Bagi kalian
yang udah baca tulisan gue yang Menjadi Pengangguran dan Proses Mencari Kerja,
tentunya tidak asing lagi dengan status gue sekarang: Pengangguran.
Gue cuma mau
curhat lagi aja, karena blog gue ini memang 70% curhatan semua. Temen gue ada
yang pernah bilang, “Yog, nggak tau kenapa, gue kalo baca tulisan lu yang
curhatan itu selalu keren. Padahal itu hanya curhat biasa, tapi lu bisa keren
gitu nulisnya.”
Terus ada yang
bilang gini juga, “Eh, tulisan lu random
abis, ya? Kadang lucu, kadang garing, kadang ada pesan yang bikin gue semangat
dan termotivasi, kadang juga mesum. Bajingan emang lu! Anehnya, gue suka aja
sama ciri khas tulisan lu. Malah gue kadang nunggu tulisan lu yang baru.”
Gue malah baru
tau, kalo curhatan ada yang bilang keren. Hehehe. Gue juga nggak ngerti ada
yang suka sama gaya nulis gue yang masih jelek ( menurut gue ).
Btw, makasih atas penilaiannya itu,
terus kritik dan saran, serta udah nungguin tulisannya. Makasih juga sama temen-temen
yang sering meramaikan kolom komentar di blog gue. Tanpa kalian, gue bukanlah
apa-apa. Sekali lagi, terima kasih. :)
Oke, langsung
aja.
Hidup di
Jakarta itu keras, ya. Nggak di Jakarta doang, sih, mungkin hidup di Indonesia
kayaknya emang keras.
Kenapa gue
bisa bilang begitu?
Karena sampai
saat ini, gue masih menganggur. Di Jakarta, banyak banget jumlah pengangguran yang
berserakan. Gue udah berusaha menaruh lamaran ke sana dan ke situ, tapi tetep
aja sekarang masih nyantai di rumah (dibaca: GAGAL DAPET KERJA ). Kerjaan gue
di rumah cuma makan, tidur, dan boker. Ya, begitu terus berulang-ulang setiap
harinya, kecuali Sabtu dan terkadang Minggu ada jadwal kuliah. Kalau gue nggak
salat juga, mungkin gue udah kayak kebo. Baguslah gue masih inget ibadah, jadi
gue masih ada kegiatan yang bermanfaat. Halah.
Beberapa
psikotes dan interview sudah gue
hadapi, tapi ujung-ujungnya gagal. Kebanyakan perusahaan sekarang menerima
karyawan atau karyawati yang minimal sudah memiliki gelar S1, udah gitu harus
pake pengalaman minimal 1,5 - 2 tahun.
Ini kan taik
banget.
Sekarang gini
deh. Hmm, misalnya ada orang yang berbakat di suatu bidang, tapi karena orang
itu hanyalah lulusan SMK/SMA, dia pun ditolak di sebuah perusahaan yang ia
lamar. Parah kan, ya?
Bisa aja dia
sebenernya mau kuliah, tapi nggak ada dana. Makanya mau cari kerja dulu, biar
dia bisa nabung buat biaya kuliah. Tapi nggak dikasih kesempatan. TAE.
Kalau di luar
negeri sana, orang-orang kreatif bakalan dibiayain. Malah ada yang bilang, kalo
segala jenis pendidikan itu gratis, loh. Asyik, ya?
YA UDEH, KE
LUAR NEGERI SANA!
Gue, sih, masih cinta Indonesia, meskipun banyak
sekali kekurangannya. Halah.
Terus gue juga
bingung, masa kerja sekarang apa-apa butuh pengalaman. Lantas, bagaimana nasib
para fresh graduate? Mereka nggak
punya pengalaman apa-apa. Ya, selama 4 tahun mereka cuma belajar dan belajar di
ruangan. Apa-apa belajar teori, jarang banget ada praktek. Iya, jarang ada
pelajaran yang langsung turun ke lapangan gitu.
Entah, ini
sistemnya kenapa begini.
