Berkisah tentang Kafe

Selain di rumah—yang sudah tentu nyaman, gue terkadang juga suka menulis atau membaca di kafe dan restoran cepat saji. Menurut gue, kalau di kafe itu ada saja hal-hal yang bisa dijadikan inspirasi untuk menulis. Baik itu karena suasananya yang baru, melihat suatu kejadian yang nggak biasa, atau nggak sengaja menguping percakapan orang-orang yang topiknya sungguh random.

Kami tau engkau bosan dijejali rasa yang sama. Kami adalah kamu... muda, beda, dan berbahaya. 

Lagu Superman is Dead—yang biasa disingkat SID—sedang terputar mewarnai kafe yang gue sambangi ini. Speaker-nya tidak dipasang di langit-langit seperti yang ada di beberapa kafe pada umumnya. Speaker itu diletakkan di sebuah meja kosong di dekat meja kasir dan agak jauh posisinya dari tempat duduk gue yang memilih di pojokan dekat pintu. Tapi lagu itu tetap terdengar jelas di telinga.

Begitu lagunya selesai, potongan lirik itu masih terngiang-ngiang di telinga gue sampai secara nggak sadar gue nyanyikan di dalam hati. Liriknya memiliki makna. Ya, tentu saja sebuah lagu pasti memiliki makna di dalamnya. Maksud gue, kita paham dengan makna di lirik itu. Tentang suatu kebosanan; semuanya di mata kita terasa sama dan kita menginginkan hal yang berbeda.

Setiap orang tentunya memiliki rasa jenuh terhadap sesuatu yang berulang. Seperti gue yang di awal paragraf bilang, kalau selain di rumah terkadang suka menulis di kafe. Meskipun di rumah nyaman, tapi gue membutuhkan sesuatu yang beda agar nggak jenuh. Makanya gue pergi ke kafe dan menulis di sana.



Ternyata, kafe benar-benar sumber inspirasi buat gue. Saat sedang sendirian begini, gue jadi lebih banyak berpikir. Gue kadang suka merenungi hidup. Yang paling sering, sih, suka membayangkan apa saja pembicaraan orang-orang di kafe ini ketika gue tidak mendengarkan suara mereka. Hal itu biasa gue lakukan kala mendengarkan lagu menggunakan earphone dengan volume yang lumayan keras. 

Gue pun jadi ingat beberapa kejadian di kafe yang nggak tau kenapa masih terekam jelas sampai sekarang di otak. Mungkin “lupa” lagi malas melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, biarkanlah gue berkisah tentang kafe.

Satu

Kejadian ini terjadi sekitar 1,5 tahun silam. Gue saat itu sedang duduk sendiri di pojokan sedang mendengarkan lagu dengan earphone seraya memantau timeline Twitter. Bosan dengan kegiatan itu, gue pun memilih memperhatikan orang-orang di sekitar—yang entah kenapa udah jadi hobi tersendiri. Lagi asyik dengan itu, seorang perempuan tiba-tiba menghampiri meja gue.

Asli, wajah dia ini udah kayak tokoh utama di FTV yang ceritanya tentang anak kuliahan. Manis. Gue yang waktu itu emang lagi jomlo, langsung berharap bisa duduk bareng dia. Suasana kafe itu memang lagi penuh banget dan dia sepertinya nggak dapet tempat duduk lagi. Itulah hal yang membuat gue berpikir dia bermaksud nyamperin gue. Setelah itu, gue segera memasang gaya stay cool dengan pura-pura menunduk mainan hape.

Seperti dugaan gue, dia pun menyapa, “Halo, Kak.”

“Ya?” respons gue seraya mencopot earphone sebelah kiri dan menoleh ke arahnya.

“Di sini kosong, kan?” Dia memegang kursi yang ada di meja gue.

“Iya, kosong. Kenapa?” jawab gue mantap. Alhamdulillah. Emang rezeki gak ke mana. Harapan gue terkabul ini duduk bareng cewek cakep. Yuhu!

“Ehm... pinjem bangkunya, ya.”

Taik. Gue tampaknya terlalu ngarep.

“Oh, iya-iya. Ambil aja.”

