Terapi Musik untuk Memulihkan

Ketika sedang pilek lalu ingus telah berwarna hijau, banyak yang bilang itu tandanya sudah mau sembuh. Terus bagaimana kalau saya tidak pilek, melainkan hanya radang tenggorokan dan batuk berdahak—lantas dahaknya yang mulai berubah hijau, apakah pernyataan itu sama saja?

Pertanyaan itu tiba-tiba terlontar pada malam ketiga saya sakit. Saya tidak banyak tahu ilmu kedokteran dan sedang malas mencari tahunya di internet. Saya hanya ingin segera tidur cepat dan berharap keesokan harinya dapat sembuh, sebab pada hari itu ada wawancara kerja. Saya pun memejamkan mata dan berharap doktrin “pilek berwarna hijau tandanya mau sembuh” yang telah melekat sejak saya SD itu benar adanya.

Nyatanya, bangun-bangun saya justru kliyengan. Suatu efek karena saya mulai terserang pilek. Apalagi ketika menunduk, kepala rasanya sakit sekali. Semestinya saya sadar dari awal, bahwa penyakit batuk dan radang lazimnya selalu sepaket dengan pilek. Kenapa buru-buru amat mau sembuh tanpa harus terserang flu? Lagi pula, saya sakit belum ada satu pekan. Penyakit ini biasanya akan pulih dalam 1-2 minggu.



Kayaknya saya kudu membatalkan janji interviu itu.

“Kamu enggak jadi berangkat, Yog?” tanya ibu saya sewaktu saya lagi mengambil segelas air hangat di dispenser.

“Enggak jadi, Bu. Hari ini aku belum sembuh.”

“Ya udah, tidur lagi sana. Anggap aja itu belum rezekimu. Yang penting kamu sembuh dulu. Nanti baru cari lagi.”

Saya tahu, penyakit ini bagi saya termasuk jenis yang ringan—saya menganggapnya demikian karena dapat sembuh sendiri tanpa bantuan obat-obatan dan dokter. Yang penting saya banyak istirahat dan sering minum air putih hangat biar cepat pulih. Tapi meskipun penyakitnya tampak sepele, saya kali ini sedang tak ingin memaksakan diri. Terakhir kali saya nekat pergi ketika lagi kurang enak badan, saya malah terserempet mobil, terjatuh, dan luka-luka. Sakit yang tadinya ringan bahkan bertambah parah karena ternyata keseleo juga. Jadilah saya kembali ke kamar, rebahan, lalu selimutan.

Selagi sakit begini, saya entah mengapa teringat akan satu paragraf di novel Kamu: Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya karangan Sabda Armandio, “Dengan musik, rumah sakit bisa memunculkan gambaran-gambaran elok tentang hidup untuk bisa meningkatkan daya juang para pasien, dan pada akhirnya membuat mereka lekas sembuh. Namun rumah sakit ini sepertinya tidak sepaham denganku. Kematian datang lebih cepat di ruang-ruang tanpa musik.”

Pada hari pertama saya sakit, saya iseng bikin twit: “Yang aku dengarkan setiap menjelang tidur kalau sehat vs sakit.” Saya melampirkan gambar pertama lagu Mono – Requiem for Hell, sedangkan yang kedua Menghadapi Pahitnya Cobaan Hidup – Ceramah K.H. Zainuddin MZ.

Sejak kecil, keluarga saya kerap menyangkutpautkan penyakit dengan hal-hal berbau agama. Katanya, penyakit itu sebuah ujian atau cobaan hidup. Sakit itu berguna juga untuk merontokkan dosa-dosa kita. Makanya, kalau lagi sakit jangan mengeluh terus, salat tetap dilaksanakan, perbanyak istigfar, dan seterusnya, dan sebagainya. Gagasan itu terus menempel hingga sekarang, sehingga setiap kali sakit saya biasanya bakal mendengarkan ceramah sembari merenungi dosa-dosa. Apalagi dalam satu bulan belakangan ini di dekat rumah saya banyak yang meninggal, khususnya yang terakhir ialah tetangga samping rumah.

Bagaimana kalau ini giliran saya?