Oiya, harusnya
kasihlah kesempatan para fresh graduate
itu untuk belajar dan mendapatkan pengalaman. Semua orang pada awalnya nggak
bisa apa-apa gue yakin. Nah, setelah diajarin baru deh mereka bisa. Maka dari
itu, cobalah menghargai orang-orang yang minim pengalaman. Yang penting dia mempunyai
rasa semangat di dalam dirinya. Siapa tau dia juga punya potensi di bidang itu.
Tapi ya
udahlah. Tetep aja sekarang gelar mulu. Huft.
Menurut gue, masalah
kuliah dan gelar itu nggak begitu penting. Pertama, ilmu itu didapat nggak
hanya dari bangku sekolah dan perkuliahan aja. Guru Matematika gue pas SMK pernah
bilang sesuatu kepada gue dan temen-temen. Kalo nggak salah pas kami ingin UN.
Beginilah
kata-katanya.
Kalau pelajaran yang kalian dapatkan di
sekolah itu belum ada apa-apanya. Setelah kalian lulus nanti, kalian akan
bekerja dan langsung turun ke lapangan. Itu lebih sulit dari sekadar belajar rumus-rumus
Matematika yang sekarang kalian anggap sulit ini.
Pelajaran hidup
itu termasuk ilmu, kan? Justru belajar dari pengalaman itu keren. Mengutip dari
buku tulis SIDU, “Pengalaman adalah guru terbaik.” Sebuah pengalaman itu termasuk
sebuah ilmu juga.
Dan satu lagi,
orang yang punya gelar tinggi belum tentu karena dia cerdas. Udah denger berita
tentang ijazah palsu, kan? Gelar tinggi ternyata palsu. HUWAHAHAHA, LO MAKAN
TUH GELAR SARJANA!
Eh, maaf.
Gue emosi.
Lanjut.
Sebenernya gue
waktu itu udah sempet keterima di sebuah perusahaan. Sayangnya, hari Sabtu
harus masuk. Ya, mau nggak mau gue harus ikhlasin. Gue lebih milih kuliah gue.
Tadi kata lu
gelar dan kuliah itu nggak begitu penting?
Tunggu dulu,
biar gue jelasin.
Meskipun
kuliah dan gelar itu nggak begitu penting buat gue, tapi proses perkuliahan dan
mencari gelarnya itu yang penting. Karena kuliah itu juga menambah relasi. Sejak
kuliah, gue jadi punya temen-temen yang asyik dan seru, pernah gue tulis di
SINI. Gue sering jalan-jalan juga sama mereka, baca aja cerita-cerita nggak
serunya di label Perjalanan.
Dan gue belajar
banyak dari kuliah karena jarak yang lumayan jauh dari rumah. Gara-gara kuliah
di tempat jauh, gue rela-relain bangun Subuh terus mandi. Biasanya, gue habis
Subuhan pasti tidur lagi. Oiya, jangan dicontoh yang ini.
Gue jadi lebih
menghargai waktu. Gue rela mengorbankan waktu santai gue. Di mana orang-orang
menikmati weekend dengan jalan-jalan
dan tidur-tiduran. Namun, gue di setiap hari Sabtu dan terkadang Minggu, malah
harus menuntut ilmu. Gue bolak-balik Jakarta—Tangerang hanya demi gelar.
Itulah yang
dinamakan sebuah proses.
Kebanyakan,
manusia sekarang apa-apa ingin yang serba instan. Mau makan, tinggal masak mi
instan. Seharusnya kalian sadar, mi instan itu nggak bisa dibilang instan. Sebab,
ada prosesnya juga. Pertama, kalian pasti berjalan kaki dulu membeli mi itu ke
warung di dekat rumah. Setelah itu, menyalakan kompor dan memasak air. Lalu, mengambil
piring dan membuka bungkus serta bumbu mi instan itu. Terus, memasukan mi ke
air yang mendidih, menunggu mi hingga matang, barulah mi siap disajikan. Begitulah
proses yang terbilang instannya. Tapi biar bagaimanapun itu juga termasuk
proses.
