Tentang Berjilbab

Sudah berhari-hari, kepala saya masih dipenuhi berita mengenai Rina Nose yang melepaskan jilbabnya. Awalnya, semua itu terjadi karena saat menjadi trending topic, saya iseng memperhatikan komentar-komentar netizen pada balasan twit salah satu akun berita. Komentarnya sungguh beragam; dari yang mengingatkan Rina Nose secara baik-baik untuk kembali berjilbab, lalu sampai ada yang repot-repot mengutip ayat Alquran (yang mungkin hasil nyontek dari Google), hingga yang berkomentar: “Neraka menantimu, Pesek.”

Apakah orang yang berkomentar seperti itu memiliki indra keenam? Lalu, ia benar-benar tahu rahasia Tuhan akan daftar manusia yang kelak masuk neraka? Akankah saya termasuk di dalamnya? Astagfirullah. Rasanya saya langsung ingin bertanya kepada orang yang berkomentar soal neraka itu, “Nah, Mas sendiri pasti masuk surga? Punya orang dalem ya, Mas?”

Saya otomatis tertawa membayangkan hal tersebut.

Saya sendiri termasuk netizen yang memilih diam saja, soalnya saya memang nggak suka mengomentari kehidupan para selebritas. Memangnya apa, sih, manfaatnya untuk saya? Bahkan, sewaktu Asmirandah—aktris yang pernah saya puja-puja kecantikannya dulu—memilih pindah agama, saya juga tidak berkoar-koar. Keputusannya untuk pindah agama sama sekali tidak mengurangi kecantikannya di mata saya. Meskipun harus saya akui, kalau dia berjilbab akan lebih menyejukkan hati.



Kembali ke persoalan Rina Nose yang melepas jilbab itu, tiba-tiba hal ini mengingatkan saya pada kejadian tahun 2012. Saat itu, perempuan yang memakai jilbab belum sebanyak sekarang. Bisa saya ambil contoh dari lingkungan saya sendiri, yaitu di sekolah. Kebetulan pada tahun 2012 saya masih kelas 3 SMK. Dari 20 murid perempuan di kelas, palingan hanya 3-4 orang yang memilih berhijab. Itu kalau nggak salah juga karena mereka sebelumnya berasal dari sekolah madrasah.

Teman-teman perempuan yang lain, hanya memakai jilbab pada hari yang terdapat pelajaran Agama Islam atau hari Jumat. Nah, jilbabnya ini pun dipakai pas jadwal Agama Islam saja. Pokoknya berjilbab hanya karena peraturan. Sebelum atau sesudah pelajaran agama, biasanya teman-teman saya yang pada hari biasa tidak berjilbab, akan langsung melepaskan jilbabnya. Habisnya gerah, kata salah satu teman saya ketika ditanya oleh seorang guru.

Syukurnya, guru saya hanya tersenyum dan tidak berkata apa-apa lagi kala itu. Coba kalau netizen yang mendengar jawaban teman saya yang kegerahan itu, mungkin teman saya akan diceramahi, “Astagfirullah. Gitu doang merasa gerah? Di neraka jauh lebih panas, Ukhti.”

Anehnya, saya dan teman-teman yang lain juga tidak pernah ada yang meledek dengan bawa-bawa neraka. Tahu apa saya soal neraka? Hanya siksaannya yang pernah saya baca di komik Siksa Neraka saat SD palingan. Kemudian yang mengherankan saya tentang jilbab zaman sekolah adalah, beberapa teman yang berjilbab akan mendapatkan julukan “Bu Haji”. Entah mengapa ledekannya malah terbalik begitu. Apa karena orang yang berjilbab ketika itu masih menjadi minoritas? Saya juga belum memahaminya.