Kengerian semacam itu muncul begitu saja tanpa bisa saya cegah. Anehnya, saya tetap saja masih lalai beribadah. Jangankan pas sakit, sewaktu sehat juga tidak jauh berbeda. Menjalankan ritual sering ditunda-tunda dan sesempatnya. Lalu kala badan sakit begini, saya penginnya rebahan doang. Jadi dalam tiga hari ini beberapa kali saya lupa salat karena tidur terlalu nyenyak. Saya kemudian merenungi perbuatan saya yang teramat buruk itu. Saya menduga kalau sakit ini memanglah sebuah ujian, berarti saya tidak pernah lulus sejak SD. Sebab sejak hari itu saya rasa sudah terlalu banyak ucapan orang tua yang mengingatkan saya, “Sakit kok ‘aduh-aduh’ melulu. Istigfar dong, ingat sama Allah.”

Pikiran liar saya pun langsung menjadi-jadi. Apa mungkin saya belum naik-naik level, ya? Lantas, saya lagi di level berapa sekarang? Kelihatannya masalah-masalah saya ini sepele, tapi kok susah banget buat menjalani hidup?

Daripada pikiran semakin ngawur, saya berusaha mengecoh kecemasan itu dengan paragraf di novel Dio lagi. Kematian datang lebih cepat di ruang-ruang tanpa musik. Kapan terakhir kali saya memutar musik? Kayaknya kegelisahan ini bertambah gila karena saya jarang menyetel lagu selama tubuh lagi kurang fit. Saya hanya menghabiskan waktu buat tidur-tiduran.

Saya pernah membaca artikel tentang musik yang digunakan buat terapi memulihkan pelbagai macam penyakit. Biasanya musik yang digunakan adalah musik-musik relaksasi. Tapi saya pikir musik apa pun akan sama asyiknya dan dapat meringankan beban orang sakit, selama itu bukanlah lagu-lagu sendu. Seketika itu pula saya segera membuka Youtube dan mencari lagu yang sekiranya dapat menggembirakan hati. Maka, inilah daftar lagu yang saya dengarkan buat memulihkan diri.


Linkin Park - Breaking the Habit




Memories consume like opening the wound
I'm picking me apart again

Jika diingat-ingat kembali, sepertinya sudah berbulan-bulan saya tidak jatuh sakit. Namun, terkadang saya memang merasa butuh sakit agar bisa lebih bersyukur. Selain untuk menggugurkan dosa-dosa yang telah saya perbuat, saya kira sakit itu penting juga supaya saya lebih menghargai tubuh ini.

I don't know what's worth fighting for
Or why I have to scream

I don't know why I instigate
And say what I don't mean

I don't know how I got this way
I'll never be alright

So I'm breaking the habit
I'm breaking the habit tonight

Saya selalu mempertanyakan hal ini: meskipun akhir-akhir ini saya termasuk orang yang jarang sakit, tapi mengapa gangguan kecemasan cukup sering melanda diri saya? Sesudah mengevaluasi diri, pemicu paling seringnya adalah kurangnya jam tidur dan kebiasaan menunda mencatat ide-ide di dalam kepala menjadi sebuah tulisan. Karena hal ini terus-menerus berulang, alhasil ketika tubuh dan pikiran saya sama lelahnya, mereka justru menolak beristirahat.

Saya perlu menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Saya sebaiknya langsung menulis saat inspirasi datang. Agar suara-suara di benak saya bisa lebih tenang. Saya mesti membenahi pola tidur dan setop begadang, apalagi cuma buat menghabiskan kuota malam. Semoga saya bisa lebih gemar berjoging, banyak minum air putih, serta rajin makan sayur dan buah. Pokoknya, apa pun segala hal bagus buat memperbaiki hidup yang memble ini.


Good Charlotte - Keep Your Hands Off My Girl




Pertama kenal lagu ini pas kelas satu SMP. Kalau tak salah ingat sewaktu penutupan MOS. Kakak kelas dari ekstrakurikuler band membawakan lagu ini. Saya jelas enggak paham liriknya karena kemampuan bahasa Inggris saat itu baru secuil. Tapi entah kenapa saya bisa menyukainya. Mungkin lantaran tempo vokalnya yang cepat itu memacu adrenalin saya.