Maka dari itu,
sekarang-sekarang ini, dibuatlah ijazah palsu yang serba instan oleh
manusia-manusia yang tidak menghargai proses. Kalian nggak perlu capek-capek kuliah
selama 4 tahun, itu pun kalau kuliah lancar. Gimana dengan orang-orang yang
pusing dengan skripsi yang tidak selesai-selesai? Pasti 4 tahun lebih kuliahnya.
Jadi, kalian tinggal
membeli ijazah yang seharga 10-20 juta. Terus kalian puas? Puas bisa melamar di
perusahaan yang syaratnya minimal S1?
Kalian itu nggak
mikirin para mahasiswa yang bersusah payah melawan waktu hanya untuk kuliah,
susah payah mencari uang demi biaya kuliah, ya? Apalagi para mahasiswa tingkat
akhir yang bersusah payah mengerjakan skripsi dengan tangannya sendiri. Coba pikir
ke situ.
Hidup itu
bukan seperti sinetron atau FTV, Gaes. Yang menceritakan sisi bahagianya doang.
Misal, awal
cerita ada seorang mahasiswa yang baru daftar kuliah di sebuah kampus. Namun,
mahasiswa itu males-malesan kuliah karena seorang anak orang kaya yang kurang
menghargai sulitnya mencari uang. Kemudian, gara-gara ketemu cewek cantik di
kampus yang baik dan cantik. Mahasiswa itu pun jadi semangat kuliah. Tapi niat
utamanya bukan untuk belajar, malah pacaran. Ujung-ujungnya di akhir cerita,
mahasiswa itu udah lulus kuliah dan menikah sama si cewek. Bagian proses
belajarnya mana? Bagian ngerjain skripsinya juga nggak diceritain?
KAN BANGSAT.
Apa begitu
jalan pikiran kalian? Mau enaknya doang? Ya, nggak masalah sih kalo kalian puas
dengan cara itu.
Mungkin kalian
berpikir, Ah, duit 10-20 juta doang
gapapalah modal di awal. Nanti kerja 2-4 bulan juga dapet 10-20 juta dari gaji
gue. Udah balik modal, deh. Ya, misal gajinya sebulan 5 juta.
Apa merasa puas
dengan hal itu? Tapi kalian tidak mendapat apa-apa. Kalian nggak punya cerita
seru di kampus, kalian nggak akan mendengar cerita-cerita motivasi dari
pengalaman dosen, kalian nggak tau gimana nikmatnya seru-seruan bareng temen
kuliah, kalian nggak punya kisah menjadi anak rantau atau kos-kosan. Intinya, kalian
nggak memiliki itu semua.
Percayalah, jika tolak ukur kebahagiaan
kalian itu bisa dinilai dengan uang, kalian nggak akan pernah bahagia. Sebab,
uang adalah sebuah nilai yang nggak akan ada habisnya.
Jadi, di akhir
tulisan ini, gue hanya ingin mengingatkan, “Sebuah hasil tidak akan pernah mengkhianati
prosesnya.”
Mari kita menikmati
proses!
Ramaikan kolom
komentar gue lagi yaaaa. Terima kasih sudah membaca.
Uang emang ga ngebahagiain, tapi bisa bikin seneng.
ReplyDeleteKalo gagal mulu gimana, bhang? Misal belom berhasil tapi udah keburu meninggal? RT Sebuah hasil tidak akan pernah mengkhianati prosesnya.
Hahaha. Seneng-seneng mulu pikiranmu, Mas.
DeleteSemoga saja sukses di akhirat. :)
kalo meninggalnya pas lagi menuntut ilmu dgn benar, mudah-mudahan itu jihad bang.
Delete:)
DeletePengalaman juga ilmu, itu bener banget bang. Pelajaran yang kita dapet bukan hanya dari sekolah ataupun ruangan lainnya!
