Lima Puluh Ribu


Kau berada di sebuah kafe di Cikini. Kau hanya memesan segelas es teh leci dan roti bakar cokelat. Kau harus membayar seharga lima puluh ribu untuk dua menu tersebut. Kau bingung, mengapa harga minuman itu bisa dua kali lipat lebih mahal dibanding makanan yang kaupesan? Harga semua menu di kafe ini terlalu mewah bagimu. Jika kau ingin membandingkannya dengan warkop favoritmu, semahal-mahalnya tak lebih dari setengah harga yang kaubayar saat ini.

Namun, jika dipikir-pikir lagi, uang lima puluh ribu itu sudah termasuk pajaknya. Bisa dibilang kau juga menyewa pemakaian satu gelas, satu sedotan, satu sendok, satu garpu, serta satu piring. Tanpa harus repot-repot mencucinya. Ditambah lagi penggunaan satu meja dan dua bangku kecil yang saat ini kautempati.

Selain itu, kau dapat menikmati internet gratis karena sang pramusaji sempat memberikanmu potongan kertas kecil yang bertuliskan kata sandi wifi. Kau juga dapat berlama-lama di sini. Masih ada sembilan jam lagi sebelum kafe ini tutup. Ada pendingin ruangan yang membuatmu tidak kegerahan. Terdapat sinar putih lampu yang menerangi setiap sudut ruangan, sehingga kau bisa melihat dengan jelas perempuan manis berambut sebahu yang memakai kacamata berbingkai bulat, yang duduknya tak jauh darimu.



Apakah harga lima puluh ribu itu sebanding dengan semua yang kau peroleh? Khususnya tentang kesempatanmu mengajak gadis jelita itu berkenalan dan mengobrol, sampai-sampai pada tiga jam berikutnya kau berhasil mendapatkan kontaknya? 

--

PS: Foto di atas hanya contoh dari latihan saya menggambar pakai aplikasi AutoDesk. Bukan potret perempuan di cerita fiksi yang terburu-buru dibikin ini.

28 Comments

  1. Sebagai sobat alfamart, sepuluh ribu untuk roti dan teh manis murahan adalah jalan ninjaku.

    Suka parno euy kalau kecantol perempuan manis rambut sebahu pake kacamata, takut leher digigit dan usus terburai pas pulang setelah kencannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Roti yang goceng dan teh pucuk atau sejenisnya memang di bawah ceban.

      Ini referensinya dari film atau anime apa dah? Saya tahunya yang pulang kencan malah jadi ghoul. Tapi si cewek rambutnya panjang sih. Haha.

      Delete
    2. Waduh iya lupa Rize Kamishiro emang rambutnya sepinggang, padahal waifu aing. Berkat Tokyo Ghoul jadi rada mundur meski sebenarnya itu tipe idamanku, kecuali kalau ada makcomblang.

      Delete
  2. Kalau lu dapetin sesuatu yang membuat lu excited ketika mengeluarkan uang segitu, seharusnya sih tidak jadi masalah. Apalagi kalau dapetin kontak cewek cantik. Btw, ilustrasinya dibikin di kafe yang sama atau enggak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kata sahibul hikayat, mau bayar berapa pun, momen berkesan itu sebetulnya tak ternilai harganya.

      Rahasia~

      Delete
  3. Gue gamau komentarin ceritanya. Tapi gue suka sama ilustrasinya. Karena pernah nyoba pake autodesk malah gabisa bisa. Makanya salut banget sama yang bisa bikin sketch gambar kayak begitu. Dan gambar lu punya ciri khas tersendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ciri khas apaan? Itu masih amatir. Haha.

      Delete
    2. Ciri khas eluuuuu. Gue melihat gambar ini aja bisa tau ini gambar lu wkwk

      Delete
  4. Karena sempat liat sketsa yang di upload di Twittet, saya jadi ngga bisa ngebayangin itu ilustrasi foto perempuan 🤭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya kali, Hul, itu gambar gue? Meski enggak ada parasnya, itu cewek kok. Haha.

