Kritik dan Saran

Criticism may not be agreeable, but it is necessary. It fulfills the same function as pain in the human body. It calls attention to an unhealthy state of things.” – Winston Churchill

--

Buat yang belum tahu, gue bersama teman-teman WIRDY baru saja membuat buku-el. Kalau boleh jujur, gue deg-degan bukan main ketika karya itu dilepas ke umum. Beberapa ketakutan di dalam diri itu juga mengganggu banget. Takut nggak ada yang download; takut cuma diunduh, tapi malah nggak dibaca; dan terakhir, takut dipuji secara berlebihan.

Gue sama sekali nggak takut diberikan kritik ataupun saran. Nggak. Gue justru menyukai itu. Menurut kalian, kita—para bloger—bisa terus menulis dan konsisten sampai sejauh ini karena apa?

Pertanyaan bagus!

Apa karena bisa menghasilkan receh?

Hm, mungkin beberapa orang ada yang begitu, tapi gue nggak. Gue bisa bertahan ngeblog sekitar 4 tahunan ini karena adanya pembaca. Terlebih lagi pembaca yang mengapresiasi tulisan gue. Apalagi para pembaca yang kritis. Mereka memberi tahu tulisan itu di bagian jeleknya, lalu memberikan solusi agar tulisan gue menjadi lebih menarik.

Sumber gambar: Kritik

Namun, tetap saja masih ada orang-orang yang komentar negatif seperti:

“Hahaha. Tulisan apaan, sih, ini? Gue udah baca panjang-panjang, ternyata begini doang.”

“Karya apa nih? Sampah!”

“Artikelnya menarik. Salam kenal ya, jangan lupa berkunjung ke www.kentutmacan.com”

Yang gue bingung, begini doangnya tuh apa? Sampahnya di mana? Tolong, beri tahu dan jelaskan kesalahannya. Agar kita para pembuat konten bisa memperbaiki kekurangan itu. Kalau hanya asal menilai tanpa ada solusi, yang bikin konten itu kan jadi bingung sendiri dan malah bersedih hati.

Mungkin gue juga akan kesal terhadap konten—terutama tulisan—jelek karena telah membuang-buang waktu berharga. Meskipun waktu itu hanya 5 menit, tapi 5 menit itu kan bisa aja gue pakai untuk hal yang lain: makan, boker, atau salat.

Bahaha. Yang terakhir a en je a ye. ANJAY.

Namun, gue tidak bisa sembarang berkomentar yang menyakitkan pembuat konten itu. Malah gue kadang takut untuk memberikannya kritik padahal udah menjelaskannya secara baik-baik. Lalu, kalau memang ada komentar nggak jelas seperti itu biasanya gue memilih untuk cuek. Sebab, kalau dipikirin pasti buang-buang waktu. Mending gue fokus ke kritik yang membangun.

Misalnya seperti teman gue, Arif—lebih dikenal dengan nama Jung, beberapa hari yang lalu mengatakan kepada gue tentang buku-el itu. Sebagai teman dia merasa sedih karena karya temannya kurang maksimal begitu. Terlebih lagi di bagian visualnya. Seperti pemilihan kover, jenis font, dan jumlah halaman.

Setelah gue lihat kembali buku-el itu, gue pun tersadar. Kover itu memang tidak menjual. Pemilihan huruf Verdana juga kayaknya agak gimana gitu. Apalagi jumlah halamannya yang sampai 300 lebih. 

Dia bilang, kenapa nggak minta tolong ke teman-teman yang bisa desain, bantu proofread, dan seterusnya.

“Padahal kalau dimintain tolong, gue dengan senang hati membantu.”

GLEK. Astagfirullah Yoga. Kok gak kepikiran, sih?

