Memotret Langit Sore

Kemarin sore langit terlahir kembali sebagai lukisan bocah SD ketika aku sedang dihukum bekerja lebih lama dari biasanya. Suatu kerja ekstra yang kukira akan memperoleh bayaran layak, tetapi malah menjadi harapan yang koyak. Mengapa bekerja secara maksimal justru memperoleh upah minimal? Apakah aku sedang melakukan kegiatan amal?




Tak ada jawaban. Aku menembus kegelapan kota di antara bunyi petir dan betapa keparatnya angin malam, sehingga otakku mengira bahwa ini semua cuma terjadi di dalam mimpi buruk.

Namun, anganku segera kembali pada realita. Rasa lelah dan kesedihanku ini sangatlah nyata. Aku pun kian menyadari betapa beratnya tanggung jawab dan beban yang kutopang. Sampai-sampai batinku menjerit: “Kenapa hidup setiap harinya tak bisa bertambah gampang?”

Kadang aku ingin mengibarkan bendera putih. Tapi sesosok bocah di dalam diriku berkata bahwa tak ada pilihan lain, selain aku terus maju, melewati hari demi hari, hingga menemukan jalanku yang berikutnya, kebahagiaan yang berikutnya.

Sesampainya di kamarku, di tempat yang terbebas dari segala kesibukan dunia, aku memandangi galeri ponselku, lantas melihat langit senja yang sempat kupotret. Warna jingganya seakan mampu memutar ulang waktu. Mengingatkanku pada hari-hari lain ketika aku menghabiskan sore bersama kekasih.

Suatu sore mungkin bisa menjadi malapetaka, tetapi sore-sore lain tentu juga bisa membuat hatiku bernyanyi dan mengusir segala kecemasan, sehingga yang tersisa dalam hidup adalah kebahagiaan yang tak kunjung pudar.



Malam itu akhirnya parasku bisa kembali penuh dengan kegembiraan, bagai pelangi yang berhasil hijrah dari langit dan pindah ke tembok taman kanak-kanak.

2 Comments

  1. Beberapa bulan ini langit pagi sama sore emang selalu indah sih. khususnya dari akhir Oktober kemarin. Aku sih, biasanya suka liat matahari terbit dan langit setelah subuh. kemarin malah bisa liat penampakan beberapa planet. di tengah malam menjelang ada planet Jupiter yang ada di sebelah bulan menjelang sore ada planet venus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya enggak sampai sebegitunya saat memperhatikan langit. Udah gitu di Jakarta juga banyak polusi cahaya. Suka ketutup deh sama cahaya-cahaya dari gedung bertingkat itu.

      Venus sih sempet lihat. Kalau Jupiter kayaknya mah belum.

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.