Kelabu

Kini pukul sebelas malam
dan aku tidak ingin menulis lagi.
Yang ingin kulakukan hanyalah
menatap langit-langit dan berharap
ada bintang-bintang di sana.

Namun, tak ada apa-apa
selain warna kelabu
yang membosankan.

Aku kini tidak berada di rumah sakit,
melainkan rumah sakit lah yang pindah
ke dalam diriku, membuat tubuhku
menjadi aroma obat-obatan.

Tidur adalah harga yang harus dibayar mahal.
Bukan dengan uang, tetapi dengan berbagai
pikiran busuk yang berkelana ke sana kemari,
dan menjadi kecemasan tanpa ujung.

Anak kecil dalam mimpiku menangis
dan mengucapkan sebaris puisi
yang sangat sulit ditafsirkan.



Yang aku tahu hanya bangun
dan mengguyur kepalaku
agar berhenti memikirkan
tentang kematian.

Meski aku tahu kematian adalah cara alami
untuk menyuruhku diam, tapi siapa yang
berani mengatakan kepada dirinya sendiri
bahwa ini memang sudah waktunya?

0 Comments