Jakarta Tidak Lagi Kelam

Sejujurnya, gue itu benci sama hari Sabtu. Apalagi kalau waktunya istirahat di rumah, eh tapi masih disuruh masuk kantor karena ada lemburan. Selain itu, gue juga benci sama malam harinya, ya malam Minggu. Malam yang penuh maksiat. Lalu lintas di Jakarta ini begitu macet karena banyak banget orang pacaran saat malam Minggu.

BAKAR SAJA ITU PASANGAN YANG MAKSIAT DI MALAM MINGGU!

Bukan. Gue kesel kayak gitu bukan karena gue jomlo. Lagian, gue juga nggak pernah iri kepada para pasangan yang memadu kasih di Sabtu malam ini kalaupun seandainya gue itu jomlo. Tentu saja saat ini gue punya pacar. Ehehe. Namun, gue sama pacar sudah sepakat kalau kencan itu jangan di malam Minggu. Pergi makan atau nonton, kan bisa di hari lainnya (dibaca: berhemat karena nonton pas weekend itu mahal). Lebih baik malam Minggu itu waktunya dipakai untuk menulis atau membaca. Membaca Alquran misal. Allahu Akbar. Tumben gue ngetik gini.

Ngomong-ngomong soal hari Sabtu atau malam Minggu, rasa benci gue terhadap hari Sabtu mulai berkurang atau malahan sudah mulai menyukai hari Sabtu. Itu semua karena gue terpilih untuk mengikuti acara "Jakarta Night Journey" bersama teman-teman bloger Indonesia Corners.


Oiya, Jakarta Night Journey itu merupakan kegiatan mengekplorasi beberapa tempat di Jakarta, di antaranya: Jakarta Smart City, Balai Kota Jakarta, Kota Tua, dan Monumen Nasional—yang lebih sering disingkat atau dikenal dengan nama Monas.

Kenapa gue bisa mendadak suka hari Sabtu?

Yeah, beginilah ceritanya.


***

Tidak seperti Sabtu sebelum-sebelumnya, pada tanggal 22 Oktober 2016 sekitar pukul 10.00 gue sudah mandi (biasanya mah weekend gak perlu mandi pagi, sore juga gak usah kalo lagi males). Muahaha. Lalu, sekitar pukul 12 gue sudah sampai di gedung Balai Kota berkumpul bersama teman-teman bloger yang lain untuk briefing mengenai acaranya.

Kami yang telah berkumpul rame-rame ini ternyata harus menunggu beberapa teman yang belum datang dan masih dalam perjalanan. Setelah semuanya berkumpul, barulah Mbak Dona dan Mas Salman, selaku founder Indonesia Corners, memulai briefing itu. Setelah berbicara mengenai beberapa hal selama 20-30 menit, akhirnya briefing itu selesai dan acara pun segera dimulai.

Jadi, kesimpulan atau hasil dari briefing itu adalah... gue gak tau.

PARAH! Iya, gue emang nggak dengerin. Huwahaha. Oke, bercanda. Intinya mah kami semua yang jumlahnya sekitar 35 orang (kurang-lebih) ini dibagi menjadi 4 kelompok dan tiap orangnya mendapatkan goodie bag. Gue kebetulan kebagian di kelompok 4. Lalu, kami juga memeriahkan acaranya di Twitter dengan live twit dengan sebuah tagar, supaya teman-teman yang tidak datang bisa mengetahui apa saja, sih, keseruan yang kami para bloger sedang nikmati ini.

Perjalanan dimulai dari mengunjungi Jakarta Smart City.

Jakarta Smart City



Kegunaan dari Jakarta Smart City ini adalah untuk menelusuri segala hal tentang Jakarta. Jadi, Jakarta Smart City ini mempunyai 6 indikator, yaitu; Smart Governance (pemerintahan transparan, informatif, dan responsif), Smart Economy (menumbukan produktivitas dengan kewirausahaan dan semangat inovasi), Smart People (peningkatan kualitas SDM dan fasilitas hidup layak), Smart Mobility (penyediaan sistem transportasi dan infrastruktur), Smart Environment (manajemen sumber daya alam yang ramah lingkungan), dan Smart Living (mewujudkan kota sehat dan layak huni). 