Kemudian, saya juga ingat kejadian di mana salah satu teman perempuan yang biasanya cuma memakai jilbab pada hari tertentu, lalu mulai berjilbab pada suatu hari. Sejujurnya, saya merasa agak aneh. Tapi karena hari besoknya dan lusa ia masih mengenakan jilbab, akhirnya saya langsung berpikir, kalau ia niat berhijrah. Berarti perempuan di kelas yang memilih berhijab akan bertambah. Saya kemudian memujinya kalau ia jadi lebih manis dengan tampilannya yang seperti itu. Ia pun tersenyum manis, pujian saya terbukti benar. Sampai seminggu ia masih bertahan dengan jilbabnya. Oleh karena itu, saya bertambah yakin kalau dia betul-betul sudah memantapkan hatinya untuk berjilbab.

Namun, baru saja saya yakin, besoknya ia tiba-tiba tidak mengenakan jilbabnya lagi. Saya pun kaget, kenapa ia mesti mencopotnya? Setelah itu, saya bertanya-tanya dalam hati, kenapa kemarin ia berjilbab, lalu sekarang kembali melepasnya? Untuk menjawab rasa penasaran tersebut, saya pun iseng membicarakan hal itu ke teman sebangku saya.

“Nggak usah sok polos atau pura-pura bego deh. Paling kemarin dia pakai jilbab buat nutupin bekas cupangannya. Kalau sekarang dilepas, berarti bekas cupangnya udah hilang,” jawab teman sebangku saya.

Saya sebelumnya memang nggak sampai mikir ke arah sana. Saya juga masih ragu dengan perkataan teman sebangku saya itu, mungkin saja ia cuma berkelakar. Namun, kalau memang betul teman saya berjilbab cuma untuk menyembunyikan bekas cupang, saya merasa lucu. Kalau saya menjadi dirinya, mungkin saya akan memamerkan bekas cupangannya itu dengan menambahkannya dengan kerokan. Jadi merah-merah yang bekas cupang itu tercampur dengan kerokan dan bilang saja lagi masuk angin. Ya, daripada dicurigai dan dinilai yang bukan-bukan?

Lalu dari beberapa kisah tentang berjilbab itu, yang paling menempel di kepala saya justru karena baru-baru ini Instagram mengeluarkan fitur polling di InstaStory. Waktu itu, saya meminjam ponsel teman dan nggak sengaja melihat perempuan ber-followers banyak (entahlah ia seorang selebgram atau beli followers). Intinya, ia bikin sebuah polling: aku lebih cantik pakai jilbab atau nggak?

Saya lihat pilihannya lebih banyak yang memilih dirinya cantik dengan berjilbab. Dan, saya menilai kalau dari foto-fotonya ia memang lebih cantik berjilbab. Meskipun sejujurnya saya bingung dengan pertanyaannya itu. Kenapa ia butuh sekali pendapat orang lain dengan penampilannya? Apakah sepenting itu penilaian orang lain? Bukankah ia sebetulnya juga bisa menilai dan tahu mana yang terbaik untuk dirinya sendiri?

Terlepas dari semua keresahan saya itu, kalau suatu hari ia memutuskan untuk berhijab, saya ingin menyingkirkan pikiran buruk tentang dirinya. Yang mana memantapkan diri untuk berjilbab karena penilaian orang lain yang bilang ia lebih cantik. Bukan datang dari hatinya sendiri. Saya ingin membuang pikiran yang pernah terlintas di kepala saya itu, sebab saya tidak tau apa-apa soal hati manusia. Saya tidak mau menilainya macam-macam. Tugas saya sebagai manusia, ya menjadi manusia. Saya tidak ingin repot-repot menggantikan tugas Tuhan.

Apalagi merasa paling suci begitu mendengar berita Rina Nose yang lepas jilbab, lalu mencacinya dengan “kafir” atau “masuk neraka”. Sedangkan kalau melihat video Mbak Mia Khalifa (yang lepas-pakai jilbab seenaknya sendiri) nggak berkomentar apa-apa. Justru doyan banget. Terus, tab likes di Twitter isinya untuk menyimpan video-video bokep. Senang dan bersemangat dalam menghakimi orang lain, lantas lupa diri untuk bercermin. Tai kambing!

