Aku dan Belasan Tokoh Menghancurkan Kesusastraan

Saya baru saja membagikan buku digital gratis bertajuk Aku & Belasan Tokoh Menghancurkan Kesusastraan di KaryaKarsa, atau kamu bisa menyedot langsung failnya di tautan berikut: Aku & Belasan Tokoh.
 
Daripada saya hanya memberikan informasi secuil barusan, saya berniat menyalin prakata di buku tersebut demi memperpanjang jumlah kata sekalian menjelaskan kenapa saya bikin karya itu. Kamu tentu bisa langsung mengunduh dan membacanya di buku digital, atau membacanya di sini dan nanti tinggal melompati bagian prakata kala sedang menikmati karya saya.
 
 

 
--
 
Buku digital ini tercipta karena ketidaksengajaan. Saya tak sengaja membaca keributan di lini masa Twitter saat warganet memperdebatkan fan fiction (FF) de­ngan alternate universe (AU), dan saya jadi teringat kalau pernah sesuka hati mengisahkan ulang sekalian memodifikasi kisah anime Kimetsu no Yaiba di blog. Namun, alih-alih kepikiran untuk membuat karya sejenis itu lagi, saya justru mendapatkan gagasan baru, yakni mengumpulkan berbagai tulisan (apa pun jenisnya, mau itu esai, cerpen, puisi, atau ulasan) yang di dalamnya melibatkan tokoh-tokoh kesukaan saya, baik yang ada di realitas ataupun semesta fiksi, baik yang masih hidup maupun yang telah tiada.
 
Buku ini juga bisa dikatakan sebagai karya pe­larian demi menghibur diri sendiri, sebab saya stres bukan main saat sedang menggarap beberapa proyek tulisan—khususnya naskah novela. Saya sudah loncat dari satu naskah ke naskah lain, lalu ke naskah lainnya lagi, hingga ujung-ujungnya balik ke naskah pertama, tapi tak ada satu pun yang selesai. Saya tentu jadi bi­ngung, apa yang bikin progresnya mandek, sih? Apakah saya sangat terbebani karena karya itu bakal saya komersialkan, sehingga saya benar-benar harus menciptakan tulisan sebagus mungkin—atau dengan kata lain: melahirkan sebuah mahakarya?
 
Kala itulah saya seakan-akan mendapatkan angin segar sewaktu iseng menggarap proyek ini. Toh, saya hanya mengumpulkan tulisan-tulisan saya yang tercecer di beberapa platform (yang sebagian besarnya pernah tayang di blog akbaryoga.com). Berbagai tu­lisan di buku ini jelas cuma main-main selayaknya seseorang bikin parodi atas suatu karya.
 
Berhubung saya tahu betapa beratnya meng­garap proyek serius, saya pun berusaha menuliskan­nya dengan santai, serta menyampaikannya seringan mungkin—baik dalam tema maupun bentuknya. Oleh sebab itulah, saya sengaja memberikan judul: Aku & Belasan Tokoh Menghancurkan Kesusastraan lantaran muak dengan diri sendiri dan sebagian orang yang suka berpikir kalau karya sastra atau kesusastraan itu mesti berat dan berbobot. Bisa dibilang saya bermaksud menghancur­kan doktrin kolot tersebut.
 
Saya terus terang semakin bodo amat dengan kesusastraan. Saya sangat sadar diri kalau Yoga Akbar bukanlah siapa-siapa, hanya manusia yang tak sengaja terjeblos di dunia kepenulisan, dan keberadaan saya di panggung kesusastraan mungkin tak akan memberi dampak positif bagi siapa pun. Tapi, seenggaknya saya pengin tetap bersenang-senang melakukan hal yang saya gemari, yaitu menulis. 
 
Terakhir, terlepas dari apa perbedaan antara FF dan AU yang diributkan oleh warganet, serta bolehkah karya semacam itu dikomersialkan, saya sengaja tak mau ambil pusing dan berniat membagikan buku digital ini secara gratis ketimbang repot-repot memikirkan konsekuensinya pada kemudian hari.

Selamat membaca.

4 Comments

  1. perdebatan antara FF dan AU yang tiada henti juga sempat membuatku jengah
    tapi memang tiada habisnya jika meributkan berbagai hal di twitter
    bukunya sudah aku sedot mas
    bisa buat teman naik kereta pas mudik entar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, di sana terlalu bising. Makanya saya memilih ngeblog aja karena di sini senyap. Haha.

      Sip, matur nuwun, Mas Ikrom. Semoga lancar perjalanan mudiknya dan selamat sampai tujuan.

      Delete
  2. sempat liat di twitter upload tiga kover proyek, kalau gak salah yang satu novelet sama satu lagi kumcer ya? gokil. produktif sekali anda dalam setahun ngerjain tiga proyek.

    dan selamat atas kelarnya satu! semoga dua sisanya bisa segera nyusul. ini baru download yang menghancurkan kesusastraan, nanti coba baca pas senggang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, iseng bikin kovernya duluan buat menghilangkan jenuh. Haha. Yang novelet aslinya dari 2019 akhir, ini baru sempet dipegang lagi. Selain dua itu sebetulnya masih ada lagi sih, tapi progresnya lebih kacau daripada yang kovernya dibikin duluan.

      Ketimbang disebut produktif, saya kayaknya lebih cocok menyandang sebutan kurang kerjaan deh. Apalagi kalau yang cuma ngumpulin tulisan kayak buku digital ini. Mayoritas palingan cuma memodifikasi tulisan lawas dan nambah sedikit cerita baru.

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.