Gue juga nggak tau harus gimana ketika dikomentarin begitu. Buku-el itu sudah telanjur dipublikasikan. Namun, perkataan dia ada benarnya. Mungkin gue memang anaknya masih suka nggak enakan untuk meminta tolong. Gue juga nggak ada budget untuk menyewa jasa desain dan mengoreksi naskah. Kemudian dia mengingatkan gue kalau teman bloger itu banyak. Nggak melulu soal duit. Masih bisa putar otak untuk bekerja sama. Ternyata, gue memang lupa akan bagian itu. Bahwa, nggak semua hal itu tentang uang. Gue masih memiliki teman-teman yang baik. Mungkin gue masih bisa membalas kebaikannya dengan hal yang lain sesuai kesepakatan bersama. Ya, seperti para pekarya lainnya yang mencari sponsor untuk sebuah acara. Ada banyak cara untuk win-win solution.

Gue sebagai penggagas mulai merenungi hal ini. Kami para WIRDY (lebih tepatnya gue) memang terlalu terburu-buru. Mungkin ini sebuah proyek iseng, yang kemudian diseriusin. Cuma, kalau tampilannya norak begitu, apakah ada yang mau mengunduh? Nggak jauh pasti orang-orang yang udah kenal kami.

Kami para WIRDY, mungkin emang lebih fokus ke konten tulisannya, sampai melupakan atau malah nggak paham visualnya. Apalagi gue ngerencanain tulisan ini sekitar bulan November yang gue targetkan akhir Desember sudah kelar. Gila. Dadakan banget! Proyek buku-el macam apa yang ditargetin cuma sebulan? Terus akhirnya jadi dalam 2 bulan di akhir Januari kemarin.

Ini jelas keren kacau! Alias maksa.

Persiapan kami, khususnya gue, masih belum matang.

Gue sebagai mantan mahasiswa pemasaran merasa gagal karena lupa memikirkan visualnya. Kalau boleh jujur, gue emang anaknya kurang visual. Terlihat jelas dari kebiasaan gue yang lebih suka membaca buku daripada nonton film (halah! Sok kutu buku lo!). Padahal, gue nggak bisa pasrah gitu meskipun nggak paham-paham amat soal visual. Gue bisa sharing ke teman yang lebih mengerti.

Kutipan “Don't judge a book by its cover” mungkin ada benarnya. Namun, siapa yang tertarik akan sebuah buku dengan kover yang biasa-biasa saja dan cenderung norak itu? Beberapa orang bilang, kunci dari sebuah produk ialah yang eye catching.  Dengan kover yang bagus, ada kemungkinan kalau buku-el itu lebih banyak diunduh. Jumlah halaman yang 300 itu juga kebanyakan. Setelah gue coba ubah line spacing dan jenis hurufnya, nggak taunya itu bisa lebih ramping dan jadi sekitar 200-an halaman. Gue merasa benar-benar dungu.

Kalau aja gue nggak punya teman seperti Arif, gue nggak akan pernah tahu kekurangan dari buku-el itu. Jadi, gue sangat berterima kasih.

Lalu, kalau dilihat dari nama gue yang banyak tercantum, itu gue kelihatan serakah banget. Sebenarnya bukan serakah, tapi terpaksa. Ya, salahnya kami (oke, lebih tepatnya gue) terlalu tertutup akan proyek ini. Sehingga, gue lupa konsultasi kalau buku-el ini udah benar-benar siap dipublikasi atau belum. Padahal masukan-masukan dari teman yang jujur itu penting sekali. Kami bisa mencari teman yang bisa diajak bekerja sama dalam pembuatan kover dan pengoreksi naskah.

Gue pikir, mungkin kita semua pasti takut ketika karya itu dibilang gimana-gimana. Namun, teman yang baik pasti akan jujur demi sebuah kebaikan, bukan? Seperti bromance tahan banting: si Rido dan Agia, misalnya. Gue suka orang seperti mereka yang jujur dalam menilai sesuatu. Gue bersyukur bisa mengenal mereka juga.

***

Setelah itu, kalau dipikir-pikir gue sebenarnya bisa menciptakan pasar yang lebih luas. Meskipun awalnya hanya untuk dibagikan kepada internal (yang mengenal baik kami), tapi bisa saja kami mendapatkan pembaca baru. Sekali lagi, gue telah merasa gagal sebagai pemasar. Mungkin pemasar dan pekarya itu dua hal yang berbeda. Namun, apa salahnya seorang pekarya juga bisa memasarkan karyanya sendiri?