--

Gambar saya comot dari Pixabay.

PS: Sebelumnya, esai ini sempat saya kirimkan ke salah satu media. Sedihnya, tidak ada tanggapan dan saya pikir ditolak. Jadi, saya taruh saja di blog ini.

42 Comments

  1. Anjir jaman sekolah lo brutal juga ya. Gue mah yg manggil2 bu haji gitu paling orang2 di pasar. Muahahah. \:p/

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Di. Bingung juga tuh sama kelakuan temen-temen di sekolah dulu. :D

      Delete
  2. Iya sih, bener sepakat banget.. Lagian setiap orang kan punya pilihan hidupnya masing2

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banyak yang suka ikut campur sama pilihan hidup orang. Ya, mengingatkan soal kebaikan mah boleh-boleh aja. Tapi yang saya lihat dari kejadian itu, mereka menghakimi banget. :(

      Delete
  3. Pilihan hidup melepas jilbab memang Hak semua orang ..
    Tapi ada sedikit riskan kalo yg buka jilbab public figure, takut2 yg lain mempengaruhi (Fans Fanatik Rina Nose yg berhijab yg sangat di khwatirkan sih sebenrnya)..
    Yaa semoga aja yg udah berhijab trtap Istiqomah dalam pilihannya, dan ga menjual akhirat demu dunia ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurut saya, mengidolakan seseorang itu perlu bijak. Hal baiknya bisa kita contoh, kalau hal buruknya, ya nggak perlu diikuti. :)

      Semoga~

      Delete
  4. beruntungnya saya sekolah negeri di Pekanbaru yang disini seluruh murid cewek pakai rok panjang dan lengan panjang, dan biasanya dilengkapi jilbab. walaupun sepulang sekolah juga dilepas jilbabnya.

    terkait dengan rina nose ini, sebenarnya saya ga mempermasalahkan dia buka hijab atau apa, tapi alasan yang secara tidak terang-terangan diungkap aja *eh wkwkwk

    apapun itu, hujatan tidak akan mengubah orang, tapi doa iya.

    berdo'a mulai...

    *bubar upacara*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alasan secara tidak terang-terangannya itu apa? Saya belum mengikuti lagi, sih. Udah telanjur males duluan lihat orang yang komentarin beritanya.

      Iya, lebih baik mari kita doakan. :)

      Delete
  5. Pake jilbab buat nutupin bekas cupang hahahaa
    Aku dulu pas awal pake jilbab juga cuma tuntutan di sekolah aja. Di luar sekolah, ya lepas jilbab. Pake jilbab nggak diawali niat, dan karena emang tuntutan sekolah, ya jadi gitu hehee.

    Lah iya juga yak. Mia Khalifa ada juga yang atasnya tertutup pake jilbab, tapi yang bagian ke bawah terbuka. Kok nggak ada yang protes yaa? wkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan ketawa kamu! Pernah, ya? :p

      Terlepas dari niat awalnya apa, paling tidak itu sudah jadi keputusanmu untuk berjilbab. Ehe.

      ((bagian bawah terbuka)) Pada doyan, Lan~ Wqwq.

      Delete
    2. Hahahaa kagak anjir

      Lu juga doyan yeu

      Delete
  6. Kalo aku pake jilbab karena kebiasaan dari kecil dan rasanya malu kalo gak pake jilbab.

    Aku rasa tidak perlu lagi mengingatkan orang yang gak pake jilbab. Karena semua orang islam pasti sudah tau kewajibannya dan juga balasannya, jika melanggar. 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dari kecilnya pas balita atau SD itu, Rum?

      Dosa ditanggung masing-masing, kan? Ehehe. Mengingatkan kebaikan menurutku masih perlu, sih. Cuma, ya begitulah. Kadang ada orang pas mengingatkan dengan cara yang keliru. Jadinya menghakimi deh.

