Kehormatan Seorang Penyair

Sebuah terjemahan salah satu fragmen di novel Roberto Bolaño, The Savage Detectives.

*

Pablo del Valle, Feria del Libro, Madrid, Juli 1994.


Aku akan memberitahumu sesuatu tentang kehormatan penyair. Ada saat ketika aku tidak punya uang atau nama yang aku miliki sekarang: Aku menganggur dan namaku Pedro García Fernandez. Tapi aku berbakat dan aku ramah. Aku bertemu dengan seorang wanita. Aku bertemu banyak wanita, tetapi aku bertemu dengan seorang wanita khusus. Wanita ini, sebaiknya tidak disebutkan namanya, jatuh cinta kepadaku. Dia bekerja untuk kantor pos. Dia merupakan seorang petugas pos, aku akan mengatakannya ketika teman-temanku bertanya kepadaku apa yang dikerjakan pacarku. Tapi itu benar-benar eufemisme, jadi aku tidak perlu mengatakan bahwa dia adalah seorang tukang pos.




Kami tinggal bersama untuk sementara waktu. Pacarku berangkat kerja pada pagi hari dan tidak pulang sampai jam lima sore. Aku akan bangun saat aku mendengar suara lembut pintu yang tercipta sewaktu ditutup (dia memperhatikan tidurku) dan mulai menulis. Aku menulis tentang hal-hal yang mulia. Taman, kastil yang hilang, hal semacam itu. Lalu, kala aku lelah, aku akan membaca. Pío Baroja, Unamuno, Antonio, Manuel Machado, dan Azorín.

Saat makan siang aku akan pergi keluar, ke sebuah restoran yang orang-orangnya mengenalku. Sorenya aku merevisi tulisan. Ketika dia kembali dari pekerjaannya, kami akan berbicara sebentar, tetapi apa yang harus dikatakan oleh seorang sastrawan dan seorang tukang pos? Aku akan berbicara tentang apa yang telah aku tulis, apa yang aku rencanakan untuk ditulis: sebuah komentar tentang Manuel Machado, sebuah puisi tentang Roh Kudus, sebuah esai yang mengambil kalimat pertamanya dari Unamuno: Spanyol juga menyakitiku. Dia akan berbicara tentang jalan-jalan yang dia lalui dan surat-surat yang dia kirimkan. Dia berbicara tentang perangko, beberapa di antaranya sangat langka, dan wajah-wajah yang dia lihat pada pagi yang panjang selama membawa surat.

Lantas, ketika aku tidak tahan lagi, aku akan mengucapkan selamat tinggal dan berkunjung ke bar Madrid. Kadang-kadang aku akan pergi ke pesta buku, lebih untuk minuman gratis dan hors d'oeuvres (semacam kudapan) ketimbang apa pun. Aku akan pergi ke Casa de América dan mendengarkan para penulis Amerika Latin yang sombong. Aku akan pergi ke Ateneo dan mendengarkan para penulis Spanyol yang berpuas diri. Nanti aku akan bertemu dengan teman-teman dan kami akan berbicara tentang pekerjaan kami atau pergi bersama untuk mengunjungi sang maestro.

Tapi di sela-sela obrolan sastra, aku terus mendengar suara sensibel sepatu pacarku saat dia diam-diam berkeliling, membawa tas kuningnya atau menarik kereta kuning yang mengejarnya, tergantung pada berapa banyak surat yang harus dia kirimkan hari itu, dan kemudian aku kehilangan konsentrasi, dan lidahku, yang beberapa detik sebelumnya tajam dan pintar, akan berubah menjadi canggung, dan aku akan jatuh ke dalam keheningan yang cemberut serta tak berdaya bagai orang lain, termasuk maestro kami, untungnya akan menganggapnya sebagai bukti permenunganku, introspektif, bersifat filosofis.

Kadang-kadang, dalam perjalanan pulang larut malam, aku akan berhenti di lingkungan tempat dia bekerja dan menelusuri kembali rutenya, aku akan membuat mimik sepertinya, aku menirunya, berbaris dengan langkah yang serempak dan seperti hantu. Pada akhirnya aku mendapati diriku muntah, menangis, bersandar di pohon, bertanya kepada diriku sendiri bagaimana mungkin aku bisa hidup dengan wanita seperti dia. Aku tidak pernah menemukan jawaban apa pun, setidaknya jawaban yang aku dapatkan tidak pernah terasa benar, tetapi sebenarnya aku tidak meninggalkannya.

Kami hidup bersama untuk waktu yang lama. Kadang-kadang, ketika aku berhenti menulis, aku menghibur diri sendiri bahwa akan lebih buruk jika dia menjadi tukang daging. Aku akan lebih bahagia jika dia seorang polisi wanita, terutama karena itu akan lebih modis. Seorang polwan lebih baik daripada seorang wanita pos. Kemudian aku akan terus menulis dan menulis, dalam keadaan marah atau hampir pingsan, dan sedikit demi sedikit aku menguasai dasar-dasar penjualan. Dan tahun-tahun berlalu dan sepanjang waktu aku hidup lewat pacarku.

