Terjemahan Bebas Sajak-Sajak Bolaño

Saya sempat membaca ujaran salah seorang penyair kondang (saya katakan demikian karena dia terlihat punya banyak penggemar dan beberapa puisinya juga pernah muncul di sebuah film layar lebar) terkait sajak-sajak Bolaño di dalam buku The Unknown University itu biasa saja cenderung jelek. Saya tentu tak akan mendebat opininya tersebut, sebab saya sendiri enggak jago dalam menilai puisi yang ditulis bukan dalam bahasa ibu. Yah, jangankan yang berbahasa asing, dalam bahasa Indonesia saja saya masih suka bingung. Saya juga sebetulnya lebih menyukai prosa-prosa Bolaño ketimbang puisinya. Meski begitu, seperti yang pernah saya bilang di paragraf pembuka tulisan Rahasia Kejahatan, saya akan mendedikasikan blog ini buat Senor Bolaño, termasuk menerjemahkan sajak-sajaknya secara bebas. Sekalipun saya tak yakin bisa memahami tulisan beliau sepenuhnya, setidaknya inilah suatu bentuk penghormatan kepada Bolaño, seorang penulis sekaligus pemberani yang karyanya telah menemani saya pada masa-masa gelap.




--

I


Hujan

Kini hujan dan kau berkata “seolah-olah awan menangis.”
Lantas kau menutup mulutmu dan mempercepat langkahmu.
Seakan-akan awan kurus itu menangis? Mustahil.
Jadi, mengapa semua ini mengamuk, keputusasaan
yang akan membawa kita semua ke neraka?
Alam menyembunyikan beberapa metodenya
dalam Misteri, saudara tirinya.

Jadi, lebih cepat dari yang kaupikir,
sore ini kau mempertimbangkan kiamat senja,
tak akan tampak apa-apa selain petang yang melankolis,
sore kesepian yang hilang dalam ingatan: Cermin alam.
Atau mungkin kau akan melupakannya.
Hujan, tangisan, langkah kakimu
menggema di jalur tebing. Mereka tak peduli.

Saat ini kau bisa menangis dan membiarkan citramu
larut di kaca depan mobil yang diparkir di sepanjang trotoar.
Tapi kau tak bisa kehilangan dirimu sendiri.

II


Lisa

Ketika Lisa memberitahuku dia bercinta dengan orang lain,
di gudang bilik telepon tua Tepeyac itu, kupikir duniaku telah berakhir.
Pria jangkung dan kurus dengan rambut panjang dan penis panjang
yang tak bisa menunggu lebih dari satu kencan untuk menusuknya dalam-dalam.

Tak ada yang serius, ujarnya, tapi ini cara terbaik
untuk mengeluarkanmu dari hidupku.

Parménides García Saldaña berambut panjang
dan barangkali kekasih Lisa,
tapi bertahun-tahun kemudian
aku menemukan dia meninggal
di bangsal jiwa atau bunuh diri.

Lisa tak mau lagi tidur dengan pecundang.
Terkadang aku bermimpi tentang dirinya
dan melihatnya bahagia dan membeku di Meksiko,
digambarkan oleh Lovecraft.

Kami mendengarkan musik (Canned Heat, salah satu band favorit Parménides García Saldaña)
dan lantas kami bercinta tiga kali. Pertama, dia ngencrot ke dalam diriku,
lalu dia ngencrot ke mulutku, dan untuk ketiga kalinya, hampir seutas air,
sependek tali pancing, di antara payudaraku. Dan semua dalam dua jam, kata Lisa.

Dua jam terburuk dalam hidupku,
ujarku dari ujung telepon yang lain.

Ingatan tentang Lisa muncul lagi
melalui lubang malam. Seutas tali, seberkas cahaya,
dan di sanalah dia: di perkampungan orang Meksiko yang ideal.