Di dalam sebuah dunia penerbitan, para penulis di era digital ini juga nggak terlalu bergantung kepada tim promosinya. Kita lihat sekarang, para penulis ini promosi di blog atau vlog, media sosial, membuat gathering atau talk show, de el el. Jadi kalau buku itu nggak laku, seharusnya penulis itu nggak boleh menyalahkan penerbit sepenuhnya. Apalagi penulisnya sendiri yang males promosi.

Bentar, ini kok jadi mulai melebar? Oke, kembali ke topik.

Kritik dan saran itu mungkin terasa pedas dan pahit. Hm, tapi tanpa adanya kritik dan saran mungkin karya itu akan begitu-begitu saja. Nggak ada perubahan maupun perkembangan. Jadi, terima kasih banget untuk teman-teman yang telah mengkritik secara jujur. Gue bahagia dengan teman yang seperti itu. Karena gue udah muak sama teman-teman yang palsu.

So, sekali lagi terima kasih bagi yang sudah mengunduhnya, membacanya, memberikan pujian secara tulus, dan yang terpenting memberikan kritik ataupun sarannya. Gue nggak akan bisa tumbuh tanpa adanya masukan dari kalian. Semoga para personel lain nggak down kalau dikritik atau mendapatkan komentar yang tidak mengenakan. Semoga kami bermental kuat. And last but not least, semoga kami nggak pernah berhenti berkarya. Aamiin.

Benar ternyata kata Pandji, keluarin aja dulu karya pertama dan tumbuhlah dari situ. Beberapa hari ini, gue jadi tau kekurangannya dan termotivasi membuat karya yang lebih baik di kemudian hari.

Sekali lagi, kami ingin mengucapkan terima kasih.

-- 

PS: Gimana kalau kami buat edisi revisinya dari segi tampilan dan jumlah halaman? Pada setuju gak? Atau biarkan begitu saja? Tolong kritik dan sarannya, ya! Kami siap menampungnya di email: kafewirdy@gmail.com , atau boleh kirim pesan personal ke gue (bagi yang memiliki kontak), komentar di sini juga boleh.

43 Comments

  1. Gapapa kalo belum maksimal :) namanya juga baru pertama :)
    Kan jadi ada bayangan untuk karya lainnya :)

    bener kata Jung :)
    masih banyak kok temen yang dengan senang hati dimintain duit dan gak melulu soal duit :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Vir. Jadi paham. :D
      Dimintain duit? Maksudmu dimintain tolong kali, Vir? Hahaha. :p

      Delete
  2. Aha. Ternyata Yoga nulis soal ini. Kemaren yang waktu itu, ya you know, Yogs. Aku sempat kepikiran buat nulis soal ini. Relate-in sama Movie 43. Kita kebalikan dari Movie 43 kalau menurutku, Yogs. Kita (terutama aku) adalah orang2 yang masih baru dan masih mentah soal beginian, yang lagi dalam project e-book. Sedangkan Movie 43 itu pemainnya adalah orang2 matang yang terlibat dalam film kacangan mengerikan. Kalau bisa juga kemaren aku nggak usah ikut deh, Yogs. Lebih baik kayaknya 😂

    Btw Jung baik banget ya. Care gitu sama kamu, sama kita, sama temen-temen blogger lainnya juga. :")

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gue paling gak seneng kalo diomongin di belakang kek gini :(

      Delete
    2. Nanti kalau sempet gue coba tonton film itu deh. Tolong, jangan bilang seperti itu. Lebih baik nggak buat kalau lu nggak mau ikutan, Cha. :)) Cerpen Darma yang pendek itu pun gue masukin, kok.

      Delete
  3. Sampai saat ini, aku belum mengunduh dan baru lihat covernya dari ig kamu aja. Tapi setelah baca ini dengan banyak saran dari temen2mu, dan kamu kemas dan tulisan panjang begini, pikiranku adalah aku setuju kalau kamu mau memperbaiki sedikit biar pembaca lebih nyaman bacanya. Etapi keluar dari kritik dan saran, selamat atas karya dan keberaniannya untuk mengeluarkan karya ya Yoga dan kawan2. Sakseus selaluuuu!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, lagi mencoba dibuat jadi lebih ramping ini e-book-nya. :D
      Aamiin. Sukses juga untuk Teh Fasya. :)

      Delete
  4. Ngakak abis pas bagian Darma bekerja di balik selimut. Kemudian lemas dan tertidur pulas. Lucu banget tuh, Yog. Perbanyak!