Untuk lebih jelasnya, kalian bisa langsung mengunjungi website: http://smartcity.jakarta.go.id/

Di web itu, kalian bisa mengakses peta kota DKI Jakarta. Bagi para pendatang, kalian nggak perlu nyasar deh. Lalu, kamu juga bisa mengecek atau melaporkan apa saja masalah yang ada di Jakarta dengan aplikasi Qlue. Btw, masalah yang dimaksud itu ya seperti sampah, jalanan yang rusak, kemacetan, dan kecelakaan. Bukan soal masalah seperti: mau malam Mingguan tapi nggak punya pacar, putus cinta karena pacar selingkuh sama sahabatmu sendiri, atau pacar sudah menghamili, tapi nggak mau tanggung jawab.

Bukan yang begitu.

Kalo yang kayak gitu mah lapornya ke Tuhan aja. Iya, salat dan berdoa yang banyak. Masya Allah, Yoga bener lagi.

Meskipun gue masih kurang puas dengan penjelasannya, tetapi kami sudah harus berganti tempat ke Balai Kota.

Balai Kota

Selama ini, gue hanya tau Balai Kota, tempat kerja Bapak Ahok (Gubernur DKI Jakarta) dari luarnya saja. Namun, kali ini gue bisa melihat langsung suasananya.

Beginilah keadaan di dalam. Ya, keadaannya mereka bukannya saling mengobrol malah pada mainan hape. Kelakuan anak zaman sekarang. Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat.




Karena gubernurnya libur hari ini, maka gue hanya bisa berfoto dengan gambarnya saja. Huhu.


Eksis.





Tempatnya keren dan asyik banget. Udah gitu ada wifi gratisnya lagi. Lumayan banget, kan, buat fakir kuota kayak gue. Gue jadi bisa download JAV tanpa perlu menunggu kuota malam. JAV yang gue maksud itu Japan Anime Video, ya, semacam One Piece dan Naruto. 

Setelah puas foto-foto, kami segera menunggu Bus City Tour untuk pergi ke Kota Tua.

Bus City Tour



Sumpah, ini pertama kalinya gue menaiki bus tingkat di Jakarta. Iya, gue emang norak. Lebih noraknya lagi, gue baru tahu kalau ini gratis. Mantap bener! Di bus ini, gue hanya bisa mendengarkan musik. Ya, itu semua karena gue anaknya agak mabukan kalau naik kendaraan umum. Entah kenapa, gue lebih suka naik motor ke mana-mana. Hehe. Tolong dimaklumi.



Karena terlalu sering motret-motret dari acara ini berlangsung hingga perjalanan menuju Kota Tua, ponsel gue pun lowbat. Bodohnya, gue malah lupa bawa power bank. Syukurnya, ada salah satu teman gue yang mau meminjamkan power bank miliknya: Asus Zenpower Ultra. Masalah baterai yang sekarat ini pun teratasi. Gue bingung, kenapa bisa-bisanya sampai lupa membawa benda keramat bernama power bank ini.

Ya, tentu saja saat ini power bank sudah menjadi barang yang wajib (salat lima waktu kali yang wajib, Mas!) dibawa ke mana-mana. Apalagi bagi para bloger seperti gue ini yang sering ikut event. Yang mengharuskan gue untuk memfoto acaranya dan update akan acara itu di Twitter. Hal itulah yang sangat membuat baterai ponsel menjadi boros. Nah, Asus Zenpower Ultra ini rasanya cocok banget buat kami para bloger. Jadi gak perlu lagi ribet cari-cari colokan. Terus kapasitas dayanya sebesar 20.100 mAh. Wah, kondisi baterai udah nggak akan terancam bocor lagi deh seperti saat memakai produk yang sembarangan. Soalnya, udah pasti aman kalau menggunakan power bank Asus Zenpower Ultra ini. Super bener!