ReplyDeleteMisalnya gini, kita jatuh dari sepeda motor, lalu kita akan berusaha supaya gak jatuh lagi. Itu kan pengalaman juga
Hehe, benar sekali, Fif. :)
DeleteAsik banyak pesan moralnya gni tulisannya
ReplyDeleteKalo mau nyari pengalaman nih, mending wirausaha aja deh. Bisnis kecil kecilan gitu, lagian kerja diperusahaan mah sama aja kayak ngewujudin mimpi si bos perusahaan itu bukan mimpi lu. Aih sedap. padahal gue nanti juga kerja jadi karyawan haha
Kayaknya gue lagi bener ini.
DeleteYeh si Dijeh nyuruh jadi pengusaha, malah mau jadi pegawai. XD
engga puas kalau punya sesuatu dengan cara yang bukan hasil kerja kita sendiri
ReplyDeleteHehe, begitulah. :)
DeletePROSES betul banget, dari proses itu kita di tempa, mental kita, otak kita, duit kita, waktu kita. *Hah KITA?
ReplyDeleteMemang bansat orang-orang yang tidak menghargai itu, apa-apa tinggal beli, gak semua hal hal bisa di beli.
Kita-kita. Taee!
DeleteYoi, pengalaman dan kebahagiaan. :))
Ciee kita ciee...
DeleteAzizi + Yoga = KITA
cocuit =D
Tumben ngga konyol nih ceritanya, tapi masih ada sih terselip sedikit kata-kata absurdnya :D
ReplyDeleteKadang suka sebel emang kalau mau ngelamar kerja minimal itu harus S1 atau mempunyai pengalaman dulu, lah orang yang ingin ngelamar ko di tolak terus gimana mau punya pengalaman yaa kalau ngelamar kesana kemari di tolak terus, emang indonesia agak aneh -___-
Kata-kata absurd kayak gimana, ya?
DeleteAh, begitulah, Wid. Harus ada perubahan!
Itu lho nyeleneh kamu di setiap kata-katanya :D
Deletesuka banget dehh sama kata - kata yang terkahirnya :) postingannya keren.. ditunggu post selanjutny kak :D
ReplyDeleteTerima kasih. :)
DeleteOke!
eh buset, kalo bagian skripsinya di tongolin kayaknya kelamaan hehehe. Cuma kasih tau aja yog, di Negri ini hanya beberapa persen yang bisa masuk kerja karena skillnya, selebihnya Menggunakan KERTAS
ReplyDeleteWakakak. Itu FTV ngalahin Tersanjung. XD
DeleteBegitulah, Za. :))
Gimana mau dapat pengalaman kerja, coba. Kalau semua lowongan kerja yang ada mensyaratkan "memiliki pengalamn kerja minimal 1 tahun". Lah yang gak punya pengalaman kerja ini mau dapat pengalaman dari mana? :v
ReplyDelete*bantuin jawab ala perusahaan*
Delete"Magang dulu. Dari kampus biasanya ada kuliah magang beberapa bulan. Trus setelah lulus juga bisa menjadi karyawan/staff magang telebih dulu. Begitu cara dapet pengalaman." :|
Biasanya kalo udah terikat magang, dan baik, akan langsung diangkat jadi karyawan tetap. #KantorGakMauRugi #BayarHargaSetengahStaffMagang #KaloBagus #LangsungAngkat
Dara: huwahaha. Makanya, kan tokhay. Sudahlah, namanya juga hidup di Indonesia.
DeleteHaw: pinter banget, ya. :)) begitulah cara kerja perusahaan.
Oh gitu... Aku baru tahu. Lah tapi kan magang juga udah di akhir-akhir semester kuliah kan ya? Sama aja dong kalo gitu :v
DeleteEh iya, Yog. Kamu gak mau nyoba wirausaha gitu?
