Setiap Kali Saya Menafsirkan Pengakuan Anda (1)

Oleh Ryu Murakami. Diterjemahkan dari bahasa Jepang ke bahasa Inggris oleh Ralph McCarthy.

sumber gambar: https://www.preining.info/blog/2017/02/ryu-murakami-tokyo-decadence/


*

“Setiap kali saya menafsirkan pengakuan Anda, ada satu hal yang saya tidak mengerti: Mengapa Anda tidak membunuh wanita itu?”

Jaksa menanyakan kepadaku tentang ini. Selalu sama, selalu pertanyaan yang sama. Aku tak ingin menjawab pertanyaan itu. Pengacara tua botak—yang ditunjuk pengadilan itu telah menanyakannya seribu kali. Dia bilang jika aku bisa menjelaskannya, hukumanku mungkin lebih ringan. Tapi, tidak ada satu pun yang akan mengerti. Bagaimana mungkin? Aku sendiri saja tidak begitu mengerti. 

“Apa motif Anda untuk tidak membunuhnya? Itu cara yang aneh untuk mengatakannya, saya tahu, tapi ... seandainya Anda bisa mencoba menjelaskannya lagi.”

Aku tidak begitu suka jaksa ini. Entah kenapa. Mungkin dia mengingatkanku kepada pamanku. Pamanku adalah satu-satunya orang yang baik kepadaku. Dia biasa memberiku tumpangan di belakang skuternya ketika dia menjadi seorang penjual deterjen. Itu salah satu kenangan terindahku.

“Baiklah, mari kita mulai dari awal sekali lagi, mengonfirmasi ulang fakta-fakta, dan jika Anda memiliki informasi baru, pastikan untuk memberi tahu kami. Siap?” 

Namaku XXX Noriyuki. Alamatku 3–12–5 Kowa-cho, Tokorozawa, Saitama Prefecture. Ini bukan alamat yang kurasa sangat berhubungan denganku. Aku tidak begitu menyukainya. Sebenarnya, aku membencinya. Mungkin aku dulu benar-benar berusaha melupakan alamat itu. Alamat yang kami miliki ketika aku masih sekolah dasar itu berbeda, semuanya kata-kata—desa, kecamatan, kabupaten. Tidak ada angka. Itu semua jalan-jalan-jalan-jalan—sekitar ratusan jalan—yang jauh dari perkotaan. Seibu Corporation belum mulai berkembang di sana sampai aku masuk kelas tiga.

“Anda bilang, Anda membenci ibu dan ayah Anda. Mengapa?” 

Papaku diadopsi ke dalam keluarga mamaku ketika dia menikahinya. Dia lulusan SMA, seorang mekanik mobil. Mamaku adalah putri juragan besar tanah. Dia lulus dari universitas departemen farmasi dari sebuah universitas di Saitama, tetapi begitu jelek sehingga dia masih perawan sampai berumur tiga puluh empat. Papaku memiliki catatan kriminal dan bahkan menghabiskan delapan bulan di penjara karena perkelahian bodoh, tetapi dia tinggi dan wajahnya lumayan. Alasan dia menikahi seorang wanita jelek tujuh tahun lebih tua darinya adalah agar dia bisa memiliki apotek. Jika aku dilahirkan dengan otak mamaku dan penampilan papaku, mungkin aku sekarang tidak akan duduk di sini, melainkan sebaliknya.

Aku ingin mengatakan ini kepada semua orang di Jepang: tolong pikirkan baik-baik sebelum kau memiliki anak, terutama jika kau jelek atau bodoh.

“Pada titik tertentu, orang tua Anda memperluas apotek. Apakah itu ketika Anda mulai membenci mereka?” 

Setelah kereta mulai berjalan di sana dan bangunan apartemen dan kondominium dan rumah-rumah dan taman hiburan dan kantor pos dan ruang pachinko (mesin judi) bermunculan di seluruh penjuru, mamaku merenovasi dan memperbesar toko miliknya. Papaku sering duduk di meja kasir. Mama akan berada di ruang belakang mencampur obat. Kami telah menjual lebih banyak kosmetik dan sabun dan barang-barang daripada obat-obatan. Papaku tidak hanya pemalas, tetapi juga seorang maniak seks, yang tentu saja dia lakukan dengan mamaku. Dia dulu mengambil uang tunai dari mesin kasir dan bermain pachinko atau mabuk di tengah hari atau mengunjungi salon pijat, dan dia sering memukulku. Aku mirip seperti Mama, mungkin itulah sebabnya.

