Terjemahan Cerpen Hassan Blasim: Lubang

1
 
Aku sedang memasukkan potongan cokelat terakhir ke dalam tas. Aku baru saja mengisi kantongku dengan cokelat-cokelat itu. Aku mengambil beberapa botol air dari gudang. Aku punya cukup salmon kalengan, jadi aku menyembunyikan sisa kalengnya di bawah tumpukan tisu toilet. Kemudian, tepat saat aku menuju pintu, tiga pria bersenjata bertopeng masuk menerjang. Aku melepaskan tembakan dan salah satu dari mereka jatuh ke tanah. Aku berlari keluar dari pintu belakang ke jalan, tetapi dua lainnya mulai mengejarku. Aku melompati pagar lapangan sepak bola setempat dan berlari menuju taman. Ketika aku sampai di ujung taman, di sisi Museum Sejarah Alam, aku terperosok ke dalam lubang.
 



“Dengar, jangan takut.”
 
Suara seraknya membuatku takut.
 
“Kau siapa?” tanyaku kepadanya, lumpuh sebab ketakutan.
 
“Apa kau kesakitan?”
 
“Enggak.”
 
“Itu normal. Itu bagian dari rangkaian.”
 
Kegelapan memudar ketika dia menyalakan lilin.
 
“Tarik napas dalam-dalam! Jangan cemas!”
 
Dia menyuguhkan tawa yang tak menyenangkan, penuh dengan kesombongan dan penghinaan.
 
Wajahnya gelap dan kasar, seperti sepotong roti jelai. Seorang pria jompo. Bertelanjang dada. Dia sedang duduk di bangku kecil, dengan seprai kotor di pahanya. Di sebelahnya ada beberapa karung dan beberapa rongsokan tua. Jika tidak menggerakkan kepalanya seperti karakter kartun, dia akan terlihat seperti gelandangan biasa. Dia memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan seperti kura-kura di beberapa hikayat.
 
“Kau siapa? Apa aku jatuh ke lubang?”
 
“Ya, tentu saja kau jatuh. Aku tinggal di sini.”
 
“Apa kau punya air?”
 
“Airnya mati. Entar bakal hidup lagi. Aku punya beberapa linting ganja.”
 
“Ganja? Kau ini bersama pemerintah atau oposisi?”
 
“Aku bersama memek ibumu.”
 
“Tolonglah! Apa tempat ini aman?”
 
Dia menyalakan selinting dan menawarkannya kepadaku. Aku bergeser dan memeriksanya. Dia tampak curiga. Dia merokok sisa lintingan dan menyetel radio di sampingnya ke stasiun yang memutar lagu dalam bahasa asing. Kedengarannya seperti irama religius asal Afrika.
 
“Apakah kau orang asing?”
 
“Tak bisakah kau mengenali aksenku? Aku berbicara dalam bahasamu, Kawan! Tetapi kau tak bisa berbicara dalam bahasaku, karena aku berada di lubang sebelum kau. Tapi kau akan berbicara dalam bahasa orang yang jatuh berikutnya.”
 
“Aduh. Aku benci caramu berbicara.”
 
Dia membuang muka, mencondongkan lehernya yang seperti kura-kura ke depan, dan menyalakan lilin lain. Aku kini bisa melihat tempat itu lebih jelas. Ada mayat. Aku memeriksanya dalam cahaya lilin, rasa pahit muncul di mulutku. Itu adalah tubuh seorang prajurit, dan ada senapan tua di dekatnya. Kakinya terkoyak, mungkin oleh pecahan peluru tajam. Dia tampak seperti seorang prajurit dari zaman kuno.
 
“Benar, itu adalah tentara Rusia.”
 
Dia bagai membaca pikiranku, dan di wajahnya terdapat senyum palsu.
 
“Dan apa yang dia lakukan di negara kita? Apakah dia bekerja di kedutaan?”
 
“Dia jatuh di hutan selama perang musim dingin antara Rusia dan Finlandia.”
 
"Kau benar-benar sinting.”
 
“Dengar, aku tak punya waktu untuk orang sepertimu. Aku ingin bersikap sopan denganmu, tetapi sekarang kau mulai membuatku jengkel. Aku sedang dalam suasana hati yang buruk hari ini.”
 
Aku mulai memeriksa lubang ini. Seperti sumur. Dindingnya dari lumpur basah, tetapi pori-porinya mengeluarkan bau yang kuat dan tajam. Mungkin bau bunga-bunga! Aku mengangkat lilin untuk mencoba melihat seberapa dalam lubang ini. Di mulut lubang, lampu-lampu di taman terlihat.
 