Walaupun liriknya tidak berhubungan sama sekali dengan hidup saya, lagu ini selalu membawa diri saya pada zaman awal-awal masuk SMP. Diri saya yang memandang kehidupan dengan pandangan jernih. Belum sesuram hari ini. Meminjam sebagian kalimat Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie dalam novel Jakarta Sebelum Pagi, saya ingin kembali memandang dunia ini lewat mata anak-anak yang mengartikan masa depan sebagai “minggu depan”, bukan dunia yang miskin kesempatan.


Blind Melon - No Rain




And all I can do is read a book to stay awake
And it rips my life away but it's a great escape

Ah, betul juga. Kenapa saya tidak membaca buku buat melupakan rasa sakit itu daripada hanya tidur-tiduran? Membaca kisah fiksi adalah pelarian terbaik ketika kenyataan sedang bobrok-bobroknya. Otomatis, saya pun segera menyibukkan diri dengan menamatkan beberapa koleksi buku digital yang telah saya pinjam di iPusnas. Bagi saya, membaca buku memang cara menghibur diri paling mudah dan murah—bahkan gratis.


The Mamas and the Papas - California Dreamin'




Alasan memutar lagu ini karena iramanya menyenangkan. Lalu ditambah pula dengan bagian Faye— seorang tokoh di film Chungking Express—yang joget-joget, saya seolah-olah tertular rasa semangatnya dan seperti sedang jatuh cinta. Saya dalam sekejap merasa sembuh dan jadi pengin ikutan goyang. 


OST Janji Joni - Satu Waktu




Mulanya saya sempat berpikir, apa radang-batuk-pilek ini terasa semakin menyiksa karena saya belum menulis lagi? Setiap kali saya sakit, saya biasanya membuang pikiran-pikiran negatif dengan menulis. Itu cukup ampuh buat meringankan beban di kepala saya yang berat. Namun, ketika saya sudah mencoba menuangkan gagasan untuk bikin cerpen sejak hari pertama batuk dan radang, kok kepala saya malah sulit memikirkan kelanjutan ceritanya. Lebih-lebih sekujur badan sangatlah kaku, terutama jari-jari. Saya akhirnya malas dan pikiran ikutan mendadak buntu.

Terpaksa menunggu hingga satu waktu kita bertemu
Kan kuceritakan semuanya padamu gelisah itu

Pulih nanti... pulih nanti

Lagu ini kemudian menyadarkan saya, bahwa sebaiknya saat ini bersabar dulu dan menanti hingga waktunya tepat. Baiklah, mending tunda sementara keinginan menuliskan kisah sampai saya nanti mendingan. Jika sudah sehat, kan, saya bisa kembali bercerita di blog dengan lancar.

--

Gambar saya ambil dari https://pixabay.com/photos/girl-relaxation-listening-music-3231703/

24 Comments

  1. Gue jadi mulai mikir kalau doktrin agama sebenarnya dimulai dari orangtua ke anaknya. Anjir otak gue hahahahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Orang tua kan yang paling pertama ngajarin ini-itu. Mau gimana lagi?

      Delete
  2. Hai, Yoga. Musik menurutku emang bisa menenangkan sih. Aku juga suka denger musik saat sakit atau sedih. Lumayan, dengerin musik bisa bantu aku sampai terlelap tidur atau sekedar melupakan masalah sebentar. Tapi kadang musik juga bisa bikin aku sedih padahal tadinya mood aku baik-baik aja. Ada beberapa lagu yang masih aku simpan tapi gak pernah aku play karena kalo denger lagu itu, aku pasti nangis :D hahah. Soalnya lagu itu mengingatkan aku pada oma dan omaku sudah meninggal beberapa tahun lalu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, Ran.

      Iya, ada musik yang khusus dirancang buat sedih-sedihan. Makanya, itu saya tulis pas lagi sakit jangan dengerin yang sendu-sendu. Takutnya malah makin memburuk.