      Delete
  5. lanjutannya: "Nikmati Spotify premium sekarang juga, ketuk gambar untuk info selanjutnya."

    karena dicekoki iklan spotify yang nggak premium, yang dalam penyampaian iklannya pakai sudut pandang kayak gini, saya jadi baca ceritanya denan nada mbak-mbak voice over spotify. xD

    selama itu menyenangkan, dan malah ketemu seseorang yang mungkin terlihat berkilauan dan menimbulkan keinginan yang menyenangkan, ya, 50 rebu itu jadi nilainya biasa saja untuk dapat kesenangan itu semua.

    Kecuali, kalo pas duduk dan minum dan nanyain password wifi, pelayannya bilang "harus beli makanan lain dulu" lalu kau pun memesan makanan baru dan pas nanya password lagi, pelayannya bilang"paswordnya 'harus beli makanan lain dulu" tanpa spasi dan huruf kecil semua."

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya udah lupa sih gimana suara mbak-mbak iklan Spotify karena udah lama unin. Efek terngiang-ngiang iklan bisa gitu ya.

      Jebakan kayak gitu memang kampret. Di kafe belum ngalamin, tapi pernah di rumah teman yang wifi-nya begini: 'tanyabokapgue'. Bagusnya ketika saya baru mau beranjak, dia langsung jelasin. Hahaha.

      Delete
  6. Wudiiii.. salfok dongg sama ilustrasinyaa, coloringnya soft bgttt, sukaak! Kirain diambil dri sdut pandang si cw itu. Haha. Trnyata lelaki yg lg nongkrong di kafe sndirian, dpt bonus ktmu cewek cantik.. klo di kafe wajar sih roti bakar pakek mesis doang bsa 25rb an. Pdhal klo beli roti twar cuman ceban dpt bnyak. Trs bakar sndiri dah. Tp ga mrsakan suasana yg tenang dan nyaman kek di kafe.. apalagi + live music gtu. Asik dahh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gue sejujurnya belum paham soal pewarnaan. Itu cuma hasil latihan kemarinan. Makasih udah suka sama gambar ala kadarnya. :D

      Susah bilang wajar buat harga segitu. Mendingan beli makanan pokok di luaran, jelas kenyangnya. Tapi ya di kafe tuh kita seolah-olah membeli fasilitas seperti yang sudah tertulis di kisah fiksingkat ini.

      Delete
  7. gokil si Yoga
    kemarin liat gambar yg diupload di twitter. sekarang, udah makin bagus seperti ini.
    keren

    50 rb itu mahal
    gue mending ngopi di rumah aja sih, ketimbang harus keluar
    tapi kalo pas keluar dan bisa kenalan sama cewe mah. gpp deh

    labil sekali bgst

    maap, jdi misuh di blog lu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang di Twitter itu percobaan pertama kali. Belum paham penggunaan fitur-fiturnya, Zi. Gambar di tulisan ini tampak mendingan mungkin karena gue udah latihan beberapa kali. Haha. Nuhun ya dibilang keren.

      Masalahnya, yang dipesan juga es teh leci, bukan kopi. Dia baru tahu bisa semahal itu. >.<

      Delete
  8. YOGAAAAAAA!!! You are so talented!!! Kalo mau diseriusin, bisa dijual ke etsy, atau kamu bisa contek ideku yg sampai detik ini belum juga kejadian karena satu dan lain hal, hahaha. Ingat gak waktu itu aku cerita mau bikin tas dengan gambar desainku sendiri?

    Yoga, sumpaaaaah, kamu cetak ini di tote bag putih.... banyak ciwi-ciwi beli. Coba jual ke toped atau shopee. Atau bikin website sendiri, nanti aku bantu post ke blogku... lumayan buat promosi. Cetak aja 1 dulu, post ke blogmu, aku juga post ke blogku... lihat responnya. Kalo postif, ya lanjutkan. Kalo gak, ya biar aku yg beli sini... tapi request tote bag ukuran 50x60 haha soalnya untuk sekalian jadi tas belanja...
    Please yoga, bikin..... nanti aku jadi kostumer pertamamu.