Dia pun menyelonong pergi membawa kursi itu dan menyatu dengan temannya. Yah, beginilah kalau ngarep. Suka-nggak suka, gue akhirnya kembali mainan HP. Tak lama setelah itu, dia bangkit lagi dan kini datang bersama temannya—yang tentunya tidak kalah menarik. Terlebih lagi temen yang diajak ini (ehem) memakai kacamata dan seolah-olah bikin dengkul gue terasa lemas.

Wah, temennya mungkin mau kenalan nih, batin gue kembali ngarep.

“Maaf, Kak, ganggu lagi. Boleh minta tolong?”

“Minta tolong jadi pacar temen lu ini?” tanya gue, tentu saja dalam hati. Ya, tadinya gue pengin langsung ngomong gitu, sih. Tapi kayaknya itu terlalu to the point. Akhirnya gue hanya menjawab, “Minta tolong gimana?”

“Temen gue ada yang lagi ultah nih,” katanya, terus dia menoleh ke belakang sambil menunjuk tempat meja mereka yang kalau gak salah ada sekitar 7 orang. “Bisa minta tolong fotoin kami gak?”

Ternyata, dia mengajak temennya yang memakai kacamata ini karena dia yang punya kamera DSLR dan bermaksud ngasih tau gue gimana cara gunainnya. Gue terpaksa sok nyimak, padahal tanpa dijelasin, ya, gue udah ngerti caranya. Asalkan itu emang udah mode otomatis, atau diatur sama dianya dan gue tinggal pencet tombol jepret (shutter).

Please deh, gue nggak sekampung itu, ya! 

Namun, nfgak apa-apalah dengerin penjelasan dia. Setidaknya, gue bisa melihat kecantikannya lebih jelas. Setelah beberapa detik menjelaskan dan gue mengangguk tanda mengerti, gue kemudian menghampiri meja mereka. Mereka pun langsung berpose. Gue bilang “cheese”, lalu mereka mematung. Akhirnya gue memotret mereka tiga kali. Begitu selesai, cewek berkacamata itu mengambil kamera miliknya dan mengucapkan terima kasih.

Saat gue bermaksud kembali ke tempat duduk semula, tau-tau ada salah satu temannya yang cowok nyeletuk, “Mau foto juga gak, Bang?”

“Hah?” gue menoleh dan bertanya karena nggak paham maksud dia.

“Iya, lu gantian gue yang fotoin, Bang.”

Asyik!

“Tapi foto sendirian. Bahahaha.”

Bangkai. Penghinaan ini namanya!

Syukur aja cewek yang tadi minta tolong itu langsung mengucap maaf dan terima kasih sekali lagi. Kalo nggak buru-buru minta maaf mah... ya, nggak apa-apa juga, sih. Gue sendiri, sedangkan mereka rame-rame. Bonyok gue yang ada.

Barusan itu adalah benar-benar kejadian asli di kafe yang nggak tau kenapa masih terkenang. Gue sebetulnya udah agak lupa gimana wajah cewek yang minjem kursi dan yang berkacamata itu. Tapi, kejadian ini adalah pengalaman yang paling nggak bisa gue lupain.

Dua

Kejadian awalnya hampir sama seperti sebelumnya. Bedanya ini terjadi bukan di sebuah kafe, melainkan di restoran cepat saji alias Kaepci. Seorang cewek bertanya ke gue yang kala itu duduk sendirian sedang membaca novel, “Di sini ada orangnya nggak, Mas?”

Gue pun menjawab sejujurnya, “Kosong, kok.”

Belajar dari pengalaman sebelumnya, gue udah nebak kalau dia bakalan minjem bangku lagi dan menariknya ke meja yang lain. Gue juga nggak perlu ngarep lagi supaya bisa bertemu calon pacar di kafe hanya karena ada cewek yang menyapa saat gue duduk sendirian.

Namun, entah kenapa dia langsung duduk di hadapan gue. Anjir. Tumben. Gue awalnya nggak percaya dan mengira ini hanyalah mimpi. Gue dengan begonya langsung mencubit paha kiri. Terasa sakit. Duh, berarti ini bukan mimpi.