Sudah nyoba waktu itu. Ada mimpi jadi pengusaha, kan. :D Lagi nyari modal dulu ini, Dar. :)
DeleteSippp. Semangat semangat semangat buat calon penulis sekaligus calon pengusaha :D
Deletekeren postinganya mas
ReplyDeleteMakasih. :)
Deletedengan uang kita bisa beli segalanya, tapi uang tidak akan pernah bisa membeli kebahagiaan yog -_-
ReplyDeleteExactly~
DeleteWah posisinya sama kaya gw sebulan yang lalu, tapi alhamdulillah gw udah dapet gawean di tokopedia, jadi content developer. Gw saranin daftar di tokopedia aja gan, cek websitenya https://www.tokopedia.com/careers
ReplyDeleteGue masih kuliah. :)
DeleteMakasih infonya, Mas. :D
Memang bener yog, sebuah hasil tidak akan pernah mengkhianati prosesnya, karena semua juga berawal dari tekad .. hehe *gak nyambung yaa*
ReplyDeleteHehe. Kurang paham soal tekad. :/
DeleteUang emang bukan segalanya tapi uang bisa menjaga pasangan ga kabur :D
ReplyDeleteBener banget. Kitanya yang bebas. ._. RT@Melitus: Uang emang bukan segalanya tapi uang bisa menjaga pasangan ga kabur :D
DeleteBebas dari apaan Haw? RT@Bener banget. Kitanya yang bebas. ._.
DeleteAnjir. Ini ngapa bawa-bawa pasangan? :/ pake RT segala. Lu kira Twitter!
Deletepopulasi mahasiswa yang lu ceritain tadi emang banyak berkeliaran. kuliah cuma buat cewek...
ReplyDeletedan, mungkin harus lebih keras lagi yog cari kerjanya. kenapa nggak coba jadi sales dulu? gue banyak denger cerita bagus tentang sales asuransi... :")
atau enggak, nulis naskah terus diselesaikan. seenggaknya... lebih keren profesi penulis daripada pengangguran kalau orang nanya lo kerja apa kan :")
Gue kurang suka bagian asuransi. Hahahaha.
DeleteIni lagi mencoba menulis, Jev. :)
Aku juga sebel yog sama tipe-tipe KKN begitu, mulai dari hal kecil kaya nyontek, sampai ijazah palsulah, nyogok sana-sinilah, dll. Itu ga mikir hala-haram lagi / berkah- ga berkah. ga ngerasa dosa gitu ya?
ReplyDeleteIkhtiar/usaha + doa dengan semaksimal mungkin itu dua kombinasi yang mantap.
Hasilnya serahkan sama Allah aja.
Semangat yog, kita kan punya Tuhan. *kita??? hahaha
Hahaha, kalo nyontek itu alternatif kan, Kak Icha. :p
DeleteHehehe, ah kita? XD
Iya. Makasih sudah mengingatkan. Semangat juga! :)
betul banget mas yoga ngelamar kerja itu sangat sulit kalo harus ada pengalaman kerja atau harus dengan lulusan S1 indonesia memang aneh lah hikhikhik
ReplyDeleteHihihi. Ketawanya serem, Mbak. :p
Deletehehehehe yaaaah ko serem sih mas :D
Deletewah apalagi nanti pasar global dibuka. Makin sulit aja nih cari kerjanya
ReplyDeleteHahaha, santai aja. Rezeki udah diatur, kok. :)
DeleteSebenarnya banyak juga kok perusahaan yg menerima Fresh Graduate, Yog. Cuman ya itu, harus mau usaha juga nyari nya. Namanya juga proses gak ada enaknya. Keep cemangat aja dah ! :))
ReplyDeleteSip, Lam. Mungkin gue kurang maksimal nyarinya. Hehehe. Thankyou! :D
Deleteini yg aku jg ga ngerti dr perusahaan2 di indonesia... nth kenapa mrk sangat mengagung2akn ijazah dan gelar -__-..