    Saya sih nggak masalah sama visualnya. Sebab yang saya cari cuma jokes internal yang menimbulkan reflek tawa. Saya apresiasi kepada WIRDY yang telah memeras ide-ide mentah menjadi cerita yang patut dipertimbangkan.

    Jangan tanya siapa yang mau nimbang. NGGAK PAHAM SAYA!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah aku sih sependapat sama haris. Dalam hal teknis, buatku kaver gak masalah, selagi layout nya nyaman di mata. Tapi mungkin aja pendapatku ini subjektif, berhubung aku udah kenal kalian, WIRDY.

      Jadi kayaknya kaver dan hal teknis lainnya memang penting, buat mancing pasar yang lebih luas, atau dalam hal ini, pembaca yang belum tau WIRDY.

      Oiya, e-book nya baru kubaca sekitar Nah aku sih sependapat sama haris. Dalam hal teknis, buatku kaver gak masalah, selagi layout nya nyaman di mata. Tapi mungkin aja pendapatku ini subjektif, berhubung aku udah kenal kalian, WIRDY.

      Jadi kayaknya kaver dan hal teknis lainnya memang penting, buat mancing pasar yang lebih luas, atau dalam hal ini, pembaca yang belum tau WIRDY.

      Oiya, e-book nya baru kubaca 50% nih cees. Dan sejauh ini seru!

      Jung gitu lho. Dia juga pernah ngebantu permasalahan template blogku.50% nih cees. Dan sejauh ini seru!

      Jung gitu lho. Dia juga pernah ngebantu permasalahan template blogku.

      Delete
    2. Ah setan itu kenapa komennya jadi acak-acakan euy. Sori cees pengaruh sinyal indosat tai nih.

      Delete
    3. Haris: Weehh, malah fokus ke situ! XD Thank you, Ris. :))

      Agia: Bahaha. Kok komennya aneh gitu dah? Bingung saya bacanya, Cees. Iya, ke depannya jadi bisa membuat karya (terutama kover) yang lebih menarik biar dapet pembaca baru. Oke, makasih ya masukannya! :D

      Delete
  5. Hemm.. Sebenernya aku juga bukan orang yang pinter buat cover kecuali cover tugas dan skripsi, halah. Tapi menurut pendapatku judulnya "KAFE WIRDY" bagus juga kalo ilustrasinya berbau kafe gitu.

    Aku kira di e-book ada versi cerpennya cerbung "sepotong hati di segelas milkshake coklat" ternyata gak ada euy.

    Aku juga belum baca sampe selesai sih, tapi tinggal dikit lagi lah. Yang paling ku inget Mubazir temennya setan. Hahahaa

    Aku juga setuju, hidup bukan melulu soal uang. Andaikan begitu, pasti sedikit orang bahagia soalnya kebanyakan orang lebih besar maunya daripada uangnya. Ahahahaa. Jangan malu minta tolong sama orang, ntar orang juga bakalan sungkan minta tolong ke kita. Yah, pokoknya gitulah..

    Udah ah, ntar malah kebanyakan kayak nulis postingan baru! Wkwkk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Rum. Ini malah nggak nyambung, ya. Malah foto kami berlima. XD
      Tadinya mau ada, Rum. Cuma, hmm nanti lagi deh coba kami pikirin. :))

      Wqwq. Itu punya si Wulan.

      Namanya juga masih suka nggak enakan, Rum. Betul juga tuh. Jangan sungkan lagi kalo gitu deh biar bisa saling tolong-menolong.

      Delete
  6. Ah, iya, aku baru ingat mau komentar soal e-book WIRDY juga.