Kamu orang yang sangat istimewa. Itulah yang Mama selalu katakan, tetapi aku tidak bisa melihat hal spesial di dalam diriku. Aku tidak pandai apa pun. Saat SMP aku tidak bisa melakukan sekali chin-up. Aku tidak bisa berenang. Aku rabun jauh. Aku memiliki lebih dari selusin tutor pribadi dan mereka semua berhenti. Aku suka makanan manis, jadi meskipun tubuhku pendek, berat badanku lebih dari seratus kilo. Aku dilahirkan untuk menjadi bahan tertawaan dan dihina, dan Mama malah mengatakan kepadaku bahwa aku istimewa.

Aku merasa kasihan kepada Mama. Dia tahan dengan semua yang papaku lakukan dan tidak pernah mengatakan sepatah kata pun, terus saja mencampur obat sepanjang hari. Aku merasa kasihan kepadanya, tetapi dia terlalu jelek untuk dicintai. Mungkin aku membencinya. Mungkin aku bahkan membencinya lebih daripada Papa. Orang-orang seperti dia yang membuat keadaan menjadi menyedihkan bagi semua orang di sekitarnya, hanya terus-menerus menderita. Jika kau bertanya kepadaku, orang yang menderita sepanjang waktu seharusnya tidak diizinkan untuk hidup. 

“Anda pertama kali berbicara dengan Sakuma Kyoko pada Hari Datangnya Kedewasaan, 15 Januari 1985. Apakah itu benar?”

Sakuma Kyoko adalah seorang wanita yang sudah menikah, berusia tiga puluh dua tahun, yang mengajar menjahit tetapi suka pesta di malam hari dan sering datang ke apotek kami. Aku berumur dua puluh tahun tetapi masih kelas tiga SMA. Aku jarang berangkat ke sekolah. Saat semua orang hanya ingin menghinamu, kau bisa apa? Tapi aku juga tidak pergi ke tempat lain. Aku tidak pergi ke arena seluncur es atau resor ski, atau ke bioskop atau toko buku atau kedai makanan atau kolam renang atau McDonald's atau Kentucky Fried Chicken atau Lotteria atau First Kitchen atau Seiyu Store atau Parco lokal. 

sumber: https://japan-magazine.jnto.go.jp/en/special_parco.html

Aku gendut dan jelek, aku tidak ingin terlihat. Aku tinggal di toko sepanjang hari. Kadang-kadang aku menggantikan posisi ayahku di mesin kasir, kadang-kadang aku menyapu lantai, tetapi hal yang paling kusukai adalah berbicara dengan wanita muda perwakilan pramuniaga dari perusahaan kosmetik seperti Shiseido dan Kanebo. Khususnya yang disebut Mitsuyo-san dari Kosé. Dia dua puluh enam tahun dan sangat lucu, sehingga ketika dia berdiri di sebelah Mama, mereka bahkan tidak terlihat seperti spesies yang sama. Jika Mitsuyo-san adalah bayi koala, Mama adalah Hulk yang Luar Biasa. Mitsuyo-san belum menikah, tetapi orang-orang mengatakan dia terlibat hubungan dengan seseorang yang tidak akan pernah kaupercaya, seorang politisi atau sejenisnya. Dia biasa bercerita tentang restoran tempat mereka memperlakukanmu seperti bangsawan dan menyajikan hidangan yang bahkan belum pernah kudengar, dan suatu hari sebuah Mercedes dengan jendela gelap menjemputnya tepat di depan apotek.


Mitsuyo-san tidak tertarik kepadaku, tentu saja. Dia mengabaikanku, tapi aku tetap menyukainya. Namun, kadang-kadang itu membuatku sedih, memikirkan betapa merasa bahagianya aku hanya berbicara dengannya.