ReplyDeleteYog, kalo emg udh tamat, coba kirim ke HSBC gih.. Trima fresh grad kok, tp memang hrs S1 :).. Makanya kalo udh tamat kirim aja.. not badlah benefitnya.. buktinya aku tahan 9 thn kerja di sana ;) hihihii...
ketinggalan, kalo emg mau krm CV nya, DM aku aja... ntr aku ksh tau email HRD nya :) .. kalo di bank mah, jurusan ga ptg... yg ptg itu S1, dan bhs inggris :D.. Krn nasabahnya kbnyakan bule.. tp itu jg trgantung cabang penempatan... kalo di cabang kyk manggadua ato kelapa gading mah, nasabahnya cina2 semua ;p
DeleteKertas aja segitunya ya, Mbak?
DeleteWih, betah amat si Mbak Fanny. :)
Oke, kayaknya gue harus belajar bahasa Inggris ini. :D
Eniwei, makasih ya. :)
Saya setuju memandang tingkat penting pada sebuah prosesnya, untuk gelar hanya sbg bentuk mati dan bukti bahwa yg bersangkutan telah melewati prosesnya tsb.
ReplyDeleteSy masih nganggur jg nih, ijazah dah buluk mungkin dilemari hi...
Wah, kenapa ijazah buluk, Mas? Nggak di-laminating?
Deletekalau gue massuk kuliah w dah kerja jadi kuliah w kelas karyawan
ReplyDeletetpi proses menjadi sarjana sangat sulit dan sakit banget
beda dengan orang yang suka nyogok dan lulus dengan cepat :(
setidaknya kalau udh lulus dan ada yang tawarin/dapat kerjaan lebih baik ambil aja dulu
enak ga enak urusan nanti
karena cari kerja sekarang susah bgt
Hehehe. Gue dulu juga gitu, Bro. :)
DeleteKalo nggak enak ya jangan dipaksain. Sesuatu yang terpaksa nggak akan baik. :)
Emang bener yog, pengalaman adalah guru terbaik :) tanpa pengalaman kita tidak akan pernah tau kehidupan yang sesungguhnya :)
ReplyDeleteAsyik banget komen lu. :D
DeleteYog, baca postinganmu yang ini bikin baper. Padahal gak tentang cinta-cintaan atau galau-galauan gitu. Kampret.
ReplyDeleteAku jadi nyesel kenapa kemaren gak ngurus beasiswa trus kuliah sambil kerja. Aku udah nyerah duluan. Dan sekarang jatohnya tiap hari nyesal mulu. Keinginan buat jadi ayam kampus eeeh buat jadi mahasiswi ketunda terus. Apalagi ngeliat si Nanda yang sekarang jadi mahasiswi karena mau capek-capek ngurus beasiswa, tambah nyesel lah aku.
Tapi aku gak mau nyesel terus sih, Yog, Aku mau berusaha buat nikmatin ini semua. Mungkin kerja adalah proses menuju keinginaku itu, bukan akhir dari keinginanku. Dan bener, hasil itu bukan kayak buaya darat yang mengkhianati pacarnya. Hasil itu selalu setia pada prosesnya.
Huaaa Yog, aku udah habis berapa tissue deh gara-gara ngetik komentar ini :(
Duh, gue bikin baper gimana? Gue kalo nulis emang pake perasaan, sih. :)
DeleteNggak usah disesali, Cha. Buat pelajaran aja. :)
Ngape bawa-bawa buaya darat WOI?!
Ya Allah, gara-gara nulis ini. Gue bikin nangis orang. Bajingan emang lu, Yog!
Salam buat Nanda, Cha~ RT@kicha: Apalagi ngeliat si Nanda yang sekarang jadi mahasiswi karena mau capek-capek ngurus beasiswa...
DeleteYoga: Pokoknya bikin baper aja, Yog. Eh, itu bukan pujian yak. Huahaha.
DeleteKenape, Yog? Emosi banget kaumnya dibawa-bawa.
Memang bajingan kamu, Yog, Tapi kenapa gak bisa jadi playboy? Bisanya disakitin cewek mulu. *Emma Stone sotoy* *ngikutin Renggo yang suka sotoy*
Haw: #HawJomloAkut #HawUsahaCariJodoh #HawNyepikinAdekOrang #HawKirimKirimSalamKayakDiRadio
Nggak tau. Yang jelas lu cengeng! Wakakak.