      Hmm, selalu ada lagu yang bikin kita ingat sama seseorang, ya. Jangan sampai enggak sengaja dengerin lagunya kalau gitu.

      Delete
  3. Ah, saya suka banget dengerin radio tapi akhir-akhir ini udah jarang dan malah nggak sempat. Betul, musik juga bisa bikin rileks.

    Semoga lekas sembuh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga udah jarang banget, kalau podcast lumayan sering.

      Makasih ya, Pit.

      Delete
  4. Waduh serem juga ya dari radang malah jadi mikir ke sana ke sini. Coba kalo pas lagi kayak gitu, cari aktivitasnya sama orang yang lo percaya yog.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masalahnya, aktivitas gue kan lebih sering sendirian. Hahaha.

      Delete
  5. Bener memang, flu, pilek, pusing itu bisa sembuh dengan sendirinya. Tapi kalau saya biasanya tetep tak "bantu" sama minum Alpara yang tak beli di Viva Generik deket kost'an *malah promosi apotek....Dan alhamdulillah, biasanya sehari setelahnya udah mendingan dan badan lumayan visa diajak utk aktivitas lagi, Yog.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biasanya saya juga bantu pakai Panadol, Wis. Kadang juga susu beruang, Larutan Cap Kaki Tiga, Tolak Angin, dsb. Ehe.

      Delete
  6. saya nggak begitu akrab ama musik2 yang nyambung ke situasi atau keadaan, Yog, Entah sakit, sehat, senang, sedih, gaka da yang teringat musik apa-apa. bahkan yang menurut saya dulu ada lagu yang bisa meringankan beban, pas didengerin lagi, hasilnya gak ada. denger musik ya cuma karena lagi ingin denger. kalo lagi nggak, ya sebulan dua bulan juga gak mau sengajain denger.

    Tapi jakarta emang kejem sih cuacanya. nggak ngapa-ngapain saja, malemnya bisa demam karena suhu kamar naik drastis jam 6 sore ke atas. kurang tidur sedikit saja, ya, radang jadinya. istirahat yang banyak Yog, entar kita CFD an. kli gak sibuk bantuin emak.

    kalo musik bisa buat terapi, itu alhamdulillah. sehingga istirahatnya lebih cepat dan tenang.

    Namun di saya, untuk ngurangi sakit, musik itu gangaruh.cetapi gatau sih kalo yang nyanyiin itu orang yang disuka dan mengirimkannya melalui Voice Note.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gila, kamu tahan enggak dengerin musik sama sekali, Haw? Wahaha. Saya sih entah kenapa merasa terhubung sama beberapa lagu buat membantu tidur, teman menulis ataupun membaca, menghilangkan kecemasan, dst. Meski mungkin itu cuma sugesti, ya. Paling enggak sejauh ini masih tetap ampuh buat saya.

      Jakarta akhir-akhir ini lagi ramai dikomentarin polusinya udah bahaya banget, kan? Mau CFD Minggu ini? Ayo aja saya mah, Haw.

      Tanpa harus dinyanyikan, cukup dibilang sama dia, "Yoga, Sayang, cepat sembuh, ya. Biar bisa cepat ketemu aku." Saya jamin betulan mendadak sehat. Wqwq. Mengkhayal aja dulu ada cewek yang ngucapin lagi kayak begitu. XD

      Delete
    2. emang dari dulu nggak terlalu hobi dneger musik sih. sekadar denger kalo lagi lewat tkang kaset saja. atau tetangga muter kenceng. namun pernah malah dulu tiap minggu ngasi waktu khusus buat dengerin musik. sekitar 2 jam gitu. abis itu buat hari2 selanjutnya ya nggak dengerin lagi.

      Jangan minggu ini Yog. Udaranya lagi gaenak banget walo maish pagi. Saya berenti jogging sementara karena pas jogging kemaren bukannya dapet udara seger malah pengap.

      ahahha... gak ada larangan buat ngehayal, asal nggak keseringan saja. khayal kan bentuk doa juga. keinginan kan.

      Delete
    3. Minggu depan yuk Yog. Kalo nemu yang bisa diajak lainya lumayan.