“Apakah kau percaya kepada Tuhan?” dia bertanya kepadaku dengan suaranya yang menjijikkan.
 
“Kami selalu dalam lindungan-Nya. Berdoalah kepada-Nya, Kawan, untuk menghindarkan kita dari bencana kehidupan.”
 
Dia membulatkan tangannya menjadi bentuk megafon dan mulai berteriak histeris, “O Penguasa Keajaiban, Yang Mahakuasa, Yang Mahatahu, Tuhan Yang Mahaagung, turunkanlah seekor jerapah atau monyet asalkan tingginya seratus delapan puluh sentimeter! Buat sesuatu selain manusia untuk jatuh ke lubang! Buatlah pohon kering jatuh ke lubang! Lemparkan kami empat ular agar kami bisa menjadikannya tali!”
 
Seolah-olah kegilaan lelaki jompo seperti kura-kura ini merupakan yang aku butuhkan! Aku menghiburnya dengan doa sarkastiknya dan mengatakan bahwa jika orang lain jatuh ke dalam lubang, akan mudah untuk keluar darinya, sebab lubangnya enggak dalam.
 
“Kau benar, dan ini orang ketiga!” katanya sambil menunjuk tentara Rusia itu.
 
“Tapi dia sudah tewas.”
 
“Tewas di sini, tapi tidak di lubang lain.”
 
Orang tua itu tiba-tiba mengeluarkan pisau. Aku mengawasinya dengan waspada, kalau-kalau dia menyerangku. Dia merangkak berlutut ke arah tubuh prajurit dan mulai memotong potongan daging dan memakannya. Dia enggak mengindahkanku, seolah-olah aku tak ada.
 
2
 
Malam itu aku telah mengambil revolverku sebelum pergi ke toko. Aku telah menutup tempat itu beberapa bulan sebelumnya, ketika pembunuhan dan penjarahan mulai menyebar ke seluruh ibu kota. Aku akan mampir ke toko sekarang dan ketika sulit untuk mendapatkan makanan atau air dari toko mana pun di dekat rumah kami. Perekonomian runtuh dengan cepat, dan keadaan menjadi lebih buruk lantaran pemogokan. Ada tanda-tanda pemberontakan, dan kekacauan menyebar setelah pengunduran diri pemerintah. Protes pertama dimulai di ibu kota, dan dalam beberapa hari kepanikan dan kekerasan melanda negara ini. Sekelompok orang menduduki semua gedung pemerintah. Mereka membentuk komite sementara dan berusaha untuk memerintah. Namun, hal-hal tiba-tiba berubah getir lagi. Orang-orang mengatakan bahwa para pengusaha yang mendukung geng-geng terorganisir yang berhasil menguasai bagian utara negeri. Orang kaya dan pendukung pemerintah buronan yakin bahwa kelompok berbasis agama baru akan berkuasa dan memaksakan ideologi tak jelas mereka. Itulah yang dikatakan juru bicara wilayah utara, dan dia juga mengancam bahwa wilayahnya akan memisahkan diri. Para ekstremis dalam kelompok berbasis agama tidak tertarik pada pidato politisi atau revolusioner. Mereka bekerja diam-diam di belakang layar, dan dalam satu serangan mengejutkan mereka menguasai pangkalan rudal nuklir negara. “Umat manusia telah membawa kita ke dalam kehancuran, jadi mari kembali ke kebijaksanaan Sang Pencipta.” Itu adalah moto mereka.
 
Adapun tentara-tentara itu berjuang di beberapa front. Di pelabuhan utama negara tersebut, tentara dengan senapan mesin membunuh lebih dari lima puluh orang yang mencoba merampok bank utama. Orang-orang mulai menghadapi tentara, yang mulai mereka lihat sebagai musuh perubahan. Ada banyak persenjataan. Tetangga selatan kami dikatakan telah memberikan senjata kepada warga sipil. Di ibu kota beberapa orang yang bijaksana menyerukan ketenangan dan jalan keluar dari badai yang melanda negeri. Tentara mengepung pangkalan rudal dan mulai bernegosiasi dengan pemimpin ekstremis, yang tinggal di antara suku-suku bersenjata di negara lain. Dia adalah seorang kolonel yang telah dikeluarkan dari laskar karena ide-ide ekstremisnya. Dikatakan juga bahwa dia memiliki tato slogan di dahinya: Musnahkan iblis dari muka bumi.
 