Gue pun jadi deg-degan bukan main. Gue mau membuka obrolan, tapi bingung juga mulainya dari mana. Jarang banget, kan, gue ngobrol sama orang asing. Hening cukup lama setelah dia duduk di depan gue itu. Lama nggak pacaran ternyata bikin gue grogi begini. Karena emang bingung kudu ngapain, gue pun memilih untuk melanjutkan membaca buku lagi. Berharap dia bakalan memulai obrolan.

Ketika membaca buku itu, tiba-tiba saja gue mendapatkan suatu topik yang pas. Gue mencoba mengumpulkan keberanian untuk menyapanya duluan. Saat gue pengin membuka mulut, mendadak ada cowok yang ikutan duduk di sebelahnya. Kami jadinya duduk bertiga. Gue langsung membatalkan niat itu.

“Maaf ya, Sayang. Gak ada tempat lagi,” ujar cewek itu ke cowok yang baru datang. Yang gue duga adalah pacarnya.

“O iya, nggak apa ya kita barengan, Mas?” tanya cewek itu ke gue.

Dan dengan bodohnya gue merespons, “Oh, iya, santai aja.”

Gue awalnya nggak tau kalau itu adalah keputusan yang fatal. Lagian melihat orang pacaran mah udah biasa pas lagi jomlo. Jadi nyamuk gitu juga udah biasa kalo pas lagi sama temen yang pacaran. Gue nggak bakal ngiri. Namun, setelah mereka selesai menyantap makanan utamanya: nasi dan ayam goreng krispi, si cewek menyuapkan kentang goreng yang dicocol saus ke mulut si cowok yang sedang asyik main HP.

Pemandangan yang sungguh menjijikkan. Gue awalnya berusaha sabar. Tapi, nggak lama mereka mengulangi perbuatan biadabnya. Kali ini menyuapi es krim sambil bilang, “Aaaa dong, Sayang.” 

BEDEBAH!

Kenapa mereka merusak momen sendirian gue, sih? Taik. PARAH EMANG! NGGAK ADA TOLERANSINYA SAMA SEKALI!

Biarkan gue nongkrong dengan tenang apa. Pfffft. Karena udah semakin bete, gue pun memilih pulang. Cih. Pecundang banget malah kabur. Gue yang kalah, kan.

Tiga

Waktu itu pada suatu Minggu di bulan Desember, gue bersama teman-teman bloger yang tergabung di grup Jabodetabek, mengadakan kopdar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Karena lapar dan camilan yang kami bawa mulai habis, kami sepakat untuk pindah ke Kaepci dekat Stasiun Cikini. Seperti biasa ada yang memesan dan ada yang menitip. Kala itu, gue adalah orang yang memesan. Ini tumben banget buat gue, sebab biasanya gue males ngantre karena disuruh nalangin duitnya dulu. Tapi kali ini adalah temen bloger. Mereka sungguh berbeda dengan teman-teman yang gue maksud. Mereka menyerahkan duitnya duluan dan gue nggak harus menalanginya. 

Begitu pesanan siap, gue pun kembali ke meja. Setelah mereka mengambil pesanan mereka masing-masing, ternyata gue beli minumannya kelebihan. Bego emang. Entah karena nggak biasa jadi orang yang mesen atau emang gue lagi nggak fokus. Entahlah. Yang jelas, minuman itu bakalan mubazir dan nggak akan gue minum semua. Gue sudah telanjur memesan paket ayam—yang tentu saja dapat minum Pepsi. Kemudian juga ditambah dua lychee float. Akhirnya, gue bilang, “Ini kelebihannya diminum aja. Udah gue bayar.”

Anehnya, nggak ada yang mau menerima satu lychee float gratis itu. Nggak tau karena mereka malu, atau udah ngerasa cukup dengan pesanan mereka masing-masing, atau takut gue jampi-jampi. Gue beneran nggak ngerti. Mubazir banget ini kalo beneran nggak diminum. Tapi ya udahlah. Nanti aja mikirinnya. Lagian kami lagi sibuk mengenyangkan perut. Begitu kelar makan dan Pepsi gue habis, gue pun mengambil lychee float itu, dan....

