Limbo

Aku bertanya kepadamu, ini mimpi atau nyata? 

Kau tidak menjawab pertanyaanku. Aku mengulang pertanyaan itu dengan suara lebih keras dari sebelumnya. Kau begitu datar dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan membuka mulut. Aku kesal sekali diabaikan. Kali ini aku bertanya dengan agak membentak. Kau masih tetap bergeming. Aku pun langsung memukul wajah dan mendorongmu sampai kau terjatuh. Kau masih belum menjawabnya, bahkan wajahmu tidak berekspresi sama sekali. Aku menduduki tubuhmu tepat di bagian dada dan menghajar wajahmu lagi. Kulakukan berulang kali hingga kau mau menjawabnya. 

Namun, kau masih diam saja. Menatapku tajam dan dingin. Tanpa merasakan sedikit pun sakit. Aku pun jadi lelah sendiri dan menghentikan tonjokan itu. Sambil mengatur napas hingga dapat bernapas dengan normal, aku kembali bertanya kepadamu, “Ini mimpi atau nyata?” 



Celakanya, kau masih saja bisu. Jantung memompa darah lebih cepat ke seluruh tubuh dan berkumpul paling banyak di bagian kepala dan kedua tanganku. Lagi-lagi pukulan mendarat di wajahmu berkali-kali sampai kau babak belur. Seraya menghancurkan wajahmu, aku terus menanyakan hal itu kepadamu, ini mimpi atau nyata? 

Kemudian aku tiba-tiba menangis karena merasa hampa. Aku telah menyakiti orang lain. Tapi, aku seakan-akan sedang menyakiti diriku sendiri. Tanganku perih sekali. Dan, yang lebih tidak bisa kupahami, mengapa rongga dadaku terasa sesak? Mungkin sakit yang kuterima justru lebih mengerikan daripada apa yang kulakukan terhadapmu. 

*

Aku baru saja terbangun dari tidur yang singkat. Air mata membasahi bantalku. Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba menangis dan merasakan sesak di dada. Kemudian aku mulai mengingat-ingat kejadian di dalam mimpi barusan sebelum gambaran itu hilang dari kepalaku. 

Sebelum hal mengerikan itu datang, aku awalnya bermimpi sedang menuliskan sebuah cerita untuk diikutkan dalam perlombaan. Sudah berhari-hari aku tidak berhasil menyelesaikannya. Batas waktu perlombaan sudah semakin habis. Tenggat kira-kira tinggal 2 jam lagi. Malangnya, ceritaku masih berhenti di situ-situ saja. 

Karena tidak ingin kalah sebelum bertanding, aku dengan cepat pergi ke dapur dan mengambil pisau. Aku ingin membelah kepalaku sendiri. Bermaksud mengeluarkan kata-kata yang sulit kususun itu, kemudian menaruhnya ke meja makan. Tentu saja agar aku lebih paham jika dapat melihat kata-katanya dan cerita itu pun bisa segera tuntas. Tidak percaya dengan apa yang mau kulakukan itu, sampai akhirnya aku mulai tersadar. Aku belum ingin mati dengan ide sinting tersebut. Padahal, aku tahu kalau itu hanya sebuah mimpi. Tapi aku terlalu takut. Maka, aku telah gagal mengakhiri sebuah kisah.

Selanjutnya, di dalam kepalaku muncul pertanyaan baru. Jika tadi aku benar bermimpi, kenapa aku masih saja takut mati? Padahal kalau aku mati, aku bisa langsung terbangun. Anehnya lagi, kenapa aku masih bisa melanjutkan tangisan dalam keadaan tidak sadar hingga sadar begini? Apa yang membuatku nelangsa seperti ini? 

Kini, aku sedang berusaha mengingat-ingat, kisah apa yang kutulis di alam mimpi tadi sampai-sampai bisa memaksaku menangis. Aku sedih karena gagal menyelesaikannya, atau kisahnya yang terlalu sedih dan aku tidak sanggup menuliskannya? 

Namun, ingatanku benar-benar tidak bisa bekerja di kenyataan. Satu-satunya cara agar pikiran itu kembali adalah dengan tidur dan pergi ke alam mimpi lagi. Entah mengapa, terkadang aku bisa melanjutkan mimpi-mimpi sebelumnya. Tetapi, setelah itu aku menyadari dua hal: 1) aku saat ini apakah benar-benar sudah terbangun dari mimpi?; 2) seandainya sudah, kayaknya aku tidak akan pernah bisa kembali menjadi diriku yang sesungguhnya.

