Kamar Dingin

Memasuki kamar dingin tak berpenghuni pada pukul tiga pagi, dan kulihat temboknya berwarna lebih gelap dari hitam. Aku pun mencoba rebah, dan dari kasurnya menguar aroma sperma, jejak eskapisme yang ditinggalkan sang pemilik sebelum ia moksa—mencari tempat tertinggi yang paling sunyi. 




Di kamar yang dinginnya sungguh keparat ini, ia seakan ingin berbicara dalam bahasa isyarat dari dunia lain yang hilang, dunia yang tanpa sengaja lenyap hanya dengan terbangun dari alam bawah sadar yang kian memudar.

Demi bisa mengikuti jejaknya, aku perlu berhenti dari penglihatan duniawi. Tapi aku segera sadar tak akan pernah pergi, sebab hasratku akan mi rebus plus cabai rawit, sate ayam, nasi bebek, kue cubit setengah matang, Choki-Choki, segelas Ovaltine hangat, es krim McFlurry Oreo, buku-buku Borges, Bolano, Dazai, Dostoyevsky, Han Kang, Mieko Kawakami, Zambra, film-film Fincher, Masaaki Yuasa, Nolan, Satoshi Kon, Stephen Chow, Tarantino, Wong Kar-wai, lagu-lagu Efek Rumah Kaca, Explosions in the Sky, Mew, Mono, The Radio Dept., The Trees and the Wild, Toe, begitu juga dengan senyuman Farsya, serta daya pikat Kayumi Asuka, tak pernah hilang dari daftar favorit yang selalu mengikatku pada dunia.

Dunia busuk yang sebetulnya ingin kutinggalkan sejak lima tahun silam, tapi konyolnya aku justru sanggup bertahan hingga hari ini. Barangkali kegembiraan masa kanak-kanak yang menandakan awal dan akhir dari tujuan hidupku ini belum tercapai, sehingga setiap hari sebelum memejamkan mata, kukatakan hal ini berulang-ulang: sampai berjumpa besok pagi, dan teruslah bertahan sekali lagi.

--

Gambar saya comot dari Pixabay.

5 Comments

  1. kenapa si coki coki itu selalu enak buat dikenyot hahahhaha
    bahkan di usiaku yang semakin menua

    aduh ngomongin khayalan dan keinginan masa anak anak emang engga ada habisnya
    kadang belum ikhlas kok masih gini ya
    kok engga sesuai ekspektasi kayak pas kecil dulu ya
    tapi akhirnya pada suatu titik ya udahlah mau gimana lagi hehe

    ReplyDelete
  2. eh wowww ijinkan gue berkata ajiiiibbb! Kosa katanya gaspol luuur bagus yog...makin terasah nih di paragraf dua dengan model penekanan pada hal hal detil as apa yang disukai sang tokoh utamanya...tetep ye ada esgrim mc flury nya again..yang rasa apa nih stroberi apa blueberry ? hahahha..tapi bagus yog...gue jadi catat tuh siapa aja itu farsya, kasumi...trus buku buku bacaannya..(keknya ini buku surem semua ya...maksudnya buku bagus bertemakan hal hal suram bukan sih)...kue cubit ya Alloh jadi pengen gue..

    sama satu lagi..moksa tuh apaan ya?

    ReplyDelete
  3. Ini perasaan yang sama saya alami beberapa tahun yang lalu sebelum nikah, terjebak dalam selera duniawi yang ingin ditinggalin..

    bedanya kalo saya dulu mah, baca komik dragon bol sambil makan hello panda

    ReplyDelete
  4. Dulu mikirnya jadi dewasa enak banget, tapi ternyata jadi orang gede kepala nggak pernah sunyi, selalu dipenuhi banyak hal. Everyday is overthinking.

    ReplyDelete
  5. Duuuuh list bacaannya berat semuaaa hahahah.

    Aku ngerasain feeling begini kayaknya pas msh blm nikah. Ada waktu2 di mana rasanya monoton banget dan kok ya jenuh luar biasa. Tiap pagi kdg suka ngucapin mantra dulu di kaca, 'hari ini bakal baik-baik saja', diulang trus sampe perasaan jd enakan :D.

    ReplyDelete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.