MALAH TUMPAH BANGSAT.

“Yaaaah,” ujar salah satu dari mereka.

“Makanya jangan megang tutupnya, Bang!” kata Adibah.

Minuman udah tumpah. Mau gimana lagi? Sepatu gue terkena sedikit tumpahannya. Gue membersihkan tumpahannya yang ada di meja dengan tisu. Saat itu pula, si Dian Hendrianto malah bikin InstaStory. Dia menyebar aib gue. Bajingan!

Merasa nggak mampu membersihkan semuanya sendirian, gue pun memanggil pramusajinya. Duh, minuman itu beneran mubazir jadinya. Satu lychee float yang tadinya pengin gue kasih gratis, malah tumpah. Saat mas-mas Kaepci sedang membersihkan dan mengepel lantai, beberapa ledekan langsung dilontarkan mereka.

“Niat ngasihnya nggak ikhlas kali tadi, makanya tumpah.”

“Omelin aja nih orangnya, Bang. Suka ngerepotin dan bikin susah emang anaknya.”

“Kualat itu!”

Ya, sudah terlalu banyak aib gue di mata bloger. Momen itu kayaknya yang paling memalukan buat gue, tapi menyenangkan buat mereka.

Empat

Kejadiannya sekitar bulan November atau Desember 2016. Ketika itu, gue sedang mencoba-coba suatu kafe. Nah, kafe yang gue coba ini sepertinya wifi-nya kurang kenceng jika dilihat dari suasana ruangannya. Oleh karena itu, gue memilih menggunakan mifi sendiri. Awalnya, sih, nggak ada kejadian yang aneh. Namun, hal ini bermula ketika mifi gue habis baterai dan entah kenapa bisa lupa bawa charger.

Nongkrong sendirian tanpa koneksi internet dan lupa bawa buku rasanya akan membosankan, pikir gue. Mau tak mau, gue pun bertanya ke pramusaji apa password wifi-nya.

“Misi, Mbak. Password wifi-nya apa, ya?” tanya gue ke mbak-mbak yang sedang membersihkan meja di sebelah gue.

“Jodohmudikobel. Tanpa spasi dan huruf kecil semua.”

“Oh, oke.”

Setelah gue cerna baik-baik. Hah? Jodohmu dikobel? Anjir. Mesum amat ini password-nya!

Ketika tadi lagi nanya wifi, kuping gue memang lagi disumpel earphone sebelah. Tapi apa iya gue tadi salah denger? Daripada kebanyakan mikir, gue langsung ketik aja password wifi-nya, eh ternyata beneran nggak bisa. Kayaknya gue emang salah denger deh.

Gue kembali memanggil mbak-mbak itu dan bertanya, “Kok nggak bisa ya, Mbak?”

“Masa, sih?” tanyanya.

“Iya, nggak bisa. Tadi kata Mbak, jodohmudikobel, kan, tanpa spasi dan huruf kecil semua?” tanya gue meyakinkan.

Mbak itu mengernyitkan dahi. Pipinya agak merah. Gue memasang muka tak bersalah menyebut kalimat hina itu. Lagian, emang itu yang tadi gue dengar.

“Jodohmu di kopdar,” ujarnya membetulkan dan langsung meninggalkan gue.

Kopdar adalah nama kafe yang lagi gue kunjungi ini. Ya, password itu lebih masuk akal daripada yang gue dengar sebelumnya. Gak mungkin kobel, sebab itu bokep banget untuk sebuah kafe.

Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jauh banget sama jodohmudikopdar. Ini mah otak gue yang eror. Gue malu setengah mampus. BANGSAT! MANA MBAK-MBAK PULA. Sumpah, semoga itu bukan pelecehan seksual karena gue benar-benar nggak ada maksud ke arah sana. Rasanya mau nangis saking malunya.

Seminggu kemudian, begitu gue kembali ke kafe itu, nggak tau kenapa gue tidak menemukan mbak-mbaknya. Gue nggak tau Mbak itu lagi libur atau resign. Gue berharap, sih, cuma libur. Kalaupun dia resign, semoga karena mendapatkan pekerjaan yang menurutnya lebih baik. Bukan karena takut kalo ada pembeli yang telinganya cabul seperti gue. Sumpah, itu memalukan banget ya, Allah. Gue sungguh minta maaf.