Kota Tua

Akhirnya, kami pun mulai terbebas dari macetnya Ibu Kota selama menaiki bus ini. Kami sudah sampai di Kota Tua. Namun, karena sudah kesorean, Mbak Dona bilang untuk nggak bisa berlama-lama di sini. Beberapa di antara kami pun tampak sedikit kecewa. Ah, tapi ya udahlah. Gak apa-apa. Toh, kami juga sempet berfoto di sini.

Museum kota tua (sumber: Instagram @ketikyoga)

perhatikan lingkaran merah, itu orang bukannya foto bareng malah sibuk sendiri

Di Kota Tua ini, kalian bisa menyewa sepeda ontel dan berkeliling di sini. Hohoho. Menyenangkan sekali bukan?

Karena terlalu sebentar, rasanya gue sulit menjelaskan istimewanya tempat ini. Intinya, Kota Tua ini termasuk tempat wisata yang wajib dikunjungi. Kota Tua ini adalah bangunan hasil peninggalan dari zaman Belanda, dan kalau tidak salah pada tahun 2015, Kota Tua ini sempat diajukan bersama 5 kota lainnya yang ada di Indonesia untuk tempat pariwisata terbaik. Kerennya, dua kota yang lolos ialah Sawahlunto (Sumatera Barat) dan Kota Tua (Jakarta).

Lalu, kami pun kembali menaiki Bus City Tour, inilah tujuan terakhir kami. Yoih. MONAS. Meskipun udah sering ke sini, entah kenapa gue tetap merasa excited kalau pergi ramai-ramai seperti ini. Kapan lagi ya, kan? Masa iya, ke Monas bareng pacar mulu. Ke pelaminan dong kalau sama pacar! :p

Saat perjalanan ke Monas, mau tidak mau kami harus bermacet-macetan ria lagi. Ehehe.

Monumen Nasional (Monas)

Begitu sampai di Monas, kami semua sudah seperti orang kelaparan yang tidak makan 3 hari (padahal gue belum pernah ngerasain itu). Eh, tapi ya lihat saja muka-muka lesu kami ini.



Sebelum memasuki Monas, kami semua makan terlebih dahulu di kawasannya, percis di dekat aneka jajanan. Setelah kenyang, barulah kami melanjutkan perjalanan ini. Yeah, inti dari semua perjalanan ini. Jakarta Night Journey: melihat kota Jakarta di malam hari dari atas puncak Monas.

Sore menjelang magrib itu suasana Monas begitu padat. Kemudian panas, gerah, dan bau ketiak membuat sore itu menjadi semakin kacau. Sampai akhirnya, kami harus tetap sabar saat masuk dan mengantre untuk menuju bagian atasnya.

Yeah akhirnya puncak! Ini puncak Monas ya, bukan puncak kenikmatan. Woahaha.

Di atas puncak Monas ini, gue merasa bahagia sekali. Baru kali ini gue bisa melihat cahaya lampu warna-warni yang menghiasi kota Jakarta ini dari ketinggian 115 meter (kalau ketinggian sebenarnya yang emas itu 132 meter); gue juga bisa merasakan nikmatnya semilir angin; dan yang terpenting gue bisa merasa semakin dekat dengan Tuhan.

 (sumber: instagram @ketikyoga alias saya sendiri)

Lucunya, gue masih bingung soal konsep Tuhan yang ada di atas langit ini. Lalu, sambil memandangi kota yang begitu penuh kekerasan dan kepedihan ini, gue pun merenung banyak sekali hal. Gue jadi berpikir, setinggi-tingginya gue berdiri di atas puncak Monas ini, pasti masih ada yang lebih tinggi, iya masih ada Tuhan.

Namun, gue tidak mengerti dengan pemikiran orang-orang yang merasa kalau Tuhan itu ada di atas mereka. Kenapa orang-orang mendengak ke atas langit untuk berdoa seolah-olah Tuhan itu jauh. Kenapa tidak menunduk menatap tubuh, padahal Tuhan itu tinggal di dalam diri dan hati ini?

Kemudian, gue berpikir kembali ke masa kecil. Dulu sekali, sekitar usia 4 tahun gue pernah ke atas sini sama orangtua pada pagi hari. Bokap yang waktu itu menggendong gue, sedangkan Nyokap yang memotret gue menggunakan kamera Kodak. Ah, sayangnya foto itu telah hilang entah ke mana. Kini, gue gak bisa lagi piknik bareng keluarga. Semuanya sudah pada sibuk masing-masing. Jangankan untuk piknik bersama, untuk makan bersama saja sudah jarang sekali.