      Delete
  7. Apa pun itu, lebih baik fokus sama diri sendiri apakah kita yg menjudge org lain buruk, lebih baik dr yg kita hujat? Kan belum tentu :)

    Saling menghargai aja keputusan orang lain :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi! Jangan sampai merasa lebih bermoral, atau lebih baik dari orang lain dalam kebaikan. Hanya Tuhan yang Mahatahu.

      Semua orang punya standar hidup yang berbeda. :D

      Delete
  8. Pengen julid. Tapi, ya, begitu. Wakakakakkk 😂😂😂

    Aku gak peduli-peduli amat sama Rina Nose. Cukstaw. Mau ngapain jugak ya terserah dia. Dosa kan ditanggung masing-masing. Mau mengingatkan pun rasanya uda banyak yg gituin dia. Wkwkwk.

    Kalok aku dulu pas kuliah kerudungan karena selalu dikira Nasrani :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kata "julid" kayaknya sering banget dipakai akhir-akhir ini. Wqwq. Apalagi kita bukan orang terdekatnya. Nggak tahu apa-apa soal dia. :)

      Hah? Dari wajahnya emang kentara gitu?

      Delete
  9. Wkakakaka. Aku juga ketawa ngebayangin nanya orang soal punya-orang-dalam-ya itu, Yogs. Hahahahahaha. Hmm soal Rina Nose ini memang bikin orang-orang yang suka bawa-bawa agaman jadi tambah caper yak. Huhuhuhu.

    Anjir lah kalau beneran kerudungan buat nutupin bekas cupang. Wkakaka. Jadi ingat dulu Setiawan Yogy pernah ngeriffing (bener kan sebutannya ngeriffing?) penontonnya,

    "Mbaknya pake jilbab buat nutupin kepala yang ketombean ya?"

    KAN. BANGSAT. YAK.

    Aku berhijab juga awalnya karena minder liat Nanda yang udah duluan berhijab, Yogs. Hahaha. Itu alasanku kalau didengar sama netizen zaman sekarang, mungkin aku udah dibilang, "Kalau berhijab itu niatnya harus karena Allah, ukhti."

    Pffft. :|

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kamu udah punya orang dalam belum, Cha? Kalau belum, coba minta kunci surga sama Bang Madit (sinetron Islam KTP).

      ((ketombean)) Nggak sekalian rambutnya botak? XD

      Apa pun niatmu dulu, mungkin niatmu sekarang sudah berubah dan karena Allah. Siapa yang tahu? Jangan peduliin komentar netizen~ :)

      Delete
  10. Wqwqwq. Penilaian zaman sekolah dulu emang lucu-lucu, May. Ada juga temen saya yang jadi nggak mau interaksi sama cewek berjilbab lagi. Kecewa ketika diajak salaman dia menolak bersentuhan. Padahal itu prinsip si cewek, kan? Bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrim dosa. :D

    Cupang yang lain. Yang bekas cubitan atau gigitan merah-merah gitu. Ada di kamus, kok. Coba cek~

    ReplyDelete
  11. Baca judulnya, kirain Yoga mau berjilbab........

    Hahahaha gak kepikiran sumpah berkerudung buat nutupin bekas cupangan. xD

    Gue udah kesel sih Yog sama netijen Yang Maha Benar itu kalau udah ngasih komentar soal agama. Ya oke sih sesama manusia dan seagama harus mengingatkan. Tapi sampe menjudge dia bakal masuk neraka gitu, over sih. 4L@y

    Btw, gue masih sering lepas pakai kerudung. Hehe. Kalo pas pakai dikatain Musdalifah (menteri sosial).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Astagfirullah. Jangan asal menduga dari judul saja, Ukhti~

      Nah, kan? Saya dulu juga nggak kepikiran ke sana. Lagian leher dicupang biar kenapa, sih? Saya nggak ngerti.

      Ya, udah. Semoga kita nggak jadi orang yang seperti itu. :) Mungkin dia dapet kisi-kisi tentang neraka. Hm, saya tahunya Musdalifah mantan istri Nassar itu, Rih.