--

Jadi, begitulah cerita-cerita aneh gue saat main ke kafe. Gue nggak tahu kenapa ada pengalaman nista seperti itu. Semoga aja gue nggak pernah kapok menulis di kafe. Justru aib barusan jadi ide tulisan yang kalian baca dari tadi, kan. Nah, ada yang punya pengalaman aneh di kafe kayak gue juga? Coba curhatin. Biar gantian gue ketawain. Muahaha.

*) Sumber gambar: https://pixabay.com/id/komputer-laptop-notebook-pena-2242264/

46 Comments

  1. Kuping dijaga!

    Dengan menulis cerita ini, lencana blogger cabul bakal tersemat kembali di baju blogger-mu itu, kawanku yang tampan. ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waktu itu kuping gue ketutupan rambut gondrong, disumpel earphone juga. Huhu. Cabulnya kan nggak sengaja. :(

      Delete
    2. Hahaha, iya bang Ris, bener banget. Dari kopdar jadi kobel itu agak jauh sih~

      Delete
  2. Dikobel itu diapain sik? ._. *serius nanya*

    Ah. Kalok kafe selalu mengingatkanku pada skripsi. :( Tapi lumayan lah, dulu jadi pernah jalan sama pegawe kafe nya yang ganteng. Wkwkwk. Prestasi gak ini? :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. sekarang udah tau kaaaan.. ya kaaaan. hehe, cnd.

      Delete
    2. Coba cari di kamus bahasa slang. :D

      Ngerjain skripsi biasanya di kafe? Horang kayah. Jalan sama pegawai yang cakep itu bisa disebut prestasi, ya? Pengin mencoba, tapi sudah punya pacar. Wqwq.

      Delete
  3. Sama kaya kak Beby. Gak ngerti itu apaan?!
    Kalo aku bilang apa aja gak malu kalo gak ngerti maksudnya sih. Hahaha

    Pernah di cafe aku lagi pengen cemilan sponge rasa coklat. Terus adekku bilang, "Jangan bilang gitu di sini". "Lah terus bilang gimana? Orang namanya gitu, sponge sponge sponge" terus orang orang di cafe hening ngeliat aku. Terus adekku narik aku keluar dia bilang, "Kalo nyepong ngerti?". Sebenernya gak ngerti juga sih, tapi pasti mesum tuh! Mungkin, entahlah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba cari di kamus bahasa slang. :D (2)

      Wanjir makanan sponge. Itu jokes zaman gue kuliah. Iya, emang mesum. XD

      Delete
  4. ekspektasi kaya film romance, realita film surem. diledek karena sendirian dan disuguhi pemandangan surem.
    bentar sama kaya atas ane, dikobel itu apa?

    pengalaman di kafe ya? hmm gak sesurem lo, Yog. paling cuma niatnya nulis, karena wifi kenceng, malah donlot Naruto. syok juga pas pesanan kopi datang, buset dikit amat kaya ukm NTB. semenjak itu jarang banget nongkrong di kafe. populasi kafe juga jarang sih di sekitaran kampus gue.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba cari di kamus bahasa slang. :D (3)

      Jadi pengalaman lu lebih ke pas beli minuman, tapi porsinya sedikit padahal harganya mahal, ya?

      Delete
  5. YANG KE EMPAT KENAPA PARAH GITU, DAH. E TAPI PERKARA SALAH DENGER MEMANG BERABE, SIH. INI KOK KAYAK APES MELULU KAMU, YOG? SEMOGA LAIN KALI LEBIH BERUNTUNG...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gue juga gak tau kenapa waktu itu salah denger. :')

      Sengaja memang dikisahkan yang sial. Karena beberapa orang akan senang melihat penderitaan. Wqwq.