Aku akan selalu terjebak di dunia mimpi sampai cerita itu kelar dibikin. Yang sialnya, dalam mimpi pun aku tidak akan pernah menemukan sebuah akhir. Aku lupa telah menuliskan kalimat apa saja. Susah payah aku berpikir dan memeras otak, tapi jawaban itu masih belum dapat kutemukan. Akhirnya, aku lelah memikirkan semua itu dan mendadak terbangun hingga mengeluarkan air mata. 

Begitu terbangun dari tidur, anehnya aku tampak masih merasa sedang bermimpi. Aku tahu kalau ini mimpi, sebab kulihat waktu berhenti bergerak. Tepat dua jam sebelum batas berakhirnya lomba. Aku bersusah payah untuk bangun lagi, tapi lagi-lagi aku masih bermimpi. Aku tetap tidak bisa keluar dari cerita yang sedang kubuat sendiri ini. Kapan aku bisa menemukan ujungnya? Sampai kapan hal ini selesai?

Pertanyaan terus bertambah, tapi tidak ada satu pun jawaban yang muncul. Pengulangan yang sama terus terjadi. Di dalam mimpi pun aku masih dipecundangi sebegini kejinya. Aku tetap menjadi seseorang yang gagal menyelesaikan ceritanya. Ternyata mimpi tidak bisa menyelamatkanku dari kesedihan dunia. Saking depresinya, aku sudah tidak bisa membedakan mana mimpi dan nyata. Setiap kali aku bangun dari tidur, aku bertanya pada diriku sendiri. Aku ini sebetulnya sedang memulai atau mengakhiri mimpi? 

Rupanya, perbedaan antara mimpi dan nyata sudah tidak ada lagi. Aku mengulangi kegiatan yang itu-itu saja. Ceritaku tidak akan pernah berakhir. Seperti lingkaran setan. Lalu saat aku berusaha untuk menuliskan semua tulisan ini, kau malah datang ke kamarku. Aku sesungguhnya tidak kenal siapa engkau. Kau hanya berdiri di dekat tempatku duduk, menyilangkan tangan di dada, dan memandangiku yang sedang mengetik suatu tulisan entah apa di laptop. Risih karena diperhatikan kala sedang menyusun cerita, aku pun tidak bisa konsentrasi. Padahal, sebelum kau datang aku juga sudah frustrasi, sebab kisah yang sedang kutulis tak akan pernah usai. Walaupun besok adalah hari kiamat. Ketika itulah aku bertanya kepadamu, ini mimpi atau nyata?

Kau tidak menjawab pertanyaanku. Aku mengulang pertanyaan itu dengan suara lebih keras dari sebelumnya. Kau begitu datar dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan membuka mulut. Aku kesal sekali diabaikan. Kali ini aku bertanya dengan agak membentak. Kau masih tetap bergeming. Aku pun langsung memukul wajah dan mendorongmu sampai kau terjatuh. Kau masih belum menjawabnya, bahkan wajahmu tidak berekspresi sama sekali. Aku menduduki tubuhmu tepat di bagian dada dan menghajar wajahmu lagi. Kulakukan berulang kali hingga kau mau menjawabnya. 

Namun, kau masih diam saja. Menatapku tajam dan dingin. Tanpa merasakan sedikit pun sakit. Aku pun jadi lelah sendiri dan menghentikan tonjokan itu. Sambil mengatur napas hingga dapat bernapas dengan normal, aku kembali bertanya kepadamu, “Ini mimpi atau nyata?” 

--

Kamar gelap, Oktober 2017

Gambar saya comot dari Pixabay dan dimodifikasi sedikit.

22 Comments

  1. Ini Inception versi cerpen, kah? Sedikit creepy sih...

    ReplyDelete
  2. Saya pernah ngalami mimpi di dalam mimpi dan sadar klo itu mimpi, pas berusaha bangunpun, bangunnya tetap di dalam mimpi. Saya lalu menceritakan ama temen, dan kata dia "Kamu lagi mikirin apaan sih? Cerita lah. Kamu beberapa hari ini ngerasa tertekan kenapa? Kamu sedang risau dan gatau harus gimana kan? Cerita..." gitu katanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayaknya iya, sih. Orang-orang yang tertekan atau lagi banyak pikiran, mimpinya suka aneh-aneh. Berarti si tokoh itu mesti curhat, ya? Ehe.