      Delete
    2. Kofifah maksud gue Yooog. Hahahaha.

      Delete
  12. Punya orang dalam, katanya xD

    Sama juga sih, aku kalau masalah berita-berita yang lagi trending gini ngga pernah ikut ngomentari. Paling ya sekedar baca, terus diem. Tapi cenderung lanjut kepo-kepo ke link berita dari sumber lain. Hahaha.

    Cewek-cewek di SMA ku dulu juga gitu. Paling yang berjilbab satu kelas cuma 1-2 orang. Mereka pakai jilbab pas ada pelajaran agama sama tiap hari sabtu aja, gegara memang ada aturan sekolah kalau hari sabtu jam pertama itu WAJIB ada kegiatan keagamaan. Buat yang beragama Islam, ya baca Al-quran bareng-bareng di kelas. Habis itu ya sama, mereka yang awalnya ngga berjilbab bakal dilepas juga pas selesai baca Al-Qur'an. Agak aneh sih pas tak pikir-pikir, tapi ya gimana lagi...

    Boljug ini tips "meng-kamuflase-kan cupang". Hahaha, sepertinya kudu dibuat tulisan tersendiri di blog xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biasanya urusan akan gampang kalau ada orang dalam. Hm, bagus juga tuh ada kegiatan keagamaan kayak gitu. Dulu sekolah saya Sabtu selalu libur, sih. Iya, mau gimana lagi? Jangan memaksakan pilihan orang lain. :D

      Wah, mau bikin tulisan apa tentang cupang? :p

      Delete
  13. karena dia berjilbab sehingga dia memperbaiki sikap,, prilaku dan tutur kata, karena hakikatnya jilbab itu menjaga marah dan marabat seorang wanita..... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi ketika perempuan berjilbab melakukan kesalahan, jangan salahkan jilbabnya. :)

      Delete
  14. Sekarang, jilbab udah kayak fashion. Dulu, emang kayak gitu, bg. Di SD, cuma beberapa orang yang pakai jilbab. Sekarang anak SMA pake jilbab karena beberapa alasan, salah satunya menutupI rambut yang bergelombang, atau diwarnai karena takut disetrap guru~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin emang udah jadi fashion. Warnain rambut lagi model banget, ya, sekarang? Ada nggak, sih, yang berjilbab buat nutupin botak atau pitaknya gitu?

      Delete
  15. Di linimasa sosmed saya saja penuh dengan celotehan tentang ini
    masyarakat indonesia memang sulit untuk menerima sebuah perubahan kecil
    tapi saya juga lebih ambil mode silent mas yoga dari pada nanti kena cyduk, kan gak lucu masuk tipi terus emak saya nonton.

    kalo di sekolah juga dulu teman saya banyak yang hanya pakai hijab sekedar kalo ada pelajaran yang mewajibkan pakai hijab
    tapi memang d sekolah orangnya pada bodo amat jadi gak ada yang ceramah ceramah
    guru juga rada cuek
    kalo soal cupang sepertinya ini spekulasi ini bukan datang dari lingkungan teman mas yoga doang
    tapi di sekolah saya juga begitu, "palingan habis kena cupang dia" ya bgitulah kira-kira kalimatnya.

    Hijab itu memang harusnya soal hati dan niat tapi kalo nunggu niat mau sampe kapan, kalo kata guru saya dulu bilang pakai jilbab itu dipaksakan jangn nunggu niat, nanti juga terbiasa.
    kalo saya lebih suka cewek yang pake hijab karena lbih adem liatnya

    mas yoga mia khalifa itu siapa ya, kok berasa asing di telinga nih. (Muka Polos)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biasanya emak-emak bangga anaknya masuk TV, Mas. Wahaha.

