Sangat Pendek

Khawatir

“Jangan khawatir. Semua akan berjalan lancar,” kata petugas eksekusi.
“Justru itu yang kukhawatirkan,” balas si terpidana mati.

–Orlando van Bredam (Argentina)



--

Cerita sangat pendek barusan adalah salah satu cerita yang gue ambil dari buku Matinya Burung-Burung yang disusun dan diterjemahkan oleh Ronny Agustinus. Buku itu berisi kumpulan cerita sangat pendek Amerika Latin. Cerita-cerita semacam itu kemudian mengingatkan gue akan sebuah cerita sangat pendek lainnya yang hanya berjumlah enam kata, karya Ernest Hemingway.

“For sale: baby shoes. Never worn.” 

Entahlah cerita semacam itu termasuk dalam genre apa. Belakangan diketahui, cerita semacam ini sudah ada sejak abad ke-17, dan baru mulai tenar sejak awal abad ke-20. Kalau di luar negeri, cerita sangat pendek ini memiliki beberapa sebutan: ada yang menyebutnya flash fiction (fiksi kilat); cerita telapak tangan (karena ceritanya memang muat jika dituliskan di telapak tangan); cerita kartu pos; dan lain-lain.

Lalu, di Indonesia sendiri biasa disebut fiksi mini. Ternyata, di Indonesia memang sudah ramai cerita pendek sejenis itu. Misalnya komunitas Fiksimini di Twitter, yang mana biasa membuat cerita dengan menggunakan batasan 140 karakter. Ada juga bloger yang telah menerbitkan kumpulan cerita 100 kata.

Menurut gue, hidup di zaman yang serba instan ini, kayaknya cerita seperti itu cocok banget dan asyik untuk dibaca kapan pun, dan di mana pun. Sebab, ada beberapa orang yang suka mengeluh saat membaca sebuah artikel di blog yang terlalu panjang. Biasanya orang-orang ini hanya ingin membaca sekitar 500-700 kata saja. Gue jadi inget dulu tuh sering nulis sekitar 1.000 kata atau lebih. Kayaknya sekarang juga masih, sih. Mungkin total keseluruhan tulisan ini juga bisa sampai 1.000. Wqwq.

Nah, pada saat itu entah kenapa ada yang suka protes (lebih tepatnya mengkritik) ke gue kalau tulisan di blog tuh jangan kepanjangan. Biarpun gue tetap cuek karena nulis di blog itu, ya, sebenernya mah sesuka diri sendiri aja. Nggak perlu terlalu dengerin kata orang. Hahaha.

Namun, lama-lama kepikiran juga kalo ada bagian yang terlalu detail setelah dibaca ulang. Pembaca mungkin nggak punya banyak waktu cuma untuk membaca tulisan di blog ini. Mereka pasti memiliki daftar blog lainnya untuk dikunjungi. Gue pun introspeksi dan mencoba untuk menerima kritik itu. Sehingga gue mulai membuat tulisan jadi lebih ringkas. Kalaupun tetep pengin detail, biasanya akan gue potong jadi beberapa bagian. Apalagi mengingat petuah filsuf, butuh 3 part untuk menjelaskan itu semua.

Terus kalau dipikir-pikir, adanya cerita sangat pendek semacam itu jadi hiburan tersendiri untuk gue. Membaca fiksi mini bisa gue lakukan sambil menunggu antrean di minimarket, menunggu Commuter Line (KRL Jabodetabek) di stasiun, dan menunggu invoice cair dari klien (INI MAH BIASANYA LAMA WOY!).

Sayangnya, gue masih jarang menuliskan cerita singkat dan belum pernah mau untuk mencoba ikutan tantangan dari Fiksimini seperti itu. Atau bisa dibilang gue merasa masih kurang percaya diri. Tapi, sebenarnya gue pernah menuliskan cerita-cerita singkat begitu. Meskipun biasanya untuk dinikmati sendiri dan kebanyakan malah berbentuk puisi. Setidaknya, gue telah mencoba dan akan terus belajar.

