Ayaka Miyoshi

Sewaktu mengidolakan seseorang, kita bisa mengekspresikan kekaguman itu dengan menorehkan cinta sekaligus tinta ke dalam kanvas hingga menjadi sebuah lukisan, atau cara sederhananya cukup membuka aplikasi desain dan membuat gambar vector, bisa pula dengan menciptakan sebuah lagu, atau seperti yang sedang saya lakukan saat ini: meracik puisi. Puisi (yang lebih cocok disebut racauan) ini saya persembahkan untuk seorang aktris Jepang, Ayaka Miyoshi.

--




Potret dirimu yang anggun
tentu selalu membuatku tertegun,
tapi menyaksikan kau ingin bunuh diri
di sebuah dorama yang berperan
sebagai gadis SMA
ternyata bisa menggerakkan hatiku
agar aku menjelma tali
yang menjerat leher




Kematianmu akan menjadi sebuah ironi,
sementara membunuh perempuan manis
barangkali akan menjadi tujuh dosaku
yang tak terampuni

Oh, mampuslah aku di neraka

Namun, aku akan mengubah takdir
dengan menonton film lain
ketika dirimu berperan sebagai dokter bedah
di sebuah dunia yang sangat bedebah,
Kau terjebak di semesta alternatif
bernama Pantai Surga




Seumpama kau menemukanku
di cerita itu dalam kondisi tak bernyawa,
tolong bedahlah kepala maupun otakku
supaya kau kelak mengetahui:
Ada kekaguman yang menggila
dari seorang pemuja kepada idola

Betapa tololnya impian manusia,
pikirku, setiap kali aku berharap
kita dapat berjumpa, sekalipun
pada masa kecil aku sempat mendengar
ujaran narator bahwa impian manusia
merupakan hal yang tak bisa dihentikan*

“Selama manusia masih terus
mencari makna kebebasan,” sambungnya,
“mereka tidak akan pernah berhenti

Tapi, Ayaka, apakah itu kebebasan?

Apakah seperti menulis puisi
pada kesunyian malam
secara suka-suka, tanpa peduli
dengan rima dan irama?

Apakah serupa kesedihan
yang sanggup menembus ingatan,
yang bisa datang kapan saja
dan tak mengenal waktu?

Di ujung sajak ini, Ayaka,
aku menanti jawabanmu
meskipun puisi ini tampaknya
tak akan pernah berakhir,
sebab aku mengerti
bahwa kau cantik dan estetik,
sehingga tak lagi membutuhkan titik,
sedangkan aku kini tak lagi berkutik



--

*) Narasi itu dibacakan dalam salah satu lagu pembuka One Piece versi Indonesia yang sempat tayang di RCTI.

4 Comments

  1. Foto pertama aku pikir Dian Sastro 🤣.

    Eh aku jadi kepikiran pas yg bedah otak, seru kali yaaa kalo seorang dokter bedah bisa melihat apa yang menjadi pemikiran paling kuat dari pasiennya 😄. Bisa tahu idola die hard nya siapa hahahaha.

    Aku ga terlalu ngikutin drama atau film Jepang sih Yog. Ga tahu siapa artis di atas jadinya. Tapi memang aku sendiri tipe yg ga hapal Ama nama2 artis. Biasanya tahu muka doang, nama byee aja 🤣. Drakor yang aku tergila2 pun kdg ga tau nama artisnya. Cuma familier doang Ama wajah. Kalo sampe aku tahu namanya, berarti udh di tahap aku beneran suka banget 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekilas agak mirip memang. Tapi saya lupa waktu Dian main di film mana yang rambutnya segitu juga.

      Hahaha. Kayaknya memang seru, padahal imajinasi saya lagi ngawur itu ketika bikin puisinya. XD

      Yang jadi dokter bedah, Ayaka Miyoshi main di Alice in Bonderland. Serial Netflix yang sempat ramai. Boleh dicoba, Mbak.

      Sebetulnya saya juga begitu. Ketika udah suka banget, pasti akan saya cari tahu nama aslinya, terus nonton beberapa filmnya yang lain.

      Delete
  2. Jadi ingat esai Bolano yg judulnya "Troubadours" (pernah nerjemahin ini di blog), tentang para penulis yg jatuh cinta pada desas-desus/gagasan, karena si ceweknya jauh di negeri seberang dan mereka belum ketemu langsung, tapi para penulis ini produktif bikin karya berkatnya, yg paling banyak bentuk puisi cinta, mungkin kayak potingan gini ya hihi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sempat baca terjemahannya di blogmu, Rif. Penyair-penyair Prancis seingat saya kalau enggak salah. Pengin, sih, produktif gara-gara hal semacam itu. Tapi kalau semua aktris idola saya bikinan puisi cinta begini,takutnya saya sendiri yang mual saking malunya. Wqwqwq.

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.