Jujur, gue benci sekali dengan keadaan itu, tapi akhirnya gue mulai tersadar... kalau gue nggak bisa terus-terusan melihat ke masa lalu tentang indahnya kebersamaan bersama keluarga. Sekarang, gue sudah memiliki keluarga yang lain. Yeah, para teman-teman bloger Indonesia Corner. Mereka seru banget semuanya sepanjang perjalanan. Kami rasanya benar-benar berbahagia pada malam itu.



Kemudian, gue kembali merenung. Sejak baca buku Jakarta Undercover (Moammar Emka), pandangan gue mengenai Jakarta sangat buruk. Gue nggak nyangka, beberapa tempat yang biasa gue lewati itu ternyata dijadikan tempat prostitusi. Kacau sekali rasanya. Di pinggiran stasiun, bisa-bisanya dijadikan tempat maksiat. Suram.

Hingga hari ini pun datang.

Gue berdiri di atas puncak Monas ini sambil menyaksikan keindahannya. Jakarta sejak malam ini tidak lagi terasa kelam. Jakarta yang gue anggap kota busuk ini rasanya masih punya kebaikan di dalamnya. Meskipun kota ini sering macet (itu juga karena banyak yang melanggar lalu lintas), banyak kejahatan (penipu, pencuri, tukang jambret, penodong, koruptor), juga dunia malamnya yang penuh kemaksiatan. Gue masih percaya kalau Jakarta ini masih ada sisi baiknya.

Gue masih ingat betul kejadian di mana dompet gue hilang karena terjatuh, lalu dompet itu dikembalikan ke rumah gue oleh bapak yang menemukannya. Uangnya masih utuh, tidak hilang sepeser pun. Padahal gue tahu betul, kalau cari uang di Jakarta itu sungguh sulit. Bagusnya, orang jujur di Jakarta masih banyak.

Gue juga pernah melihat sebuah kecelakaan, waktu itu kondisi korbannya sudah gawat dan tidak sempat lagi kalau ingin memanggil dan menunggu datangnya ambulans. Nah, syukurnya di situ ada salah seorang relawan yang mau mengantarkan korban kecelakaan itu ke rumah sakit menggunakan mobil pribadinya. Orang itu tidak lagi memikirkan dirinya sendiri. Orang itu peduli terhadap sesama manusia.

Gue juga pernah melihat seorang nenek penjual es krim yang masih berjualan hingga malam hari. Beliau yang sudah renta itu memilih berjualan daripada harus mengemis. Gue merasa bodoh sekali sering tidak bersyukur dengan keadaaan. Akhirnya, gue pun membeli es krim itu. Sebuah es krim rasa cinta.

Oh, Tuhan... kota ini indah sekali. Bantulah kami menjaganya.

Terlalu banyak merenung, tidak terasa acara ini sudah berakhir. Kami semua pun berpisah dan kembali pulang ke rumah masing-masing. Dalam perjalanan pulang, gue mulai merasa kalau Jakarta tidak lagi kelam seperti pemikiran gue sebelumnya. Gue telah belajar banyak hal dari perjalanan ini.

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Jakarta Night Journey Blog Competition oleh Indonesia Corners yang disponsori oleh Asus Indonesia."



Terima kasih.

PS: kekuatan deadline memaksa kreativitas gue keluar batas. Muahaha. Baru ngetik ini pukul 21.30 di hari terakhir.

68 Comments

  1. Trnyata mata saya nggk salah liat, yg di fotonya bena trnyata kmu yog.
    Wah, keren..bisa jalan2 keliling dtmpat2 yg indah dijakarta breng pnulis2 blog.
    Bhkan saya sndiri juga tdak mnyangka didalam kemacetan, keramaian dan hiruk pikuk nya Jakarta masih ada tmpat2 yang keren2.