Oleh karena itu, gue langsung mengecek beberapa tulisan di notes hape yang sepertinya belum pernah dipublikasi di blog ini. Ada juga tulisan yang gue ambil dari Twitter. Maka, inilah tulisan sangat pendek yang pernah gue buat itu:

Mati Perlahan

Sepuluh kali tusukan kecewa tepat di dadanya. Lalu, kepalanya ditembak oleh kesepian. Pria itu pun ditemukan mati terbunuh oleh harapannya sendiri.
(Februari 2017)

Nokturnal

Malam sudah semakin suntuk
Tolong hadiahkan aku kantuk
Aku bosan menjadi nokturnal
Rasanya sungguh banal
(Oktober 2015)

Kelaparan

Saking laparnya, perempuan itu sampai harus memakan omongannya sendiri.
(Januari 2017)


Biru

Langit berhenti membiru. Hujan menderu. Petir pun ikut berseru. Saat melihat dirimu dengan yang baru, oh... cemburu.
(November 2015 dan tulisan ini pernah ditulis di Twitter saat mengikuti kuis kecil-kecilan dari Gagasmedia dan Bernard Batubara. Yang nggak tau kenapa bisa menjadi 5 tulisan yang terpilih sebagai pemenang)

--

Setelah gue baca ulang tulisan barusan, terbukti sangat menyenangkan nulis fiksi mini. Apalagi setelah membaca tulisan orang lain yang jauh lebih menarik dari itu. Cerita mereka sungguh mengagumkan. Mengolah sebuah cerita dengan adanya batasan kata atau karakter itu seperti menjadi tantangan untuk lebih kreatif dalam menulis. Kala hari-hari sedang penuh kesibukan dan nggak sempat untuk membaca cerpen, terlebih lagi novel, bagi gue cerita semacam itu bisa menjadi alternatif. Lagian, ada keseruan tersendiri saat membaca ataupun menulis cerita yang sangat pendek itu. Gue pun jadi pengin menantang diri sendiri untuk membuat fiksi mini yang lebih banyak (dan semoga bukan jadi puisi ringkas lagi).

Kalo kalian ada yang suka bikin fiksi mini seperti itu? Kalo ada, coba komentar dan kasih contoh tulisan kalian dong! Lagi pengin baca cerita begitu nih. Hehehe.

*

PS: Berbicara soal tantangan, WIRDY akan membuat proyekan menulis lagi nih. Yuhu! Namun, ini nggak ada hubungannya sama cerita sangat pendek barusan. Proyek ini kami buat untuk menyambut datangnya bulan puasa. Di mana kami akan membikin cerita dengan bantuan sebuah kalimat pembuka yang sama semua, yaitu:

“Aku suka BDSM: beribadah, dakwah, salat, mengaji; apalagi ketika bulan puasa.”

Dari sebuah kalimat pertama yang sama itu, tentunya nanti kami nggak tahu cerita apa yang akan tercipta. Isi kepala setiap orang berbeda-beda, maka bagi kami ini bakalan menarik. Bermodalkan satu kalimat pembuka yang sama, tapi akan menjadi tulisan yang beragam. Itu mengasyikkan, bukan? Gue jadi nggak sabar untuk melihat hasil tulisan kami.

Nah, apakah di antara kalian ada yang mau ikutan proyek WIRDY ini? Proyek ini akan mulai dipublikasikan pada tanggal 27 Mei 2017. Nanti kalo ada yang ikutan bilang aja ke gue lewat Twitter, email, atau komentar di tulisan ini.

Seandainya kalian nggak sreg sama kalimat pembuka itu, atau punya kelompok menulis sendiri, kalian bisa bikin dengan kalimat pembuka yang lainnya. Tentu saja harus dengan mengajak minimal satu orang biar ada barengan bikin kalimat pembuka yang sama. Hehe. Intinya, sih, niat kami cuma pengin meramaikan dunia perblogeran lagi. Akhir-akhir ini kelihatannya pas buka dashboard blog, kok yang update itu-itu aja. Banyak bloger yang vakum gitu deh. Jadi, yuk ramaikan lagi! \m/

*)Sumber gambar: https://pixabay.com/id/tumpukan-buku-buku-antik-buku-lama-1001655/ (yang kemudian gue tambahkan teks).