Di tengah kebiadaban, senyuman Lisa, film beku Lisa,
kulkas Lisa dengan pintu terbuka menaburkan sedikit lampu
ruangan yang tidak teratur ini, yang mana aku,
kini hampir empat puluh, menghubungi Meksiko,
menghubungi Kota Meksiko, menghubungi Roberto Bolaño
untuk mencari telepon umum
di tengah kekacauan dan keindahan
untuk menelepon satu-satunya cinta sejatinya.

Hadiahku untukmu akan menjadi jurang maut, katanya,
tetapi itu tak akan mudah terlihat, sehingga kau akan melihatnya
justru setelah bertahun-tahun berlalu dan kau jauh dari aku dan Meksiko.
Kau akan menemukannya saat kau sangat membutuhkannya,
dan akhir yang bahagia itu tidak akan terjadi,
tapi itu akan menjadi kekosongan dan kegembiraan sejenak.
Dan mungkin kau akan mengingatku walau hanya secuil.


Catatan penerjemah:

*) Parménides García Saldaña adalah penulis Meksiko.

**) Lovecraft merupakan penulis bergenre horor, fantasi, fiksi ilmiah, dan karya fiksinya itu kerap disebut sebagai fiksi aneh.


III


Perempuan Menguasai Kehancuran

Apa yang membuatku tertarik kepadamu.
Mimpi yang menjadi mimpi buruk.
Bisikan laut dan tikus
Di pabrik yang ditinggalkan.
Mengetahui bahwa setelah semua itu
kau berada di sana, dalam kegelapan.
Sendirian dan dengan mata terbuka.
Seperti burung kusta, burung najis
dari kisah seram masa kecil kita.

Stabil. Tidak: bergelombang, seperti lampu
di luar hutan, di luar bukit pasir.
Lampu mobil melewati tikungan lalu menghilang.
Tapi matamu tidak seperti mata para pengemudi.
Mereka tergelincir dengan damai
menuju rumah atau kematian.

Kau tetap dalam kegelapan:
Tanpa lampu ataupun janji.
Tikus mengawasi penglihatanmu.
Gelombang mengawasi penglihatanmu.
Angin memutar kincir pada batas-batas
di hutan yang menarikku kepadamu:
kelangkaan sinyal yang tak bisa
dipahami di jalur anjing.

IV


Anjing Romantis


Saat itu, aku telah mencapai usia 20 dan aku gila.
Aku telah kehilangan sebuah negara
tapi memenangkan mimpi.
Selama aku punya mimpi itu,
tak ada lagi yang penting.
Tidak bekerja, tidak berdoa,
tidak belajar pada pagi hari
bersama anjing-anjing romantis.
Dan mimpi itu hidup
dalam kehampaan jiwaku.

Kamar tidur kayu, terselubung setengah terang,
jauh di dalam paru-paru kawasan tropis.
Dan terkadang aku mengasingkan diri
ke dalam diriku sendiri
dan mengunjungi mimpinya:
patung yang diabadikan
dalam cairan pikiran,
cacing putih menggeliat
sedang jatuh cinta.
Cinta yang melarikan diri.

Sebuah mimpi di dalam mimpi yang lain.
Dan mimpi buruk memberi tahuku:
Kau akan tumbuh dewasa.
Kau akan meninggalkan gambaran
rasa sakit dan labirin dan kau akan lupa.
Tapi saat itu, tumbuh dewasa akan menjadi suatu kejahatan.

Aku di sini, kataku, dengan anjing-anjing romantis
dan di sinilah aku akan tinggal.


V


Atole

Aku melihat Mario Santiago dan Orlando Guillen
Penyair Meksiko yang hilang
dihisap oleh atole
di mural universitas baru
yang disebut Neraka
atau apa yang bisa dinamakan
semacam neraka pedagogis.

Tapi, aku yakinkan kau semua,
musik latarnya adalah Huasteca
dari Veracruz atau Tamaulipas.

Aku tak bisa meletakkan jari-jariku di atasnya.
Kawan-kawanku, itu merupakan hari mereka tampil perdana.