DeleteYa Allah, siapa yang disakitin cewek, sih? :(
Aku gak cengeng. Cuma suka baper sama lemper! Sialan Yoga :(
DeletePantesan mules, ada yang nyebut2.
DeleteWakakaka. Lemper isi apaan, Cha? Ayam?
DeleteUang memang bukan tolok ukur kebahagiaan, melainkan penyokong kehidupan, Yog.. :3 *sok iyes banget*
ReplyDeleteSemakin kamu berharap, kadang semakin jauh rejeki itu datang. Tetep ikhtiar en doa, pasti ada kerjaan yang dateng. Syemangat yaaa! :D
Hahaha.
DeleteOkeee, makasih Kak Beby. :)
Semangat juga!
Gue juga gak ngerti sama dunia kerja di Indonesia. Yg menomorsatukan gelar daripada skill. Padahal belum tentu yg bergelar tinggi itu punya kemampuan yg layak untuk diterima didunia kerja. Malahan skrg, banyak kok anak2 yg tamatan SMA/SMK yg mash fresh graduate dan punya kemampuan/skill yg bener-bener luar biasa hebat.
ReplyDeleteYang penting terus berusaha aja Yog.
MERDEKA ! -__-
Iya, tapi negara ini kurang mendukung para anak yang berbakat itu. :')
DeleteBerusaha dan berdoa itu pasti, kok. :D
MERDEKA!
Itulah Indonesia Mba, Gelar lebih penting dari pada Skill
DeleteMERDEKA !
setidaknya gak nganggur nganggur amat mas yog. kan masih kuliah.
ReplyDeleteaku nyaranin sih, nyambil buka usaha mas yog, siapa tau bisa berkembang. lumayan dari pada jadi penonton alay. hehe. maap
Hehehe, iya. Tapi tetep aja kuliah gue weekend. Berasa nganggur tetep. Senin-Jumat kerjaannya nyantai. :(
DeleteHmm, modalnya belum ada, Rim.
WEY JANGAN BAHAS ITU LAGI!
Kalo di SMK gitu biasanya pihak sekolah biasanya udah bekerja sama sama perusahaan gitu . . dan alumninya bisa ditampung di perusahaan2 itu sih . . itu konsep SMK gue dulu, jadi walaupun nggak ketrima di perusahaan yang udah "Kerja sama" itu, kalo emang muridnya niat.. . bakal dicariin kerja yang cocok sama si wali kelas . . gitu!!
ReplyDeleteYang penting niat yang lurus duluuu . .
Sebenernya sekolahan gue juga begitu, Ka. Cuma gue udah resign dari yang kerja sama dengan sekolah.
DeleteKurang cocok dan nggak nyaman buat gue kerjaannya. :)
Niat udah, kok. Sekarang lagi berusaha sendiri nih. Doain, yak!
Sabar Yog, mungkin bukan rezekinya kerja disana
ReplyDelete:)
Deleterezeki kaga bakal ketuker :)
ReplyDeletesemangat yog
Makasih! :D
Deletejadi katanya kuliah dan serjana itu ngga penting? Ya elah bro, satu hari aja ngga masuk ngga apa2 kan? titip absen bentar. sayang kan kcalon kerjaannya ilang gitu aja... hhaaaaASEM, gue sotoy lagi
ReplyDeleteHehehe. Masalahnya setiap Sabtu harus wajib masuk, Mas. Kuliah gue di waktu weekend. :))
Deletekebahagian memang ga ternilai dengan uang,
ReplyDeletekan pernah aku denger sabda nabi anak yang soleh itu yang bisa memanfaatkan ilmunya, kalo mikir soal ijasah palsu. toh yang rugi dirinya sendiri ga punya ilmu yang bisa di amalkan
Hehehe, bener sekali, Mbak. Nggak ada ilmu yang bisa diamalkan. :)
DeleteSantay aja, semua indah pada waktunya.