Hari Datangnya Kedewasaan adalah salah satu hari yang menyedihkan. Mitsuyo-san sedang berbicara tentang seks kepada pramuniaga magang yang baru lulus—seorang gadis berumur delapan belas tahun. Mitsuyo-san berkata, “Pasti ada sesuatu yang salah denganmu jika kau menyukainya untuk kedua kalinya—sebab, aku baru saja mulai mendapatkan orgasme yang nyata.” Aku mendengarkan dan menyeringai, dan ketika dia melihat ke arahku, dia pergi. “Hmph, si gendut jorok seperti Noriyuki-kun, aku yakin dia masih perjaka.” Meskipun begitu, aku terus menyengir.

“Benar? Kau masih perjaka, bukan?” katanya.

Si anak magang berpikir ini lucu dan mulai menjerit, Idih, masih perjaka? Ya ampun! 

“Mitsuyo-san,” katanya, “Aku melihat artikel ini di Smile—atau Fresh?—tentang berapa banyak orang gendut dan jelek, mereka berubah menjadi orang mesum, seperti yang suka diikat, idih, atau dicambuk, idih, hal-hal kayak gitu!”

Ketika dia mengatakan ini berulang kali, idih, idih, akhirnya aku berhenti menyeringai. Aku bisa merasakan tubuhku memerah hingga ke telingaku. Itu benar-benar membuatku takut. Bagaimana dia tahu bahwa aku mesum? Aku adalah seseorang yang mereka sebut masokis. Aku terbiasa berpikir tentang Mitsuyo-san menginjak wajahku dengan sepatu hak tinggi.

Kala itulah Sakuma Kyoko masuk. Itu adalah saat yang paling buruk. Mitsuyo-san dan gadis 18 tahun menghampirinya, lalu membuat suara mereka bernada tinggi dan lucu dan mulai menyanjungnya, merayu agar membelikan mereka kosmetik.

sumber gambar: https://advisemystyle.com/blog/2018/05/10/how-to-recognize-upturned-eyes/


Sakuma Kyoko tidak secantik Mitsuyo-san, tapi karena aku sudah terbiasa melihat Mama, jadi dia terlihat lumayan bagiku. Dia memiliki mata yang oleh gadis-gadis itu disebut upturned eyes (mata sipit banget), dan dia memakai lipstik merah cerah, seperti orang Afrika atau apalah. Dia memakai sepatu hak tinggi dan datang ke kasir dengan begitu banyak kosmetik sehingga dia hampir tidak bisa menggenggam semuanya. Cara dia menatapku, matanya seperti berkata, Nak, kau itu sungguh jelek. Tetapi ketika aku melihat kembali kepadanya, aku menjadi ngaceng. Aku punya teori tentang orang mesum, bahwa ada seperti arus listrik yang mengalir di antara mereka saat mereka berjumpa.

Hari itulah aku mulai mencuri uang dari mesin kasir dan menguntit Sakuma Kyoko. Dia berada di antara Mama dan Mitsuyo-san. Aku pikir setiap wanita yang sudah menikah saat berada di tengah-tengah antara orang jelek dan cantik haruslah gila*.

Dia tinggal di sebuah kondominium dekat stasiun. Dia memiliki seorang putra berusia sepuluh tahun dan seorang putri berumur tujuh tahun, dan seorang suami yang bekerja menjual saham dan obligasi. Pada hari Senin, Rabu, dan Jumat, dia akan menemani mereka berangkat di pagi hari, kemudian pergi ke sekolah di gedung stasiun lantai sepuluh untuk mengajar menjahit.

Suatu hari dia berada di rumah dan menjahit. Aku membuat panggilan telepon cabul kepadanya hampir setiap hari, dan aku memotong foto dari majalah S&M (sadomasokis) dan mengirimkannya kepadanya. Aku tidak punya bukti nyata bahwa dia seperti itu, tetapi aku menduga dia menyembunyikannya karena dia malu, sama seperti diriku. 


