungan memang mempengaruhi banget ya..he

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wih, fokus terus dong dengerin instrumen? Ehehe. Ya, lingkungan atau lingkaran di sekitar emang biasanya memengaruhi.

      Delete
  5. isa beda sendiri, dia kan dari Thailand atau mana gitu. Cantik emang ya

    ReplyDelete
  6. Lagu pertama yang saya hapal itu lagu Peterpan ada apa denganmu. Ya karna lagi hits banget waktu itu. Band luar negeri yang pertama saya hapal lagunya yaitu Linkin Park - numb karena maen ps lagunya itu wkwkwk.

    Emang lagu Naruto banyak yang enak-enak salah satunya wind, pas SMK udah bisa download anime sendiri ternyata banyak banget anime dengan lagu yang enak juga.

    Pokoknya saya mah lagu apa aja dah, genrenya bebas yang penting enak didenger. Tapi emang lebih suka ke lagu instrumental gitu kayak jurrivh kalo buat baca sama nulis.

    Tapi akhir-akhir ini lagi dikurang-kiranginlah buat denger musik. Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Usia kita nggak jauh beda berarti, Sep, kalau kamu merasakan zaman di mana lagu itu lagi hits. Iya, lagu anime banyak yang enak. Tapi Wind lagu anime pertama dalam bahasa Inggris yang saya dengar deh. Ehe.

      Sebetulnya emang instrumental kalau pengin fokus nulis maupun baca. Ini saya aja yang sok-sokan tetap fokus selama baca tulisannya beda bahasa dengan lirik lagu yang saya dengarkan.

      Delete
  7. Ini berasa multitasking banget otaknya. *Beuh multitasking. Hahaha, gara-gara habis nulis buat lombanya ASUS ini. Jadi kenal istilah multitasking* Kalau saya sih nggak bisa itu, mbaca sambil ndengerin musik. Fokusnya bakal langsung buyar. Makanya kalau pas ndegerin musik, paling ya kalau bener-bener waktu luang.

    Indowebster ya Allah. Itu tempat download paling merakyat. Semua ada disono. Kalau saya mah dulu seringnya buat download pokemon the series, tapi akhirnya nggak pernah selesai buat ngikuti tiap episodenya gegara nggak setiap waktu bisa main ke warnet.

    2NE1 - I'm the Best.
    Itu juga bikin "pengen goyang" XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukannya istilah multitasking udah cukup terkenal dari kapan tahu, Wis? Caileh yang ikutan lomba. :D Mungkin fokus saya masih bisa ditoleransi. Halah.

      Wqwqwq. Dulu saya tahunya cuma untuk dengerin lagu di situ. Seiring bergesernya tahun, baru deh sering unduh macem-macem. Nanti saya coba dengerin.

      Delete
  8. ntah kenapa akhir-akhir ini saya lagi puasa musik bang.. niatnya biar pikiran lurus wkwkwkkw.. dulu, musik itu temannya menulis tapi ga bisa jadi teman membaca.. ga pokus T.T walaupun instrumental.. emang otak ga bisa boong ya T.T

    ReplyDelete
    Replies
    1. ((puasa musik))

      Ada juga, ya, yang tahan nggak dengerin musik. Ahaha. Daripada dengerin suara bising lainnya yang bikin tambah nggak konsen, saya lebih suka baca sambil dengerin musik. :)

      Delete
  9. Suka naruto juga...! Animasinya bagus. Tapi juga gak terlalu mengikuti. 😐

    Waktu masih kecil kakak kakakku udah remaja dan sukanya lagu Malaysia. Terus sheila on 7, dewa 19. Dewi dewi. Hampir tiap hari didengerin. Jadi keikut suka. Lagu jaman dulu menurutku juga lebih bagus. Puitis. Hehehee

    Lisa wajahnya seperti orang Indonesia ya.. 😀😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya ikutin sampai tamat komiknya. Kalau film animasinya nggak semua. Kebanyakan alur yang keluar jalur. Lagu Malaysia apa aja emang? Saya pernah dengerinnya Isabella doang.

      Dia dari Thailand, sih. Tapi kalau dilihat-lihat, sekilas kayak Indonesia.

      Delete
  10. Wah kebalikan. Entah saya yang bebal atau sosoan, jarang banget suka lagu yang direkomendasikan teman. Lebih sering suka lagu yang nemu sendiri. Karena melalui seleksi yang selektif /halah/.