      Delete
  6. Jodohmudikobel artinya pa'an emang bang? *beneran ngga tau ini*

    kalo pas meet up ada aku, bakal tak ambil dah tu leci floatnya haha, gratisan coy

    pernah kan nongkrong gitu bareng temen SMA pas jaman lebaran di kafe, terus pesen makan. nah berhubung waktu itu belum kelar kuliah, milih lah aku menu yg harganya murah-murah. ee taunya pas mau pulang, kita semua dibayarin sama temen yg udah kerja. nyesel itu kagak beli makan & minum yg enak2 yg harganya agak mahal XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Udah lebih dari tiga orang yang bertanya begini. Gugling aja. Huhu. Takut semakin mengotori blog ini.

      Hahaha. Nah, mending diminum daripada tumpah, kan. :)

      Bersyukur woy! Anjir. Etapi emang pastinya rada nyesel kalau tau ditraktir dan kita cuma mesen yang harganya sesuai tanggal tua. XD

      Delete
  7. Sama kayak kabeb... dikobel itu apaan, Yog? aku beneran nggak tau. sumpah.

    Kalo ada yang pacaran di depan meja kita, itu kayaknya aku juga sering ngalami deh. sok-sok tegar aja~

    Dimintain poto sih jarang,kecuali kalo ada bapak2 atau ibu2 haji. sayangnya di kafe nggak ada mereka. padahal lumayan kalo abis motoin lalu didoain.

    itu yang ikutan kopdar ada Pangenya apa, Yog....? hahahha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. tolong ya bang Haw. Jangan bawa-bawa pange.

      Delete
    2. Cari tau sendiri saja ya, Haw. Wqwq. Iya, jarang banget ada bapak atau ibu macam gitu deh.

      Kok jadi Pange deh? :|

      Delete
  8. Abis komen ini gue penasaran sama arti dikobel. Keren gitu ya kata-katanya. Kobel.

    Kalo lu kepengengannya jumpa jodoh di kafe, gue malah pengennya kalo bisa ga ketemu siapa-siapa di kafe sih, Yog. Jadi lebih me time gitu. Justru kalo ada orang baru, ngajak kenalan dan semacamnya malah bikin malesin menurut gue. Hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keren dari mana woy?!

      Itu kan dulu. Tertulis 1,5 tahun silam. Hahaha. Sekarang mah lebih banyak suka kesendirian. Malah lebih asyik bisa banyak merenung.

      Delete
  9. HAHAHAHA... Anjerrr itu yg keempat lu lagi dengerin apa yog sampe salah dengernya begitu ? 😆
    Tapi baguslah... Pertahankan itu Yog ! Wkwkwk 😂

    Btw, Kalo soal ke Cafe gw termasuk masih jarang-jarang jadi belom punya pengalaman aneh. Tapi ke cafe memang tempat yang cocok untuk me time. Bahkan gw ngerasa lebih nyaman ngeblog di cafe daripada di rumah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dengerin lagu, sih. Auk udah lupa. Pertahankan dari mana? :|

      Lebih nyaman karena apanya? Ehe. Kalo gue lebih suka ketenangan pas nulis. Tapi di kafe emang banyak inspirasi dari orang di sekitar gitu, sih~

      Delete
  10. oke, semua pada bingung dikobel itu apa. begitu juga aku -_-

    setidaknya pengalamanku di kafe gak seburuk itu. gak ngeliat orang pacaran di depan kita langsung. itu parah. paling cuman caper ke dedek manis yang lagi nongkrong. tapi gak dapet respon balik.

    oke, itu menyedihkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan dipikirin lagi itu apa, ya. :(

      Caper kayak gimana, ya? Gue nggak ngerti maksud lu. Gak suka cari perhatian ke orang asing juga, sih. Hahaha.

      Delete
  11. Gue terpaksa sok nyimak.

    ------------
    hahaha aku ingin tertawa pas ini (lucu gak sih)
    menebak : menyimak dengan tatapan nanar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lucu atau tidak itu tergantung persepsimu. Dan ketawa adalah pilihan. Haha.

      Delete
  12. Huahaha itu nomor 4 pasti pas telinganya belum dibersihin deh! Yaampuuun dikobel 😂😂
    mudah-mudahan gak pernah ketemu lagi sama si Mbak nya ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin juga. Efek dengerin lagu kekencengan kayaknya, sih. :(

      Delete
  13. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel.

    tolooong...! jadi lupa kan mau komentar apaan gara-gara jodohmudikobel.

    Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel.
    MBUH AH!!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. untung banyak yang ngak ngerti artinya dikobel itu apaan.. wqwq

      Delete
    2. Makin rusak udah blog gue karena ditambah banyak banget kalimat hina itu. :)

      Delete
  14. Dari mana itu nyambungnya antara kopdar sama kobel astaga? Hahaha. Gue untungnya kalo lagi mode sendiri gak pernah ada yang nyamperin terus minta foto gitu (kalo di kafe ya, bukan tempat wisata). Ttampang default gue rada horor soalnya).. Hahahah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, gak nyambung sama sekali emang. Setelah "jodohmudiko", pendengaran gue mungkin terganggu. Gak tau kenapa dar bisa jadi bel. :(

      Bersyukurlah, Di. Gue malah gak ngerti kenapa gue bisa dimintain tolong buat fotoin orang.

      Delete
  15. Waktu itu pernah dibahas di grup juga ya, barengan ngebahas sama kata "kopek"--yang ternyata maksudnya grepe? Kalo kobel mah gue pernah denger. Hahaha.

    Gue jarang sih lagi pergi sendiri diminta fotoin. Soalnya langkah gue cepet, orang yang minta fotoin harus ngejar. Hahaha.

    Iya ya, harusnya sebelum tumpah gue minum aja tuh lychee float (hore udah tau namanya).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anak SMA ternyata udah tau kata nista itu. Ya, Allah. :(

      Itu apa hubungannya langkah sama minta fotoin? Kan kalo di kafe lu nggak jalan. Lu duduk weh! :|

      Bodo amat, Rob! Udah tumpah itu. -___-

      Delete
  16. Itu dikasih duit g bang pas motoin yg ultah?
    Wa enak y bang nton pacaran?
    Siapa tuh yg menang bang?
    Si cewek apa si cowok?
    Trus siapa yg ngebobolin eh skornya berapa2?
    Jodohmudikobel
    Emang kobel apaan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hm, berasa abang-abang tukang foto di tempat wisata anjir kalo sampe dikasih duit. :/
      Tidak ada yang menang. Gue yang menang... menangis hati gue baca komen begini. :(

      Delete
  17. Si taik! Hahahahahaha. Yang ke KFC kopdar blogger sama yang password jahanam itu walaupun udah tau sebelumnya, tapi pas dibaca lagi tetap bikin ngakak. Hahahaha. Mbak Dian pintar mengambil celah untuk mempublikasikan kualatmu itu ya, Yogs. Dan untungnya di Samarinda nggak ada istilah sekotor kobel itu. Atau akunya aja yang nggak tau ya huhuhuhu. Istilah nyendok aja udah kotor :(

    Ngomongin soal pengalaman malu-maluin di kafe, aku dulu juga pernah ngalamin waktu SMK apa pas udah lulus ya. Lupa. Pokoknya pernah aku tulis juga di sini: http://www.ichahairunnisa.com/2012/04/satnite-ngakak-di-puncak.html. HUAHAHAHA. Hestek selalu ada celah. Dan Sabtu malam kemaren aku ngalamin pengalaman malu-maluin waktu di KFC. Huhuhuhu. Awalnya sih cuma heboh gitu bikin IG Stories sama Dita, diliatin orang-orang di samping. Ceritanya aku ngasih dia makan kentang kayak majikan ngasih makan peliharaannya. HAHAHA. Tapi udah beberapa kali take, gagal mulu. Ketawaan mulu yang ada. Trus pas liat ternyata ada Ikhsan sama pacarnya duduk di meja depan kami, aku refleks teriak histeris kesenangan, "Eeeeeeh!" sambil nunjuk ke dia. KFC langsung hening dan pada ngeliatin ke arah mejaku. Telek. Mana mukanya Ikhsan langsung membeku gitu. Berdiri lama megangin nampan. Pacarnya kaget gitu ngeliat aku sama Dita. Nggak percaya kali ya Ikhsan punya teman yang heboh kayak aku sama Dita huhuhu. Trus Ikhsannya pake nutupin muka lagi pas dia udah duduk. Huaaaaaaa :((((

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar berarti tulisan Haw. Jadi, tetaplah menderita supaya bikin orang ketawa. :) Nyendok kok kotor dah? Ngegarpu ada gak? Hehehe. Cnd.