    Bdw, saya juga blum ngerti yog, darimana asalnya kenpa Tuhan itu harus ada dilangit..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahaha. Iya, itu saya. :)

      Yoi. Main ya kapan-kapan ke sini, Rey!

      Sama. Apalah saya ini. :(

      Delete
  2. terpenting gue bisa merasa semakin dekat dengan Tuhan
    Kalo mw lebih deket
    Coba dah lompat dari monas

    ReplyDelete
  3. Ada banyak "kenapa" tentang kehidupan.. di Jakarta ataupun Tempat lain yg Tuhan ciptakan.

    Selalu ada cerita sih, ada kisah-kisah yg tersembunyi setelahnya.. so, keindahan Jakarta itu kadang paling asik dari malam hari, dan kamu bisa menikmati kejombloan dari ketinggian..

    Tapi gak jomblo yah?

    Halah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, begitulah kenapa Tuhan menciptakan kita. Untuk mencari jawaban atas "kenapa" itu.

      Sabar ya, Yan. Makanya nikah! XD

      Delete
  4. Yes punya temen senasib yang gak kuat naek mobil. Sama, saya suka mual anjis kalau naik kendaraan satu ini.

    Hmmm seru euy cees. Selain bisa jalan-jalan, juga sambil kumpul bareng kawan-kawan. Solid terus yeeaaah!

    Oiya, saya juga pernah ke Kota Tua, sekali. Keren.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Woalah, Agia ternyata mual juga. Wakakak. Cees banget ini mah. :D
      Aamiin. Semoga terus solid. :) Wih, mantap. Ada ceritanya gak di blog kamu?

      Delete
  5. Wah keren ya Indonesia Corner. Tapi lebih enak kebab corner, bisa dimakan.

    Keren juga nih powerbank asus. Kapasitas dayanya gede. Emang cocok buat bloger kayak elu, Yog.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baru denger nama kebab corner. :/

      Wahaha. Suka yang gede-gede.

      Delete
  6. Dan ada foto itu lagi. Ketika trio mager lagi duduk manis bersama hape masing2. Kok gue semacam hina banget yaa? Di postinganya si salam, ada doto gue lagi malakin makan siang lo yog 🙈🙈🙈

    ReplyDelete
    Replies
    1. Woahaha. Sudahlah tunjukkan saja tabiatmu, Feb. Tak perlu lagi pencitraan. :p

      Delete
  7. hahaha bodor. kamu sering banget mengekspos kejombloan kamu, ga. kode buat siapa itu teh? :P

    ReplyDelete
  8. Luar biasa!
    Kenapa nggak di ceritain yang manjat pager? Wakakakakakaka.

    ReplyDelete
  9. luar biasa, yog!

    Btw, kok foto lo yg ini Vs about me beda banget ya. Mungkinkah yg about me ini hasil editan..? wlwwkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. About me yang pake kemeja flannel? Kan itu foto tahun 2014. Sekarang 2016, ya bedalah. -__-

      Delete
  10. Cerpenis banget gaya nulisnya... Muahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Muahaha. Hanya berusaha menggunakan gaya sendiri.

      Delete
  11. Wkwkwk, Yoga, kocak banget! untung masih merenung ttg Tuhan ya Yog, biar cepet insfa #eh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, biar insyaf. Mending merenungi Tuhan, kan, daripada mikirin nasib yang gini-gini aja. :))

      Delete
  12. Kok gue semacam dapet pencerahan, ya Yog. Ngebaca ini, jadi tau ternyata Jakarta bener-bener nggak kelam. Cuman SUMPEK. XD

    Kota sepadat itu dan gue cukup kaget, sih, lu termasuk yang tinggal di Jakarta malah baru pertama merasakan Bus bertingkat yg aslinya gratis. Fix keknya kedepan lo harus sering jalan-jalan, Yog. Ya, minimal 1 bulan 2x lah. Biar nggak ketinggalan update tempat tinggal sendiri. XD

    Gue di Pekanbaru juga pernah mengalami hal yg sama. Jarang naik Bus (walaupun bayar 3000 bisa ke mana aja) karena gue punya kendaraan. Tapi, karena bener-bener penasaran, ya gue meluangkan waktu buat naik juga. Menikmati padatnya di Bus dengan orang2 yg pulang kerja.