28 Comments

  1. Ga heran certitamu bisa menang, emg bgs kok.. Kata2nya berima.. Aku mah bisa mikir berhari2 blm tentu dpt padanan kata begitu :p

    Aku suka sih sekedar baca fiksi mini, kalo di blog2 orang lain.. Tp kalo dijadikan buku, kemungkinan besar aku ga bakal beli yog.. Soalnya utk novel, aku paling suka beli yg tebel malah.. Makin panjang ceritanya, malah makin suka :).. Jd stok bacaanku bisa bertahan lama :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe. Makasih, Mbak. Iya, saya emang suka sama kata-kata yang berima gitu. :D

      Kadang emang sayang, sih, kalo beli buku fiksi mini yang tipis. :( Cuma lumayan deh itu buat alternatif bagi saya di kala sibuk banget. :)

      Delete
  2. aku masih belum bisa lho buat fiksi mini gitu
    gak bisa kayak sampean mas, dalem
    paling suka yang
    "Saking laparnya, perempuan itu sampai harus memakan omongannya sendiri "
    hakjleb,.,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini juga masih belajar, Mas. :D Hahaha. Makan omongan sendiri mungkin bikin kenyang. :p

      Delete
  3. Wah bener juga, baca tulisanmu ini aku jadi tersadar kalo kebanyakan tulisanku di blog juga panjang-panjang mas. rata2 pengungjung cuman jadi fast reader, alhasil kalau pada komen terpaksa aku jelasin lagi, padahal dah jelas2 tertulis di postingannya. haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya, sih, nggak pernah mempermasalahkan soal panjangnya tulisan, Mas. Tapi beberapa orang emang lebih suka sekitar 500-700 kata. :D

      Kadang sebel juga ya, udah jelas tertulis, eh masih nanya lagi. :(

      Delete
  4. Enaknya ya begitu. Bisa baca sekali scroll. Kayak baca komik strip versi tanpa gambar.

    Tapi baca cerita supersingkat itu malah bikin lebih lama mikir setelah bacanya, maksudnya apa. Kayak tanda baca aja, bisa dipertanyakan, lho. Contoh cerita superpendek yang pernah gue baca dari tanah Sumatera begini ceritanya: "Kantor pos, dulu...."

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha komik strip tanpa gambar. Bisa-bisa. :)

      Iya, sih. Udahannya bingung untuk mengerti maksudnya. Ke kantor pos kira-kira mau ngapain, ya? Entah ngirim sesuatu, beli perangko, atau mencairkan invoice? Betul-betul menjadi misteri. :|

      Delete
  5. Gue rada setuju nggak setuju sih sama pendapat lo itu, nanti kita ngobrol2 lagi aja. TAPI MUANTAB BHANG FIKSI MININYA!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah, namanya juga pendapat. Pasti tidak semuanya setuju. Ehehe. Yuk, main-main! Ajak Ichsan, Di. :D

      Delete
  6. Itu yang Ernest yang lo cerita ke gue kan ya? Anjir lah emang pendek tapi langsung menusuk. Serunya emang itu sih, bikin cerita menarik cuma dengan beberapa kata aja.

    Iya coba bikin lagi dongs!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, bener yang itu. :) Ho'oh. Ada rasa asyik-asyik tersendiri gimana gitu. :D
      Nanti, mau cari referensi dulu. :p

      Delete
  7. Nah kebetulan nih yog. Sekarang aku juga mau ngebiasain bikin postingan di bawah 1000 kata. Kayaknya emang mending pendek tapi sering euy. Kalo panjang-panjang kadang suka males nyuntingnya.

    Di pesbuk juga ada grup namanya Monday flash fiction. Salut euy sama mereka. Bikin tulisan yang dibatas gitu katanya. Minimalis dan.... Menyentak di bagian ending.