Orang tua itu mengunyah daging dan kembali ke tempatnya seolah-olah dia baru saja selesai makan sepotong roti lapis. Dia menyeka mulutnya dengan handuk kotor, mengeluarkan sebuah buku, dan mulai membaca. Aku mengambil sebatang coklat dan melahapnya dengan gugup. Orang jompo itu sangat memuakkan dan menjijikkan.
 
Dia mendongak dari bukunya dan berkata, “Dengar, aku akan langsung ke intinya. Aku sesosok jin.” Dia mengulurkan tangannya untuk kujabat.
 
Aku menatapnya dengan rasa ingin tahu.
 
Apa yang kakek ini coba katakan dalam beberapa minggu terakhir? Dia terus mengoceh di depan pohon delima (yang bisa dia lakukan di dunia ini hanyalah mengisap buah delima dan menatap pohon itu).
 
Betapa aku ingin bangkit dan menendang lelaki jompo itu. Aku perhatikan dia menatapku dengan dengki dan tersenyum dengan cara yang menyiratkan penghinaan. Lantas dia berkata, “Kau tampaknya lebih berani dan tak terlalu menjijikkan ketimbang orang Rusia ini. Dengar, aku tak tertarik kepadamu dan orang-orang yang mengunjungi lubang ini. Yang kucari dalam ceritamu hanyalah hiburan. Ketika kau menghabiskan hidupmu dalam rangkaian tanpa akhir ini, kesenangan bermain adalah satu-satunya hal yang membuatmu terus maju. Orang-orang malang seperti orang Rusia ini mengingatkanku pada absurditas permainan. Gairah ketakutan mengubah rangkaian menjadi tiang gantungan. Begitu teman kami si Rusia jatuh ke dalam lubang, dia ketakutan karena aku ada di dalam sini. Dia mengarahkan senapannya ke kepalaku. Dan ketika aku mengatakan kepadanya bahwa aku adalah seorang jin, dia hampir jadi gila. Dia punya sebutir peluru. Jika ia tidak membunuhku, dia yang akan mati ketakutan, dan jika dia tidak menembakkannya, dia akan tetap terperangkap oleh ketakutannya sendiri.”
 
“Baiklah, dan apa yang terjadi?”
 
“Ha! Aku mengatakan kepadanya bahwa aku tahu semua rahasia hidupnya, dan untuk membuatnya lebih takut, aku berkata aku mengenal Nikolai, putra bungsu bibinya. Prajurit itu merasa terganggu ketika mendengar nama itu. Aku berbicara tentang bagaimana dia dan Nikolai memperkosa seorang gadis di desanya. Dia terpuruk dan menembakkan peluru ke kepalaku. Ini adalah rangkaian konyol, penuh dengan kisah-kisah manusia. Apakah kau percaya perkataan seperti ini?” Dia membaca dari bukunya: “’Kita hanyalah bayangan eksotis di dunia ini.’ Ucapan basi, kan? Hidup itu indah, Kawan. Nikmatilah dan jangan cemas. Aku dulu mengajar puisi di Bagdad. Aku pikir akan turun hujan. Suatu hari kita mungkin tahu salah satu rahasia atau bagaimana cara untuk keluar. Tidak ada perbedaan di sini. Yang penting adalah musik dari rangkaian itu.”
 
Aku berteriak, “Kau memakan mayat, dasar tua bangka menjijikkan!”
 
“Ha! Kau bakal memakanku juga, dan mereka akan memakanmu atau menggunakanmu sebagai bahan buat baterai atau untuk minum.”
 
Aku meninju wajahnya dan berteriak lagi: "Jika kau bukan tua bangka, aku akan menghancurkan tengkorakmu, bajingan!”
 
Dia tidak mengindahkan apa yang kukatakan. Yang dia katakan hanyalah bahwa aku tak perlu marah, sebab dia akan segera meninggalkan lubang dan aku akan jatuh ke lubang lain pada lain waktu. Dia mengatakan bukunya akan tetap bersamaku. Ini adalah buku yang penuh dengan halusinasi. Ini memiliki penjelasan rinci tentang energi rahasia yang diekstraksi dari serangga untuk bikin organ tambahan agar liver, pankreas, jantung, dan semua organ tubuh lainnya semakin kuat.
 