“Tapi apa yang bisa membuat Anda membayangkan bahwa dia menyukai sadomasokis? Anda mengikutinya selama hampir dua bulan dan tidak melihat apa pun untuk mendukung tuduhanmu itu, bukan? Anda anak yang aneh.”

Aku suka jaksa ini. Dia jujur. Anda anak yang aneh. Itu membuatku senang saat mendengar hal itu. Alasan sebenarnya aku membunuh tiga orang mungkin karena Mama terus memberitahuku semua hal tentang menjadi istimewa. Dia seharusnya memberitahuku bahwa aku aneh. Ada lebih banyak orang aneh di dunia daripada pembunuh.

Ini akan mengacaukanmu ketika seseorang mengatakan kau itu istimewa, dan kau tahu dirimu justru sebaliknya. Kau tidak bisa merasa rileks. Orang tua harus jujur dengan anak-anak mereka. Kamu anak yang aneh, kamu jelek, kamu bodoh. Mereka harus mengatakan yang sebenarnya. Kamu aneh dan jelek dan bodoh, tapi aku juga begitu sewaktu masih seusiamu, ternyata masih ada banyak hal untuk dinikmati dalam hidup, banyak waktu yang baik untuk dimiliki dan selalu diingat. Jika mereka mengatakan hal-hal seperti itu, mungkin anak-anak mereka tidak akan berubah menjadi pembunuh. Jika manusia dapat menghentikan cacar, mereka pun dapat menghentikan anak-anak mereka membunuh orang-orang.

Bersambung....

--


Menerjemahkannya bisa sampai dua jam lebih dan bikin kepala mumet, bacanya mah enggak sampai sepuluh menit. Begini betul pengin belajar menulis pakai metode alih bahasa. Belum tentu bagus pula hasilnya. Kan tahi.

*) Mencari tahu padanan bahasa Indonesia kata kinky ini betul-betul bikin bingung dan pusing. Di kamus artinya keriting atau sangat kusut. Enggak nyambung sama sekali dengan kalimatnya. Kalau di internet: memiliki perilaku seksual yang tidak biasa. Saya pun sempat tanya ke suatu grup, lalu dijawab sama Adi: genit. Tapi kalau dipikir-pikir kurang cocok. Genit ke arah nakal dan mesum begitu, kah? Merasa belum puas, saya pun coba bertanya ke beberapa teman di Twitter. Mereka ternyata bingung juga. Terus saya mengontak Cees Agia (yang mungkin -dan belakangan diketahui- pernah baca cerpennya), dia bilang erotis atau mesum, bahkan sinting. Saya protes sama Agia, kenapa malah sinting, kan enggak cocok? Dia pun menjelaskan bahwa yang samar itu keren. Entah kenapa akhirnya saya pakai diksi gila (dalam urusan seks, tentu saja) daripada sinting. Buat teman-teman yang sudah bersedia menjawab, saya ucapkan terima kasih.

6 Comments

  1. Tak kira awalnya ini anak perempuan, karena suka nyapu. Sungguh hipotesa yang sangat ngawur XD

    Sampai tak baca dua kali biar tau apa alasannya si Pria Gendut ini membunuh, karena di ejek Gendut dan masih perjaka, bukan, sih, Yog?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya belum kelar nerjemahinnya. Haha. Nanti ada lanjutannya, Wis. Simpulkan sendiri aja.

      Delete
  2. Replies
    1. Tadinya mau pakai kata "ereksi", tapi "ngaceng" lebih merakyat. Hahaha.

      Delete
  3. aku prnh baca novel jeoang, ttg pembunuhan juga.di mutalasi, dan pelakunya wanita. kdg2 aku pikir, org jepang ini ajaib :D. muka mereka polos, baik, lembut kebanyakan. tp khayalan mereka kdg ga disangka :D. malah cendrung ekstreme, dan cabul hihihi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Udah gitu, saya perhatikan banyak yang introvert, Mbak. Mereka banyak mikir yang aneh-aneh, makanya bisa seliar itu karyanya. Salah satu kawan saya, Agia, pernah bilang mulai maklum kenapa rasio bunuh diri di Jepang itu tinggi. Ya, karena pikirannya sendiri yang menurut kita di luar batas. Haha.

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.