Akhirnya aku memenangkan Penghargaan Suara Baru dari Dewan Perwakilan Madrid dan dalam semalam aku mendapati diriku memiliki tiga juta peseta serta tawaran untuk bekerja di salah satu surat kabar paling terkemuka di ibu kota. Hernando García León menulis ulasan hangat tentang bukuku. Cetakan pertama dan kedua terjual habis dalam waktu kurang dari tiga bulan. Aku telah berada di dua acara televisi, meskipun aku pikir salah satunya membawa-bawaku buat mengolok-olokku.

Aku sedang menulis novel keduaku. Dan aku meninggalkan pacarku. Aku mengatakan kepadanya bahwa kami tidak cocok satu sama lain dan aku tidak ingin menyakitinya dan aku berharap yang terbaik untuknya dan dia tahu dia selalu dapat mengandalkanku jika dia membutuhkan sesuatu. Lalu aku mengemas buku-bukuku di kotak kardus, aku memasukkan pakaianku ke dalam koper, dan aku pergi. Aku tidak ingat penulis hebat mana yang mengatakannya, tetapi cinta tersenyum pada seorang pemenang.

Tidak lama kemudian aku tinggal dengan wanita lain dan menyewa apartemen di Lavapiés, apartemen yang kubayar sendiri, saat aku bahagia dan produktif. Pacarku sekarang sedang belajar sastra Inggris dan menulis puisi. Kami menghabiskan banyak waktu berbicara tentang buku. Dan terkadang dia punya ide bagus. Aku pikir kami adalah pasangan yang luar biasa: orang-orang melihat kami dan menganggukkan kepala. Kami mewujudkan optimisme dan masa depan dengan cara tertentu, cara yang pragmatis dan bijaksana juga.

Namun, pada suatu malam, ketika aku berada di kantor sedang memberikan sentuhan akhir pada kolomku atau merevisi beberapa halaman novelku, aku mendengar langkah kaki di jalan, dan aku pikir, aku hampir bisa bersumpah, bahwa itu adalah tukang pos yang mengantarkan surat pada waktu yang keliru. Aku pergi ke balkon dan aku tidak melihat siapa pun di sana atau mungkin aku melihat orang mabuk dalam perjalanan pulang, menghilang di tikungan. Tak ada yang salah. Tidak ada orang di sana.

Tetapi ketika aku kembali ke mejaku, aku mendengar langkah-langkah lagi, dan kemudian aku tahu bahwa tukang pos sedang bekerja, bahwa meskipun aku tidak dapat melihatnya, dia berputar-putar dan dia tak dapat memilih waktu yang lebih buruk. Dan kemudian aku berhenti mengerjakan kolomku atau babku dan aku mencoba menulis puisi atau menghabiskan sisa malam itu dengan menulis di buku harianku, tetapi aku tidak bisa. Suara sensibel sepatunya terus bergema di kepalaku. Kau hampir tak bisa mendengarnya, dan aku tahu cara menghilangkannya: aku bangkit, berjalan ke kamar tidur, melepas pakaianku, dan naik ke tempat tidur, di mana aku menemukan tubuh pacarku yang berbau harum. Aku bercinta dengannya, terkadang dengan kelembutan yang luar biasa, terkadang dengan kekerasan, dan kemudian aku tidur dan bermimpi bahwa diriku dimasukkan ke Akademi. Atau tidak. Itu hanya gaya berbicara. Sebenarnya, terkadang aku bermimpi aku dimasukkan ke Neraka. Atau aku tidak bermimpi sama sekali. Atau aku bermimpi bahwa aku telah dikebiri, dan dengan berlalunya waktu dua buah zakar kecil, seperti buah zaitun yang tidak berwarna, tumbuh kembali di antara kakiku, dan aku membelai mereka dengan campuran cinta dan ketakutan dan merahasiakannya. Hari-hari mengusir hantu. Tentu saja, aku tidak berbicara dengan siapa pun tentang ini.

Aku membayar hubunganku dengan tukang pos dengan beberapa mimpi buruk, beberapa halusinasi pendengaran. Itu bisa menjadi lebih buruk. Aku bisa mengatasinya. Jika aku kurang sensitif, aku yakin aku bahkan tidak akan mengingatnya lagi. Kadang-kadang aku benar-benar memiliki keinginan untuk meneleponnya, untuk mengikutinya dalam perjalanannya dan mengawasinya di tempat kerja, untuk pertama kalinya. Kadang-kadang aku merasa ingin bertemu dengannya di bar di lingkungannya, yang bukan lagi lingkunganku, dan bertanya tentang hidupnya: apakah dia punya kekasih baru, apakah dia mengirim surat dari Malaysia atau Tanzania, apakah dia masih mendapatkan hal yang sama. Bonus Natal. Tapi aku tidak melakukannya. Aku telah puas mendengar langkah kakinya, samar dan samar. Aku puas memikirkan tentang kebesaran Alam Semesta. Segala sesuatu yang dimulai sebagai komedi berakhir sebagai film horor.

--

Gambar diambil dari dreamstime.com.

Sebetulnya tak ada paragraf sama sekali di versi aslinya. Saya sengaja memberikan paragraf supaya memudahkan dalam membaca ulang sekalian mengoreksi teks itu.

0 Comments