3
 
Sebelum meninggalkan lubang, lelaki tua itu memberitahuku bahwa dia berasal dari Bagdad dan pernah hidup pada masa kekhalifahan Abbasiyah. Dia pernah menjadi guru, penulis, dan penemu. Dia menyarankan kepada khalifah agar mereka menerangi jalan-jalan kota dengan lentera. Dia sudah mengawasi penerangan masjid dan kini sibuk dengan rencananya untuk memperluas sistem penerangan rumah dengan metode yang lebih kontemporer. Pencuri Bagdad kesal dengan lenteranya, dan suatu hari mereka mengejarnya setelah salat Subuh. Di dekat rumahnya, pria lentera itu tersandung jubahnya dan jatuh ke dalam lubang.
 
Salah satu hal yang dikatakan si Baghdadi kepadaku adalah bahwa setiap orang yang mengunjungi lubang segera belajar bagaimana mengetahui tentang peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa depan, dan bahwa penemu permainan telah mendasarkannya pada serangkaian eksperimen yang mereka lakukan untuk memahami kebetulan-kebetulan. Ada desas-desus bahwa mereka tidak bisa mengendalikan permainan, yang bergulir tanpa henti melalui kurva waktu. Dia juga mengatakan, “Siapa pun yang mencari jalan keluar dari sini juga harus mengembangkan seni bermain; jika tidak, mereka akan tetap menjadi hantu sepertiku, senang dengan permainannya. . . . Ha ha ha. Aku muak mencoba menguraikan simbol. Ada dua lawan di setiap pertandingan. Masing-masing memiliki kode pribadinya sendiri. Ini pertarungan berdarah, berulang, dan menjijikkan. Sisanya adalah memori, yang tak bisa mereka hapus dengan mudah. Di zamanmu, eksperimen dengan memori masih dalam tahap awal. Para ilmuwan terus bekerja selama lebih dari satu setengah abad setelah upaya pertama tersebut, yang tujuannya adalah untuk menemukan pusat memori di otak tikus. Ternyata tikus mengingat apa yang mereka pelajari bahkan jika otak mereka telah dihancurkan sepenuhnya di laboratorium. Itu akan menjadi eksperimen yang luar biasa jika diterapkan pada manusia. Apakah memori adalah kartu as dalam permainan ini yang kita mainkan dengan sangat serius sampai semuanya berakhir, atau haruskah kita bersenang-senang saja? Setiap orang yang jatuh di sini menjadi makanan atau sumber untuk memuaskan naluri, atau energi untuk sistem lain. Sialan, siapakah kita? Tak ada yang tahu!”
 
Orang tua itu meninggal dan membuatku benar-benar tak berdaya. Hari telah tiba dan kepingan salju jatuh dari mulut lubang. Tubuh orang Rusia itu tampak seperti hantu. Aku ingin kembali ke masa-masa lain yang mungkin pernah kujalani, jejak-jejaknya tersebar ke tempat-tempat yang sebelumnya kupikir imajiner. Kesadaranku bergerak seperti roller coaster di taman hiburan. Aku melihat kepingan salju berputar-putar. Penglihatan prajurit itu telah menghilang. Mataku terbuka dan pikiranku tertidur. Aku mungkin telah tidur selama ratusan tahun. Aku membayangkan sel mati. Apakah aku benar-benar hanya ada di pikiranku atau di setiap sel di tubuhku? Aroma bunga yang kuat memenuhi lubang ini. Aku memejamkan mata, tetapi kemudian seorang gadis muda jatuh ke dalam lubang. Dia membawa di punggungnya sebuah tas elektronik yang diikatkan di dadanya dengan banyak tali, dan di pahanya diikat gugusan fosfor metalik. Di tangannya dia memegang sesuatu yang tampak seperti pengukur elektronik.
 
“Kau siapa?” dia bertanya kepadaku, terengah-engah. Ada luka yang menodai wajahnya yang cantik.
 
“Aku sesosok jin. Apa yang terjadi denganmu?”
 
Aku merasa seolah-olah suaraku balik ke zaman kuno.
 
“Robot penganalisis darah mengejarku,” ujarnya.
 
Dia mengisap jarinya, yang bengkak seperti jamur.
 
“Itu normal,” kataku apatis, lalu merangkak ke arah mayat lelaki tua itu.
 
--
 
 
Hassan Blasim lahir di Bagdad pada 1973. Penulis kebangsaan Irak ini belajar di Akademi Bagdad Seni Sinematik. Dia merupakan seorang pembuat film, penyair, serta penulis fiksi yang telah menerbitkan karyanya di berbagai majalah dan antologi, dan juga salah seorang editor di situs web sastra Arab: www.iraqstory.com. Tulisan barusan saya terjemahkan dari cerpen The Hole yang terdapat di buku kumcer The Corpse Exhibition versi Inggris yang dialihbahasakan oleh Jonathan Wright.

0 Comments