    Itu ketika lu liar Nenek-nenek yang jual Ice Cream nggak lu beli, Yog? Ya, saling berbagi gitulah.

    Bener banget. Terkadang, manusia kebanyakan mengeluh sama apa yang udah dimiliki saat ini. Padahal, ngeluh atau nggak, bebannya tetep terus ada. Ya mending banyakin bersyukur dan berkarya.

    Lu hebat, ya Yog. Kekuatan Dedline mengubah lu. XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jakarta emang terlalu padat penduduk, Her. Gue kan biasanya ke mana-mana naik motor. Nggak begitu suka naik transportasi umum, kecuali kereta. Ehehe. Ya, mungkin ke depannya bisa gue coba buat jelajahi kota Jakarta naek bus. :D

      Gue beli. Baca dong cerita lengkapnya. ^__^

      Emang gue begitu. Benernya di saat kepepet. :(

      Delete
  13. yog, lu di kotu kayak anak ilang gitu dah XD

    ReplyDelete
  14. parah. gue belum pernah naik ke puncak monas itu. ternyata makin bagus kalo malem ya.

    ReplyDelete
  15. gue suka banget tulisan lo yogaaaaa kali ini tapi :))) hmm Jakarta itu emang tjantik banget dan nyimpen banyak peristiwa. .

    Lo harus ke kota malem-malem yog. . Gue suka banget dulu kesana waktu kerja di thamrin. . Jakarta yg bikin gue nakal karena berani kemana-mana walau gue gak tau jalan, modal nekat~~~ makanya sampe sekarang gue masih pengen banget kerja di jakarta :))


    ReplyDelete
    Replies
    1. Terus kemarin-kemarin nggak suka? :(

      Yahahaa, gue pernah pukul 2 pagi masih kelayapan di sekitar situ, Lia. Jakarta penuh derita dan cerita. :))

      Delete
  16. Kalau nggak dikasih tau di grup kalau tulisan ini diikut sertakan dalam lomba, aku nggak bakal nyadar, Yog. Hahaha. Kamu nggak kehilangan gaya nulismu. Curhat trus ada pesannya gitu. Sempat nganu sih aku yang pas soal keluarga. Aku juga ngerads sulit gitu bisa sekedar makan bareng keluarga :(

    Dan JAV..... ternyata JAV yang dimaksud bukan JAV yang hfskfhsjeaasfkdk itu ya. Oke noted.


    Aku sedih begitu kamu 'ngungkit' soal Nenek penjual es krim. Itu cerita yang sedih. Huaaaaa. Iya, ternyata Jakarta nggak sekelam yang dipikirkan. Btw, Yogs. Kalau aku ke Jakarta, ajak aku ke Kota Tua, ya! Bahahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Syukur deh kalau masih pakai gayaku sendiri. :D Iya, bisa kumpul bareng keluarga itu jadi hal yang langka. :(

      Siaaap. Buruan makanya ke Jakarta. Jangan lupa ajak Dek Nanda. Muahaha.

      Delete
  17. Foto ke empat yang ramean, paling pojok atas siapa dah? :))

    Buset itu seharian jalan2 gratisan asoy memang ya. Emang kudu bawa powerbank kemana2 kalo ikutan acara gini, livetwit + foto2nya ituloh :))

    Lo bilang beli eskrim sama nenek nenek gue langsung mikir... ah sudahlah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Namanya Dee Rahma. Gemini emang, ya, nggak bisa lihat perempuan cakep. :))

      Asoy banget dong! Wohohoho. Iya, kalo nggak bawa mah hape mati dan orangnya juga mati kutu. :(

      Tolong jangan mikir gitu!

      Delete
  18. uwahelaah. :')
    dpikir-pikir iya juga ya. Jangan buat aku jatuh cinta sama jakarta, nanti aku gak pulang-pulang ke Pekalongan. :')

    Gilss ya, mau dong jalan-jalan gitu sama temen-temen blogger gitu, kaan lagi jalan-jalan ada tujuannya, tidak seperti mitap mitap pada umumnya. :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Woahaha. Biarkan. Biar lu makin cinta sama Jakarta! :p

      Bisalah diatur, kita buat meet up yang bertujuan. :)

      Delete
    2. Ayok dong! Jangan cuma "yang kalah diapain nih". Eh, apa gimana bilangnya waktu itu?