    Kebalikan lagi hehe. Justru dari SD apa yah~ lebih suka lagu bahasa Inggris karena waktu itu gak seberapa ngerti artinya. dan pas SMP sukanya lagu Korea soalnya sama sekali gak ngerti artinya wkwkw. Gak tertarik sama sekali dengan lagu Indonesia karena sambil dengar sudah tahu artinya.

    Aneh emang wkwkw. Jadi bukan karena muka oppa oppa atau eonni eonni. Tapi ya itu.


    Nah yang saya bingung. Harus gitu kimochi identik dengan hal2 hentai/ecchi? -_-
    Dasar lakik! /dikeplak

    Kalau secara bahasa2, artinay perasaan senang gitu ._.

    Ohya, bang tahu lagu Scarborough Fair? Itu masuk genre folk folk juga gak?
    Kata temen auranya mistis, tapi buat saya kayak lagi jalan2 di pedesaan pedalaman Inggris /halah/.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gokil, lagu rekomendasi dari temen aja mesti diseleksi. Tapi nggak semua lagu dalam bahasa Indonesia bisa dimengerti, kan? :p

      Bukan soal wajah mereka, tapi karena mendengarkan lagu yang tidak kamu pahami artinya ialah suatu hobi?

      Itu, kan, saya nanya. Sebuah pertanyaan, bukan pernyataan. Dan emang artinya lebih ke rasa semangat membara, bukan hentai euy. :(

      Belum tahu, tapi tadi coba dengerin kayaknya iya folk deh. Lagu klasik gitu, ya? Seakan dibawa ke tempat asing yang betul-betul belum pernah saya jelajahi maupun lihat di gambar.

      Delete
  11. Kok film jepang yang gw apal miyabi, sara aoi...


    Hahahaha

    ReplyDelete
  12. Lagu itu buat saya termasuk dihindari, karena ketika dengar lagu tertentu, entah kenapa banyak kenangan mantan yang datang di kepala ini..haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asyik dong tiap dengerin lagu, nggak usah pusing-pusing cari ide. Kamu bukannya bisa nulis yang galau-galau kalau banyak kenangan mantan? :)

      Delete
  13. Soundtrack anime yg ada di playlistku ya emang cuma dua itu juga
    HAHAHHAHA

    Don't cryyy sossoweyss
    Don't cry coz you're sossoweysss
    (Lalu galau)

    ...Iruzige hasineeee
    Bilibin wanderlaaaaaaaaandd....
    (Lalu goyang)
    (Sampai sekarang masih belum bisa nerima kalau yg nyanyiin lagu sebagus ini adalah sebuah girlgrup jepang tak dikenal yg video klipnya kayak lagi SKJ)

    DAAAN KENAPA ADA BLACKPINK!
    HAHAHAHAHHAHAHA
    Blackpinkeu in your areaaa

    Anyeong chingu~

    Aku lebih ke lagu-lagu SNSD, F(X), Red Velvet, EXO sama NCT sih
    (Ternyata SM Stan)

    Ngga juga sih, grup lain macem Blackpink Gfriend Mamamoo Lovelyz Laboum April dan lain-lain juga suka wkwkwk. Gausah disebut semua deh nanti kepanjangan ni komen hahahahaa #KpoperMultiFandom

    But kalo buat temen baca sih paling suka musik klasik yg di gramedia2 gitu.
    Kalo musik Kpop bukannya baca malah jadi pengen goyang hhahahaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pertama tahu kalau yang nyanyi mereka juga saya kaget, Ul. Tapi gimana, ya? Dari pertama denger lagunya dan tanpa melihat siapa yang nyanyi, saya udah telanjur demen. :)

      Aduh, saya nggak tahu girlband yang kamu sebutin itu, kecuali SNSD. Masih cemen referensi Korea. Wqwqwq.

      Musik klasik yang ada di Gramed, ya bisa juga, sih. Ini saya iseng berbagi referensi aja. Saya masih mampu fokus syukurnya, ya walaupun kadang-kadang bawaannya pengin joget.

      Delete
  14. karena sednag berkabung. The Cranberries jadi list dulu terutama ode to my family
    btw As If It's Your Last-nya Balckpink aku juga sering buat senam pagi sama semacam BEG abracadabra
    sehat... wkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya nggak tahu banyak tentang lagu-lagunya, sih. Yang kamu sebut tau, terus kalo yang pertama kali tau itu Zombie, sama Just My Imagination deh. Ehe.