      Wih, udah lama banget itu tahun 2012. Celah bisa diciptakan, ya~

      ((majikan ngasih makan peliharaan)) Dita dianggep peliharaan. Anjis. Anjis. XD Gokil. Satu Kaepci ampe hening gitu. Malu-maluin amat sih lu, Cha. :( Tapi biasanya temen yang gesrek lebih seru, kok!

      Delete
  18. Njirrr ini tulisan kobel ada berapa ya jadinya di blog ini, saking banyaknya aku teralihkan untuk berkomtar yang lain, ternyata menuliskan kata kobel juga :(((((

    Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jodohmudikobel. Jauh banget sama jodohmudikopdar. Emang jauh sama dikopdar sih. Dan barusan aku memberanikan diri untuk bertanya kepada si mbah google apa sih artinya di gobel. Dan yang keluar peratama kali, #astagfirullah....

    Shock banget, dan baru tahu artinya itu lho aku mas, seumur-umur baru dengar nama itu dan itu tahu dari sebuah blog ini..hehe

    Apakah aku tersesat ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ikut terjebak. :(

      Astagfirullah. Jangan disebarkan ya, Mas Andi. Semoga kembali ke jalan yang lurus.

      Delete
  19. Siaal, baca cerita yg keempat aku lgs ngakak padahl lg di kantor.. Hahahaha jadi diliatin ama anak2ku :D. Dikira stress tiba2.. Lagian jauh bgt sih yog.. Hihihihi...

    Aku jg suka ngafe , ntah sendiri ato bareng temen dan suami.. Biasa cm utk dgrin live musicnya, ato sekedar duduk.. Dulu pas blm nikah srg, tp ntahlah sesudah nikah palingan jd sebulan 2x doang :D. Kyknya mndingan budget ngafe aku beliin novel :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bahaha. Pendengaranku lagi ngaco, Mbak. :(

      Aku malah udah jarang banget dengerin live music gitu. Haha. Paling acara Malam Puisi pernahnya. :D

      Yoih. Setuju deh buat beli buku!

      Delete
  20. Yang di Kaepci gue masih ingat banget sampe skarang! HAHAHAHAHA
    Pengalaman ke kafe sendiri ya, hmm, lebih banyak tenangnya, sih. Tapi yg paling gak bisa gue lupain itu ketika lagi nulis di sebuah kafe yang ada di Lippo Mall Puri. Jadi kan ceritanya gue lagi nulis, tuh. Trus tau-tau dateng rombongan satu keluarga mampir ke kafe itu. Trus si Pramusajinya dateng ngampirin gue sambil bilang, "Boleh pindah dulu nggak, mas?," katanya.
    TAIK! GUE DI USIR! DISURUH PINDAH KE MEJA LAIN! PADAHAL LAGI PEWEH! KUTIL KUDA! :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak usah ngetawain tragedi Kaepci, ya! Itu memalukan.

      Parah amat. Mentang-mentang lu sendiri, terus ada keluarga (yang menurut pramusaji itu terhormat), dengan teganya ngusir. :(

      Delete
  21. Komen isinya kobel semua. Blog apaan ini Yoooog hahaha. Aku pernah ke kafe (6 apa 7 taun lalu) lupa. Waktu itu makan sendiri dan makannya sambil ngelamun, terus orang di meja sebelah manggil2 "mba mba" terus2an gak berhenti. Terus aku noleh dong dan bilang "eh, ya mas?" - JIR BEGO. PADAHAL DIA MANGGIL MBA MBA PELAYAN DAN SEBELAHNYA ADA PACARNYA.

    Terus mereka melongo. Aku cuma hehe. Sambil lanjut makan tapi eneg dan maluk :(

    Berarti, JANGAN LAMUN. SEKIAN. DAN TINGKYU.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Blog sesat. :(

      Wakakakaka. Anjir. Tengsin abis tuh pasti. Kurang-kuranginlah melamun jorok, Sya. Ehhh. :))

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.