“Penyair Meksiko yang Hilang” kini jadi bisa dibayangkan.
Dan Mario serta Orlando tertawa seperti dalam gerakan lambat
seolah-olah di mural tempat mereka tinggal
tak ada kecepatan dan ketergesa-gesaan.

Aku tidak yakin aku menjelaskan diriku sendiri
seakan-akan tawa mereka terbuka tanpa batas
di atas cakrawala yang tak pernah berakhir.
Langit yang dilukiskan oleh Dr. Atl, ingat?

Ya, aku mengingat mereka,
dan aku juga ingat tawa dari teman-temanku
sebelum mereka tinggal di dalam mural labirin.
Muncul dan menghilang seperti puisi sejati
yang kini dikunjungi para wisatawan.
Dimabuk dan dirajam seolah-olah ditulis dengan darah.
Sekarang mereka menghilang ke dalam kemuliaan geometris.

Itu merupakan Meksiko tempat mereka berasal.
Kesendirian Meksiko dan kenangan kereta bawah tanah
larut malam dan kafe Cina
fajar dan atole.





Catatan penerjemah: Atole merupakan minuman asal Meksiko yang dibikin dengan memadukan jagung bubuk dan air pada zaman kuno, tetapi kebanyakan saat ini orang-orang membuatnya dengan susu panas. Atole biasanya dijual oleh pedagang kaki lima di seluruh penjuru kota Meksiko.

--

Jadi, bagaimana penilaianmu atas sajak-sajak Bolaño barusan? Apakah biasa saja dan jelek seperti yang dibilang sang penyair kondang? Saya kira berkat membaca puisi prosanya itu, saya jadi menemukan kelebihan Bolaño dalam menulis sajak. Ya, apalagi kalau bukan sisi sentimentilnya? Walaupun mungkin pilihan katanya itu terasa medioker, ia tetap bisa menyentuh perasaan saya.


Sumber gambar: bing.com dan goya.com.

6 Comments

  1. Saya sendiri juga baca puisi hanya saja Sapardi Djoko dan sealirannya, sekali baca buku puisi Jepang karya Matsuo Basho untuk mempelajari puisi Jepang. Kalau baca ini mungkin karena baru nemu agaknya aneh, tetapi mengundang rasa penasaran sih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aneh karena jenis puisinya enggak seliris Eyang Sapardi?

      Ya, intinya banyak model dalam tulisan bergenre puisi.

      Delete
  2. sekarang aku udah nggak pernah bikin puisi atau sajak. terakhir bikin waktu SMP karena itupun ikut lomba kalau ga salah
    jadi kalaupun bikin sekarang, kudu belajar lagi, kosakata yang berbau sastra juga kurang banyak yang aku tau

    ini yang ditulis mas yoga apik juga sajaknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebetulnya saya hanya menerjemahkan sajak Bolaño, bukan puisi saya jadinya. XD

      Delete
  3. Itu komentar dari Aan Mansyur ya kalau ga salah. Saya juga ga ngerti puisi, jadi ga bisa berkomentar, meski baca The Unknown University itu kayak baca jurnal aja. Karenan kayaknya curhat otobiografis banget.

    Tapi yg paling nyebelin dari Bolano itu karena sering nyebut nama2 yg ga familiar, jadi kudu googling dulu biar ngerti konteks.

    Salfok sama Atole itu, apakah ada hubungannya sama kopi jagung ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Rif. Haha. Saya malas menyebut nama.

      Puisinya memang terasa personal dan sentimental. Nah, itu dia! Sering banget beliau menyebut nama penulis Amerika Latin, sementara referensi saya kan benar-benar terbatas. Tapi paling enggak saya jadi paham, bahwa sah-sah aja bikin puisi yang bikin orang kudu googling dulu biar ngerti sama konteksnya.

      Saya belum pernah coba, sih, jadi enggak tahu apakah minuman itu saling berhubungan. XD

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.