    Menurutku karena ini buku digital, kayaknya soal desain kover nggak terlalu esensial, Yog. Orang malah tetap mau unduh karena iming-iming gratisnya, bukan karena pertimbangan kovernya menarik atau nggak. Beda cerita kalau bukunya dipajang di etalase toko buku, fungsi kover jadi door opener. Nah, soal teknis isi, setuju sama Jung. Penyusunan bukunya harusnya bisa dibikin lebih ramping, salah satunya kurangi line spacing. Ukuran font 11 aja. Pas aku mau baca sempat kaget kok halamannya tebal, padahal daftar isinya nggak begitu banyak. Layout-nya juga sebetulnya masih bisa dipoles lagi.

    Soal isi tulisan belum bisa kasih kritik, soalnya belum baca semua. Tapi pas baca skimming, kayakya udah lumayan rapi. Syahlud!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hm, gitu toh. Jadi nggak terlalu ngaruh kalau kover buat e-book gratis, ya. Yowes, nanti mau direvisi dulu ini font sama line spacing. Hehe. Nah, soal layout emang standar banget. Bingung soal cara nge-layout, Do. Gak ada aplikasinya. :(

      Bangkai itu syahlud apaan weh? XD

      Delete
  7. tadi mau komen apa euy? bingung setelah baca komen agia. hampura, yog.

    ada benernya sih, kover itu kalo di ibarakan angota tubuh, ya itu wajah kita. itu masuk ke hal utama sih menurut gue.

    dan, sejauh ini gue asyik2 aja bacanya :) seru

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buahaha. Wajah kami berarti kurang menarik, ya. :|

      Asyik. Makasih, Dian! :D

      Delete
  8. Enak ya kalau punya pembaca yang suka kasih kritik atau saran. Gue masih dalam membangun audience. Ada yang komen aja, rasanya udah seru banget.

    Gapapa bang yog, kalau ga dicoba dipublish kemarin, gabakalan tau salah dan kurangnya gimana. Trial and Error bang yog, kalo kata orang - orang wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak apa. Nanti juga ketemu pembaca yang suka ngasih kritik dan saran. :D
      Wqwq. Hooh. Yang penting nggak takut berkarya. :)

      Delete
  9. At least menurut gue udah bagus udah ada niat bikin karya dan itu gak cuma omong doang yog. Hihi

    Btw kemarin waktu unduh pertama kali emang shock sih bisa banyak halaman gitu. Aku pun bacanya nyicil kemarin baru yang segmen turki haha.

    Kritik dan saran emang bagus untuk perkembangan masa depan e book mu yog. Semoga bisa jadi lebih baikk nanti kalau di launching yang baru aku download lagi deh ..



    Komentar buat icha: Apaan siiik kok kamu minderr hahahaa. Semangat laaah chaaa *kecups*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi. Makasih ya, Li. Iya, paling nggak itu kami udah berani. :D
      Yang baru kalau revisian mah isinya tetep sama, Da. Cuma ganti font dan line spacing aja. Kalau nanti bikin e-book lagi deh, yak. Aamiin.

      Hm, Icha emang suka minderan. Padahal dia berpotensi dengan gayanya yang banyak referensi film itu. :D

      Delete
  10. hiiih, aku agak kudet di twitter, buka aja nggak pernah. haha
    tapi penasaran juga sih sama e-booknya.

    dulu aku baca cerpennya yang kalian publish secara terpisah di blog masing-masing.

    ini kok kesannya jadi kayak merendah ya. kalian keren kok.
    sumpah, itu bukan pujian yang berlebihan.

    Practice make perfect.
    wait? kok jadi nggak nyambung ya?
    haha

    ngomongin masalah bromance tadi, ada mas Rido sama a Agia, kalau di drama korea biasanya bromance itu suka ngerebutin satu cewe yang sama, mereka iya nggak nih btw?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau penasaran, bisa langsung donlot, Put! :p Hm, itu cerbung belum kepikiran buat dibahas atau diterusin lagi, sih. Wqwq.

      Makasih ya, Put. Nggak merendah, kami coba jujur akan diri kami yang memang harus terus belajar. :))

      Nggak paham Korea. :(

      Delete
  11. Mau ngomongin dari belakang ah. MAKASIH MAS JUNGJAWA!

