Jurnal Sylvia Plath: Terbaring di Rumah Sakit

Percobaan menerjemahkan tulisan Sylvia Plath yang tersimpan di catatan sejak Oktober 2019:


Lampiran 1, halaman 1. Fragmen Jurnal 17 Oktober 1951.





Rabu, 17 Oktober, pukul 7.30 malam.

Aku tidak tahu mengapa aku harus begitu muram, tapi aku punya perasaan tak ada satu pun yang mencintaiku. Aku sudah terbaring di sini, di rumah sakit, selama satu setengah hari. Sekarang, kepalaku benar-benar terasa jauh lebih baik, tidak terlalu penuh dan sebagainya.

Tapi aku masih merasa sangat gemetar, terutama ketika aku bangun. Efek semua pil yang mereka berikan kepadaku, mungkin. Besok aku bangkit untuk tulisan pertamaku, yang dengan bodohnya kutunda demi mempelajari baca majalah-majalah New Yorker lawas. Aku juga punya janji makan siang dengan seseorang dari Mademoiselle, yang bertemu dengan ribuan gadis yang ingin mengikuti Kontes Dewan Perguruan Tinggi.

Aku tak bisa memikirkan sesuatu untuk dikenakan. Semua pakaianku berwarna cokelat, biru dongker, atau velvet. Tidak ada aksesoris yang cocok. Sialan, betapa aku sudah menghabiskan uang, sen demi sen, untuk barang-barang yang tidak sebanding. Bagaimana aku bisa mengharapkan diri buat mengkritik majalah fesyen terkemuka di suatu negara ketika diriku sendiri saja bahkan tidak bisa berpakaian dengan bagus?

Terlebih lagi, aku baru saja berbicara dengan Ibu melalui telepon, dan membuatnya tidak bahagia. Dick tidak bahagia, aku tidak bahagia. Alih-alih bergegas untuk gala Jumat akhir pekan dengan Carol, demi Dick, klinik, pesta di HMS, dan lain-lain, aku justru menderita sakit. Malahan jika dapat aku tahan, di sini tidak terlalu sakit. Tidak. Aku pun bisa pulang jika aku juga menginginkannya. Tapi itu jelas akan menjadi tekanan pada kesehatanku dan pekerjaan akademisku. Aku bagaikan sedang goyah.

Aku sudah dua minggu kembali bekerja untuk mengejar ketertinggalan. Ini adalah hal terbaik sejauh menyangkut akal sehat untuk pergi tidur lebih awal pada malam Minggu, untuk bekerja sepanjang akhir pekan. Tapi sih aku terus berpikir diriku menari dengan Dick memakai beludru hitamku, dan bertemu teman-temannya yang menarik ... Oh, baiklah,  persiapkan diri. Bangkitkan tubuhmu dan bersiaplah untuk bertemu pesta berikutnya, cowok berikutnya, akhir pekan depan dengan kekuatan baru.

Sepertinya sekarang aku terlalu sehat untuk benar-benar sakit dan dimanjakan, terlalu cemas untuk menjadikannya berharga. Sinusitis menjerumuskanku ke dalam manik depresi. Tapi setidaknya, semakin rendah diriku, semakin cepat aku akan mencapai bagian dasar dan mulai meningkatkan perlawanan.

--

Sumber gambar: Dicomot dari film Oldboy (2003).

2 Comments

  1. Tulisan ini tuh kayak jurnal bukan sih? Soalnya kalo dibaca kayak loncat-loncat berceritanya. Sedang berbaring di RS, inget kerjaan, inget gala, terus punya misi ketemu cowok baru. Nah si Dick itu siapanya aku?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, ini memang diterjemahkan dari jurnalnya Sylvia sebagaimana yang tertera di judul. Cara penulisan jurnal bebas banget, makanya gaya dia bercerita pun semaunya.

      Saya tebak itu gebetannya. Enggak ada penjelasan juga di tulisan. XD

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.