    Tapi... anu... tangannya tolong diperbaiki itu kasihan kenapa begitu😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tangannya yg satu lagi mungkin bisa dibuat seakan melambai jadi nggak keliatan buntung. Ini udah bagus banget kok. Aku suka!!

      Delete
    2. Hai, Rani. Makasih banget ya apresiasinya. Ini masih payah, tahu. Di luar sana banyak banget orang dengan bakat menggambar yang aduhai. Saking kagumnya bisa bikin frustrasi karena sadar tak akan bisa di titik itu. Ini gambar saya mah baru sebatas kemampuan dasar. Masih melihat contoh juga dari foto yang udah ada. Belum berkreasi sendiri.

      Idemu boleh juga sih, sayang banget saya belum sepercaya diri itu buat menjadikannya bisnis. Belum tahu juga di mana tempat pesan tote bag custom--dengan desain hasil sendiri.

      Soal tangannya seolah terlihat buntung, itu memang ketutupan aja sih. Hahaha. Kalau mau diedit lagi, masih bingung dibikin melambai gimana. Kemarinan cuma iseng. Nanti deh coba latihan lagi.

      Sekiranya kamu mau pakai buat dipakai sendiri, monggo dicetak sendiri, Ran. Saya masih belum sreg buat mengomersialkannya.

      Anyway, makasih sekali lagi buat apresiasinya. :D

      Delete
    3. Yog, gue setuju idenya Rani. Bagus ini buat merch semacam totebag gitu. Please Yog, ayok bagusin lagi gambarnyaaaa!!

      Delete
  9. Jd 50 RB itu utk membayar kenyaman yaa , bukan makanan dan minuman sbnrnya :D. Dan selama pandemi, baru skr aku sadar kalo kmrn2 itu ngapain juga buang2 duit hanya utk begituan hahahahha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jika dipikir-pikir lagi, itu roti bakar bisa bikin sendiri. Buat apa ke kafe. Kesannya memang buang-buang duit. Ahaha.

      Namun, beli kenyamanan enggak salah juga kok, Mbak. Soalnya ada yang harganya murah dan enak, tapi pelayanannya buruk. Bisa juga dapat bonus pertemuan seperti yang terjadi di kisah fiksi kilat ini.

      Delete
  10. aku kok sukaan buat beli paket berdua di restoran cepat saji ya wkwk
    lebih kenyang
    ini maslaah preferensi aja sih
    soalnya sekarang kafe lebih sering kena razia gugus tugas covid
    enggak lucu enak enakan berdua dan keluar 50 ribu eh kena rapid test acak huhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekalipun enggak tertulis, latar waktu di cerita kilat ini mestinya bukan saat pandemi, Mas. Jadi cemas akan rapid tes acak itu jelas tak ada di kepala tokohnya.

      Delete
  11. Kenapa harga makanan di kafe atau restauran lebih mahal daripada di warung ya bener karena kita dapat fasilitas yang lebih wah juga, jadi nggak usah protes kalau harganya lebih mahal. Kalau mau lebih murah ya bisa pindah ke warung. Saya pribadi lebih suka yang murah😁, kalau bisa ada wifi dan kipas anginya
    He..he...😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi di warung kan jarang banget yang menyediakan wifi. Kipas angin juga kadang pas nengok udah bunyi-bunyi. Wahaha.

      Delete
  12. Sa kira tak ada yang lebih indah kala jajan di minimarket yang kasirnya selintas mirip polwan. Saya rela berlama-lama di sana. Namun sayang, saya belum menemukannya. Mungkin Yoga punya info?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selama pandemi saya jarang keluar rumah. Mayoritas kasir minimarket dekat rumah juga pada pakai jilbab. Haha.

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.