    Selanjutnya proyek apa lagi nih? Proyek jalan tol antarpulau boleh juga nih. :))

    ReplyDelete
  12. belum bisa kasih kritik, baru aku donlot bukunya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Woah baru donlot. Okeee, makasih ya, Mas! Nanti bisa dikritik atau dikasih saran. :D

      Delete
  13. gue mau bilang apa yaaaa.
    gue udah donlot sih buku itu dan udah baca sampe beberapa bagian.
    kritik apa saran ya ini?

    pokoknya dari gue sih...
    tulisan di buku itu, terlalu tulisan yoga banget. mungkin karena editornya yoga jadinya gue bacanya kata per katanya sepenuhnya hampir gaya bahasa yoga banget. saran gue, nah ini saran... minta temen yg bisa dikatakannya dalam bidangnya (editor maksud gue) kayak si rido arbain. nggak ada salahnya mencoba. gitu.

    overall, suka kok gue. kreatif!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmm, ini dia yang gue takutin. Ketika mengoreksi ejaan, terus malah keubah jadi gaya gue gitu. Padahal nggak ada maksud sama sekali dan mempertahankan ciri khas tulisan mereka. Mungkin ke depannya bisa lebih banyak belajar kamus bahasa slang. Atau ya seperti itu. Menyewa atau meminta tolong editor beneran. :)

      Thank you banget ya, Ben. :D

      Delete
  14. Waaaaah SELAMAT WI(R)DY!
    Udah berhasil menelurkan karyanya.
    Aku juga baru-baru ini tau kalau udah nambah personel.
    Semangat!!!!

    *mau download dulu*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kami beranak, nggak bertelur, Dar. :p

      Makasih, ya! :)

      Delete
  15. bacain semua komennya, kamu memang keren, yog! eh maksudnya kamu dan tim, aku baru baca jadi ngga bisa berkomentar dulu, baru di kalimat kata pengantar dan mau mulai bab satu tapi selalu ketiduran, ntar ya ~~~

    ReplyDelete
    Replies
    1. ((baru di kalimat kata pengantar)) :(

      Oke, ditunggu review sukarelanya. :D

      Delete
  16. Jujur saat itu pas aku mau donlod abis liat promonya di blog wulan tapi kok pas kuklik ada tulisan pay pay gitu yog..terus broken link e apa aku yang salah teknis yak,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hah? Masa, sih? Terus belum bisa, Mbak? Kalau dari laptop bisa kok gak pakai secured atau apa gitu.

      Delete
  17. Wah ternyata banyak yang samaan nih, ngerasa halamannya terlalu tebal. Gue juga pas abis donlot, mau baca, eh 350 page, akhirnya baca yg belum pernah di post di blog kalian aja dulu :))

    Keren sih, gue paling suka bagian janji dan flash fictionnya. Oiya, satu lagi, mungkin bisa lebih baik lagi kalo dikasih keterangan mana yg non mana yg fiksi ._.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ehehe. Iya, Yog. Maafkan kami (gue) yang salah pilih line spacing dan font. :D
      Yang udah pernah ditulis, ya nggak jauh beda, kok. Cuma diperbaiki aja. Makasih udah baca. :D

      Bingung emang bedainnya, ya? Wahaha. Oke deh, makasih untuk sarannya. :)

      Delete
  18. Ditutup dengan bit-nya Pandji soal berkarya di Juru Bicara World Tour. Nais!!

    ReplyDelete
  19. Gue belum bisa ngasih masukan, baru tahu malah kalo tim wirdy launching buku perdananya pas nengok side bar blog punya lo. Gue unduh trus baca dulu ya, abis itu kuy balik lagi ngasih feedbacknya, is it okay? :)

    Cie udah nerbitin karya pertamanya dalam bentuk buku digital, keren, keren, keren, gue nyusul deh, baru mulai halaman awal2 nih soal tips jadi English Debater. Hehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang sekarang untuk font udah direvisi, sih. Oke. Terima kasih sebelumnya ya, Gung. :)

      Iya, kalau gak berani bikin, kapan majunya? Halah. Mantap udah memulai. Semoga bisa cepet terwujud. Aamiin. :D

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.