      Delete
    3. Robby: taek kucing! Bikin ide gidah. :p

      Delete
  19. Bohong apaan? :|

    Padahal itu nenek penjual es krim nggak negatif. Haduh. Penyakit masyarakat yang sulit sekali dibasmi. :')

    Yoi, makasih sudah mengikuti twit gue. Aamiin. :D

    ReplyDelete
  20. Layak banget lah dijadikan panutan. Ngejar deadline banget. Wahahaha. Menurut mitos yang berkembang di Tanzania, biasanya mereka yang ngerjain sesuatu mepet deadline, akan meraih keuntungan besar. Hemmm, abis ini jajanin pulsa gocap yaa. :))

    Keren banget ini. Penuh perenungan. Yang cara doa menarik buat gue. Gue kalo doa biasanya tengok kanan-kiri (kalo lagi nggak khusyuk). Wahahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaamiin ya, Rabb. Semoga aja! :))

      Lah, kocak doa segala tengok kanan-kiri. Dikira salam pas salat. XD

      Delete
  21. Jadi mupeng jalan2 bareng indonesia corners >,<

    ReplyDelete
  22. 1. Aku udah ke puncak monas
    2. Kamu pemabuk (selalu) deq
    3. Moga moment kumpul keluarga bisa tergantikan saat yoga berkeluarga
    4. Gudlak tulisannyah!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nomor duanya kampret. :(

      Nomor tiga, aamiin.

      Nomor empat, aamiin lagi. :D

      Delete
  23. Yogaaaaaaaa aku mau ikutan jalan jalan jakarta dooooooong :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahaha, kamu waktu itu nggak daftar? Lagi kuliah, ya? Yuklah, kalo ada lagi. Kita belum pernah kopdar nih. :)

      Delete
  24. jakarta oh jakarta, pengen main ke kota tua belum keturutan, maklum orang kampung,hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi, gak usah merendah gitu ah. Orang kota sama orang kampung gak ada bedanya. :)

      Delete
  25. Enak yaa.
    Di Depok mana ada nih bisa gituan :(

    #BemarknaGanda
    #GandaBanget
    #Wakakakak

    Deep writings thou...

    Good luck!

    ReplyDelete
  26. Lw sabtu di suruh masuk lembur mau ???? Kalo gw langsung resign saat itu juga #Melipir

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wakakak. Mas Cum memang manja banget deh, ah. Hidup nggak mau diatur kantor. Mantap!

      Delete
  27. tulisan bbrp paragraf bagian akhir bikin ikut merenung euy...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ehehe. Semoga renungan saya nggak sotoy ya. XD

      Delete
  28. Seru banget Yog, acaranya. Jadi pengen. Soalnya aku belom pernah ke Monas. Cemen gak sik! Huahahah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seru banget dong. Walah, udah setahun lebih di Jakarta juga. Mainlah sesekali! :p

      Delete
  29. Jakarta itu cantiknya pas malam hari, Itu juga kalau di lihat dari ketinggian. Ngga tau kenapa.
    Kenapa coba? XD

    ReplyDelete
  30. Sisi kelam Yoga ternyata adalah seorang penghamba yang taat. Meski demikian, Yoga yang bedebih ada sebaik-baik Yoga seharusnya. Jangan sampai berubah. Lawan!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sisi kelam malah hamba yang taat. Ini gimana, sih? Taek! XD

      Delete
  31. Aih puitis sekali yogaaa.. semoga Tuhan mendengar doa yoga dapat Zenfone 3 yaa, main ke Semarang atuh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin ya, Rabb.
      Nanti ya, Mbak. Semoga bisa segera kesampean main ke sana. :D

      Delete
  32. Mantap banget yak hehehe, jalan-jalan keliling jakarta bikin ketagihan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih, Mas. Asyik bisa jalan-jalan rame-rame gitu. :D

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.