      Delete
    4. Ini malah komentar terus, mending via WA aja, Haw. Hahaha.

      Delete
    5. Kan blogger, bukan WhatsApper.

      Delete
    6. Tapi minggu ini kan idul adha yak.. elah...

      Delete
    7. Hahaha. Gagal maning, gagal maning.

      Delete
  7. aku ga terlalu bisa lg sakit dengerin musik :p. kayaknya itu bikin nambah puyeng :D. yg ada sih, kalo memang sedang sakit, baca novel fav, ato minta dibeliin novel baru ama suami, udh bikin sedikit fresh sih :D. apalagi kalo sampe opnam. udaaahlah, pasti nyetok buku di samping bed :D.

    btw, ya ampuuuun no rain dari blind melon, fav bangetttt. zaman kuliah hahahaha... lagu yg slalu disetel kalo aku lg ngerjain tugas :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beda-beda emang setiap orang, ya. Saya berarti butuh keduanya, musik dan buku.

      Betapa senangnya saya ada yang memfavoritkan lagu itu. Ehehe. Saya tahunya juga baru zaman kuliah, Mbak.

      Delete
  8. bener, makannya aku suka banget bikin playlist spotify yang sesuai mood.

    ReplyDelete
  9. Judulnya menggelitik gue untuk komen, hehe.

    "Kematian datang lebih cepat di ruang-ruang tanpa musik" mantap nih kutipan kalimat Dio. Gue sendiri ngga bisa jauh dari yang namanya musik. Selera orang boleh beda, tapi kebutuhannya tetep sama: "mendengarkan musik". Soalnya bagi gue pribadi, musik itu udah kayak semacem penyelamat diri. Termasuk saat lagi sakit. Bisa jadi, itu "obat ringan" yang efeknya malah melebihi obat resep dokter, karena dengan dengerin musik pas sakit, gue jadi lebih tenang dan bahagia (dengan catatan, musik yang didengerin bukan yang bernada sendu). Gue bisa dengerin album beberapa musisi favorit saat terbaring di ranjang untuk pemulihan.

    Kalo ide-ide di kepala berlompatan kesana-kemari, emang rasanya greget ya kalo ga dituangin. Gue biasanya sih nyatet dulu di handphone, baru dieksekusinya saat ada waktu (yang malah berujung jadi penundaan :p).

    Setuju sama pendapat lo tentang membaca buku sebagai cara menghibur diri paling mudah. Gue bisa bebas milih bacaan untuk mengembalikan mood dan mendapat suntikan energi, syukur-syukur dapet ide menulis. Kalo pas lagi sakit, efek membaca buku sama kayak dengerin musik: menenangkan sekaligus membahagiakan. Mau e-book atau buku fisik, bagi gue sama aja esensinya. Yang penting kita bisa menikmati isinya, ya kan?

    Btw, selagi baca artikel & nulis komen ini, gue malah puter terus "Breaking The Habit". Selain karena ini salah satu favorit, lagu ini mengingatkan gue akan masa-masa gue berjuang dari kesedihan. Dengerin ulang lagu ini, jadi senyum-senyum sendiri. Hehe. Thanks Yog :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Efek plasebo sih kalau kata orang-orang. Entah kenapa manjur di gue, Bay. Hahaha. Iya, isi kepala rasanya penuh. Harus ada yang dibuang sebagian, entah bagaimana caranya.

      Gue pun melakukan keduanya: membaca sambil mendengarkan lagu. Iya, belakangan ini gue malah lebih asyik membaca buku digital karena bisa sembari tiduran. Kalau buku agak susah kan.

      Lagu favorit emanglah. Sama-sama ya, Bay.

      Delete
  10. Wiiih~ Sepakat sih sama yang satu ini.
    Bahkan menurut gw bukan hanya dengan mendengar musik sih yah, tapi lebih ke ngelakuin hal yang kita seneng dan masih memungkinkan buat dilakuin walau saat kondisi badan kita kurang baik.
    Tapi buat gw pribadi juga sih emang dengerin Musik yang paling manjur! hahah
    Btw Lagu di List Pertama, Debest~ hahay

    ReplyDelete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.