    Oiya, itu yang "Kelaparan" ha ha mantep cees.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lebih baik pendek, tapi rutin ya, Kang. :D Hmm, kadang kalo kepanjangan emang problemnya pas ngedit. Bisa tambah banyak dan jadi bingung ngeringkas. Apalagi yang sampai dibuat part gitu. Kayaknya males duluan buat lanjutin. XD

      Delete
  8. baru denger ada istilah fiksimini hehe
    kalau masalah panjang - pendek artikel sih tergantung kontennya juga sih bang, misal dari awal udah menarik dan bikin penasaran ya tak baca dari awal sampai abis. tapi misal udah keliatan mbosenin yaaaa...wassalam lah hehe. paling tak baca beberapa paragraf doang.

    judul buat prject'an nulisnya bikin aku berfantasi aneh2 bang *ya allah, setan-setan mulai berkeliaran di otak saya. ampuuun* XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oke, sepakat soal itu. Selama kontennya menarik dan enak dibaca, pasti mah kelar aja sampai habis. Kalo nggak kuat baca, close tab dan gak komen. :)

      Hah? Kok judul? Kalimat pembukanya maksudmu? :p

      Delete
  9. akhirnya dia membalas WA, setelah aku mengucapkan "selamat menempuh hidup baru"

    kalo yang ini, bisa masuk fiksi mini gak Yog ^^

    ReplyDelete
  10. Aku pribadi sih lebih sering bikin cerita drabble, malahan kalo nulis panjang gitu buat aku sesuatu yang sulit :( Eh, mau dong join di projeknya hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh, drabble itu sebutan lain, ya. Haha. Baru engeh. :D

      Boleh, silakan. Nanti infoin aja. :)

      Delete
  11. Kalau nggak salah, kamu pernah nulis fiksimini di akun Tumblr kamu ya, Yogs? Yang judulnya Kelaparan aku pernah baca. Dan aku sukaaa!

    Soal nulis kepanjangan, aku ngerasa tulisanku kepanjangan juga sih di blog. Huhuhu. Pengen pelan-pelan ngilangin kebiasaan itu. Lagian dulu kamu (atau Darma, aku lupa) pernah kasih masukan kalau tulisanku lebih diringkas aja gitu. Yuhuuuu~ Lebih baik begitu kali ya. Ku gak bakat ngejelasin dengan 3 part :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Cha. Ada yang dari Tumblr. Hahaha. :D

      Sesuai kebutuhan si penulisnya aja, sih. Selagi panjang tetep menarik dan nggak muter-muter gitu mah, gue oke-oke aja bacanya. :) Kadang keburu males lanjutin juga, sih, kalo dijadiin part. Hehehe tnp cnd.

      Delete
  12. agama nya beda pun, tak bisa ikut la.. kalo temanya yang lain itu gimana maksudnya apakah ada 1 tema khusus misal teknologi, atau keseharian, atau cerpen, atau apa gitu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maksud gue, lu ajak temen lu siapa gitu. Nah, nanti cari kalimat pembuka yang sama sesuai kesepakatan kalian. Kemudian bikin sebuah cerita yang berbeda gitu. Kalimat pembuka itu cuma pancingan membuat cerita. :D

      Delete
  13. Kayaknya tulisan yg "Kelaparan" itu bisa dijadikan bahan bang sindiran hehe

    ReplyDelete
  14. Gua ga pernah baca fiksi mini Yog, tapi dilihat dari tantangan keterbatasan karakternya, justru itu yang memicu kreatifitas, kayak yang lo bilang di atas. Bahkan malah bisa menghasilkan interpretasi lebih dalem lagi kalo emang mau dipikirin secara seksama. Kayak cerita pendeknya Ernest Hemingway yang lo taro di paragraf awal, itu keren. Kalimat "never worn" yang ditambahin di belakang bisa dimaknai macem-macem.

    Ya, di zaman serba instan ini kelihatannya fiksi mini bisa jadi hiburan tersendiri. Alternatif unik untuk bahan bacaan. Tapi sebenernya mau panjang atau pendek, setiap tulisan punya jiwanya masing-masing, tergantung persepsi pembacanya.

    Yang "Mati Perlahan" itu keren Yog, lo kepikiran aja nyusun kalimat begitu hehe. Yang "Nokturnal" itu terasa pas, dan "Kelaparan"... my favourite. Two thumbs up :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emang jadi tantangan banget kalau menyampaikan sesuatu dengan keterbatasan kata. :D Iya, Bay. Dalem banget emang kalau dipikirin secara saksama. :))

      Ho'oh. Termasuk selera pembaca juga. Ehehe. Gue juga nggak tau kenapa bisa nyusun begitu. Haha. Thank you, yak. ^__^

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.