ReplyDeleteKemampuan yg akan menjawab :-D
Yoih!
DeleteHehe. :)
*nangis dan berjanji gak mau jadi pelajar brengsek lagi*
ReplyDeleteSubhanallah.. Tulisan Yoga sampe bikin orang bertaubat. *bantu mengaamiinkan*
DeleteAamiin. :)
DeleteRima waktu abis putus nangis ga? *eh
DeleteNangis dia. :D
DeleteSeseorang pernah bilang sama gua kalo perusahan2an sekarang itu lebih terbuka. Khususnya perusahaan yang bergerak di bidang internet. Mereka menomorsatukan skill dibanding gelar. Jadi, mereka butuh orang yg bisa kerja dan membantu membangun perusahaannya, bukan orang yg cuma modal gelar tapi gak bisa apa2.
ReplyDeleteSaran gua, lu coba aja lamar di perusahaan2 startup di bidang internet. Lu udah pernah kerja, lu punya pengalaman, dan ditambah skrg lu juga kuliah, gua rasa itu udah modal banget. Dan mungkin doa sama usahanya perlu ditingkatin lagi.
SMK? BISA!
CABE-CABEAN? BISA KALI!
Satu lagi, sekarang blog lu udah rame banget! Gua mau komen aja capek nyekrol ke bawahnya. Selamat! :))
DeleteIni bener. Blognya udah rame banget. Sukses teruslah, ya. :))
DeleteTata : Hehehe, gue belum nemu perusahaan yang kayak gitu. Duh, mungkin lu bener, gue perlu ningkatin doa dan usaha. *kemudian nanti tengah malem niat salat Tahajud*
DeleteGue juga kaget, nih. Blog gue bisa rame gini. Hehehe.
Rima : Hey, makasih ya mantan. :D
Semoga blog lu juga bisa serame ini. Semangat! Aamiin, sukses juga. :))
Yoga : Sama-sama ya tan, mantan. :D
DeleteIya, nih, blog makin sepi. Semoga aja bisa serame ini. Oke semangat! Aamiin. :))
Yailah, ini masih sepi, kok. :)
DeleteYang bikin rame ada tukang obat.
Tulisannya bikin speechless, bingung mau komentar apa.
ReplyDeleteIjazah palsu itu udah keterlaluan banget. Banyak orang yang bener-bener dari awal, ngikutin prosesnya, dan pengorbanannya, semuanya. Kan pedih lihat orang yang langsung mau terima jadi gitu aja tanpa mau menikmati prosesnya.
Ya udah. Selamat menikmati proses. Semoga hasilnya berbuah manis.
Semangat!
SMK BISA! \o/
Ah, lebay si Mbak. :p
DeleteHehehehe.
Aamiin. Pasti, sebuah hasil tidak akan mengkhianati proses. :D
Yog kalo masih susah cari kerja, tinggal pasang ADSense aja, blog lo pasti keterima. kan lumayan bisa gajihan tiap bulan
ReplyDeletePembaca baru, ya? Hehehe.
DeleteUdah pernah masang, terus diblokir, Bro. :)
bedanya ijasah palsu sama ijasah asli biasanya dari tingkat kemampuan sama ilmunya saja udah beda, kalo ijasah asli dapet keringet sendiri dan dapet pengalaman baru, kalo ijasah palsu ya ga dapet ilmu apa2
ReplyDeleteHehe, iya. :))
DeleteNggak punya pengalaman apa-apa.
Ka Yoga sebelum bkin postingan ini makannya apa? kok tumben.... ahsudahlah ._.
ReplyDeleteSuka kesel juga sama yang beli belian ijazah segala macem. Emang enak ya yang instan gitu? Yang ada ntar malah keteteran kalo udah ketemu yang diluar kemampuan dia -_-
Karena tanpa proses, hasilnya gak akan sememuaskan yang pake proses :3