      Lagu Blackpink yang itu entah kenapa mantap~

      Delete
  15. Rasa bahagia pun bermuncratan~

    Dari sekian banyak penggemar Lisa di dunia ini, kenapa harus nama Young Lex yang kamu pikirkan dan ditulis di komentar ini, May? Hah?

    ReplyDelete
  16. Aku suka dengan lagu-lagu Naruto tapi nggak pernah tahu judulnya, aku paling bilang gini kalau denger lagunya "naruto ya" terus temen bilang "iya" haha .... kudet banget ya

    ReplyDelete
  17. Mungkin kak mayang ngfans sama young lex. Bahahaha

    ReplyDelete
  18. Aku suka lagu-lagu pop yang slow tapi biasanya buat nemanin lembur smpe larut mlam biar lebih fokus, kli buat baca jarang,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dari beberapa komentar, kayaknya emang jarang orang yang baca sambil dengerin musik, Mas. Ehe.

      Delete
  19. Aku juga kalau baca gak dengerin musik. Tapi kalau kerja kudu dengerin musik. Kerja apapun itu. Termasuk ngerjain kerjaan rumah. Nyuci, ngepel, nyapu, nyetrika, dll hahaha, soalnya mood jadi lebih baik, jadi hepi aja gitu tiap ngerjain sesuatu.

    Eiya, aku dengerin di spotify lagu2nya rusa militan tapi belum suka lagu lainnya kecuali si senandung senja. Gak nanya ya Yog? Gapapa sih, pengen aja bilang hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Musik emang bisa memengaruhi perasaan. Pas saya baca pun gitu. Lebih bisa menikmati tulisannya. :D

      Senandung Senja emang favorit, tapi rasa sukanya kegeser sama Black Sun. :p Versi albumnya entah kenapa saya masih kurang sreg. Sungguh beda sama yang sebelumnya. :(

      Delete
  20. Bener sih musik tuh mampu mempengaruhi mood kita..

    Kita lagi hepi kalo tiba2 denger lagu mellow, eh ... pikiran jadi galau juga jadinya.

    Kalo lagi nulis sih ngga dengerin musik, lebih konsen bawaannya ☺

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bahaya tuh musik-musik yang punya efek magis. :( Iya, beda-beda untuk tiap orang, Bang.

      Delete
  21. Halo Yog. Lama ga berkunjung kemari, hehe.

    Berbeda ama menulis yang bagi gue butuh banget asupan musik (dan ga bisa nulis lancar malah kalo ga ditemenin musik), saat gue membaca justru butuh ketenangan. Gue salut nih sama lo yang bisa membaca sambil dengerin musik. Bisa jadi itu malah jadi semacam stimulan ngebuat otak lo untuk bekerja aktif, sama kayak gue menulis sambil dengerin musik kali ya, hehe.

    Hm, kalo diinget-inget sih dulu waktu kuliah gue juga sempet beberapa kali baca sambil dengerin musik, tapi musik score film gitu, musik instrumental yang suka ngiringin adegan-adegan di film (tahu kan?), dan sengaja pilihnya musik score film yang berbau sci-fi, fantasi atau animasi hehe. Serasa lagi nonton film, tapi bedanya kita sendiri yang ngatur kapan adegannya berjalan di otak karena sejalan sama proses membaca. Itu juga cuma beberapa kali sih, ga sering. Semenjak kerja, udah ga bisa lagi membaca sambil dengerin musik.

    Oke, sebagai sesama penggemar folk, udah pasti gue langsung suka begitu ngedenger Rusa Militan, Fleet Foxes dan The Paper Kites. Rusa Militan yang lo taro di atas itu juaranya! :D Ini gue sampe dengerin berulang-ulang.
    Hehe, thanks dah ngasih rekomendasi. Bener kata lo Yog: "Paduan kesemua alat musik itu menghasilkan energi yang mendamaikan hati".

    Yap, mendengarkan musik itu jangan dibatas-batasi, karena kita ngga akan tahu apakah suatu genre itu bagus kalo belom coba didengerin. Just enjoy the music :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Bay. Lama juga nggak baca komentarmu. Ehe. :D Ya, mungkin kayak gitu. Atau saya sedang mencoba untuk melatih fokus saat membaca.

      Enak banget, kan, lagunya~ Wohoho. Dulu pertama tahu lagu itu juga muter berulang-ulang kali nggak bosen. Sayangnya, sampai sekarang masih belum tahu liriknya. Hahaha.

      Yoi, sekarang udah mulai membuka diri terhadap segala genre musik. Nggak mau kayak zaman SMK yang sok-sokan membatasi gitu. :D

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.