      Sebetulnya bukan masa bodoh, sih. Lebih ke nggak pengin mengomentari hidup orang lain yang bukan-bukan kali, ya? Nah, kan, ternyata ada yang buat nutupin cupang. XD

      Iya, saya juga nggak ngerti kenapa akhir-akhir ini suka yang berjilbab. Emang lebih menyejukkan untuk dipandang. :D Jangan cari tahu siapa Mbak Mia, ya. Wqwq. Lupakan~

      Delete
  16. Jadi mikir, kenapa netizen (sebagian) komentarnya pedes-pedes banget dan selalu ada argumen untuk mencela orang lain

    ReplyDelete
  17. eh aku barusan search mia khalifa
    hahahaha, aku nggak tau siiiih

    btw, tentang teh rina yang lepas hijab, secara nggak langsung jadi pelajaran buat aku. aku mau cerita di sini, tapi udah kutulis di blog. jadinya aku males mau nulis dan cerita di sini
    :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. btw, dulu pas 2012, aku masih SMA, dan teman-temanku mayoritas udah pake jilbab, padahal sekolah negeri favorit.
      kalau untuk proses hijrahnya teman2, dari gak pake hijab lalu berhijab, aku temui saat aku SMP. Banyak banget yang akhirnya pake hijab. Jadi memang sejak kecil, aku gak merasa pake hijab sendirian. Pun saat SMP, SMA, kuliah hingga saat ini. justru yang nggak pake hijab itu yang jadi minoritas sih di tempatku.
      tapi yaaaa di antara kami, kami cuek-cuek aja sih

      Delete
    2. Nggak perlu dicari tahu lebih lanjut. :)

      Beberapa hal yang terjadi pada orang lain memang bisa jadi pelajaran untuk diri sendiri.

      Oh, mungkin di lingkunganku perempuan yang berjilbab memang masih menjadi minoritas kala itu. Kalau sekarang, tentu saja sudah banyak yang memakainya. Iya, nggak perlu memandang yang belum pakai jilbab ini dan itu. :)

      Delete
  18. Hahahha aku kok ya keceplosan ngakak pas baca yg leher dicupang :D. Aku kalo jd temennya, jg ga kepikiran ksana sih yog.

    Secara yaa, aku sendiri termasuk yg jilbabnya masih lepas pake. Di kantor dan dihadapan papa, jilbab masih mantap melekat. Di luar itu, masih blm bisa :D. Alasanku sih yaa, jujurnya aku ga kuat panas yog. Temen2 udh pada tau aku tuh lgs drop kalo kena panas. Di kantor aku ga masalah pake , krn ber ac. Di luar itu aku ga kuat. #trsadaygkomensoalnerakakayaknya :p

    Makanya, krn aku tau diri, males lah komenin yang menyangkut rina nose begini. Lagian mikirnya, ini urusan dia ama Tuhan, ngapain kita ikut2an sik. Kayak Tuhan sudi angkat kita jd asisten Nya aja :p.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya aja awalnya nggak kepikiran. Tapi ya, gimana? Kayaknya emang buat nutupin bekas itu. XD

      Sepertinya udah jarang yang baca tulisan ini lagi dan komentar, sih. Jadi, aman aja curhat soal masih lepas pakai jilbab gitu. Lagian, itu emang pilihan masing-masing, Mbak. :D

      Delete
  19. "Nah, Mas sendiri pasti masuk surga? Punya orang dalem ya, Mas?"

    Ahahaha. Itu asli lucu banget kak. Saya sendiri juga heran banget kak, bisa bisanya yah mereka ngejudge orang ini kafir, orang ini penghuni neraka, dsb. Padahal mereka belum tentu lebih baik. Dan lagian, lepas pake jilbab menurut saya sih fenomena yang biasa dan sering terjadi. Saya sebut itu proses. Didoakan saja semoga yang masih lepas pake itu bisa istiqomah pake jilbabnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ehe. Habis kesel, jadi pengin nanya gitu deh. :p Gitu deh, banyak yang lupa bercermin. Yap, alih-alih menghakimi dan menghina yang macam-macam, lebih baik doakan supaya cepat istikamah. :)

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.