      Delete
  3. Melanjutkan mimpi? Aku juga pernah. Nangis dalam mimpi juga pernah. Bermimpi dalam mimpi juga pernah. Bahkan rasanya sadar tapi gak bisa bangun. Katanya itu ketindihan. Tapi ada yang itu kondisi setengah sadar.

    Jadi, lombanya gimana? Jadi ngumpulin ?!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mimpi memang bisa berlanjut gitu. Melanjutkan mimpi sebelumnya. Padahal udah beda hari. Haha. Begitulah, orang-orang nyebutnya ketindihan. Kalo kata dokter sleep paralysis.

      Sepertinya, sih, dia masih terjebak di limbo, Rum. Nggak tahu tuh bisa ngumpulin lombanya atau kagak.

      Delete
  4. Sama kayak bang Firman. Gue ngerasa ini kok rada creepy sih yog?
    Tulisan ini sempat nge-draft sejak 3 bulan lalu hehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, kenyataannya emang serem kalau kamu udah nggak bisa bedain mana nyata dan mana mimpi, Lan. Yap, ini draf lama yang baru ditengok lagi. Haha.

      Delete
  5. ini mimpi atau nyata hihi

    slam kenal

    ReplyDelete
  6. aku skip ke bagian akhir
    aku baca lagi bagian awal
    iya sih mimpi dalam mimpi ini aneh
    kujadi bingung -_-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak aneh, kok. Itu berarti memasuki alam tidur lebih dalam~

      Delete
  7. Aku juga pernah berminpi dalam mimpi gitu, Mas Yog. Bahkan bermimpi apa yang aku inginkan, dalam artian waktu itu ingin membeli sesuatu. Dan terkabul lah apa yang aku inginkan, tapi dalam mimpi. Rasanya senang banget, begitu bangung. Ternyata hanya mimpi.

    Tapi sampe sekarang alhamdulilah udah terwujud dalam keadaan nggak mimpi lagi..he

    Nanggapin komen teh Arum. Tentang ketindihan, aku juga pernah gitu, Mas. Memang rasanya ingin melawan, tapi terasa diri ini tak kuasa ya. Dan aku punya teman, dia sendiri sering banget ketindih gitu, bahkan sampe nginep di tempat temen juga gitu, udah bisa dibilang sering banget gitu.

    Coba nanti kalau tidur, dilanjutin lagi nulisnya, Mas. Lumayan lho kalau menang lomba, kan bisa dimasukin list prestasi dalam dunia perbloggan..hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keinginan terpendam emang suka terbawa mimpi gitu, Mas Andi. Saya sering. Semacam alam bawah sadar juga, kan, supaya bisa cepat merealisasikannya? :)

      Temenmu mengidap kelainan, kah? Kok sering banget gitu? Hm.

      Aamiin. Doakan saya mimpi jadi kenyataan~ :D

      Delete
  8. Saya pernah bermimpi sampai terbawa di nyata mas Yoga
    tapi bisa di bilang saya itu terlalu lelah di dunia nyata jadi sampai terbawa mimpi
    bahkan nafas pun ikut terengah-engah ketika bangun
    badan mulai terasa sakit, keringat bercucuran.

    waktu itu saya bermimpi berjalan di suatu tempat dan tidak pernah tau tujuan kemana
    sampai pada akhirnya saya terpleset dan jatuh lalu terbangun.
    jantung tak berdetak cepat ketika bangun, pkoknya gitu la..

    Tapi kalo soal mengulang lagi setelah terbangun jarang, ada tapi itu sangat jarang. Kadang ceritanya jadi beda.

    BTW itu si ASRI sudah baikan lagi mas Yoga..ini sudah rajin update lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya kalau terlalu lelah biasanya malah kagak mimpi. Ketiduran, nggak inget mimpi apa (mungkin memang nggak mimpi), dan bangun-bangun merasa lebih segar gitu. Ya, beda-beda tiap orang, sih. Cerita bersambung gitu emang termasuk jarang. Haha.

      Asri emang sudah dari bulan lalu saya belikan charger dan kembali nyala.

      Delete
    2. Waah syukur deh, salam sama asri dari lepi saya Seta hahahaha..

      Delete
  9. coba dicubit aja biar sadar, klo masih ragu pukul :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayangnya, tidak semudah itu membedakannya. Pernahkah kamu mengalami mimpi yang terasa betul-betul nyata? Rasa sakit, kan, bisa tetap terasa meskipun lagi mimpi. Lihat kalimat "Tanganku perih sekali". Hm~ :)

      Delete
  10. Gini deh gini,pernah tuh kek gitu. Lagi mimpi dan asyik banget, terus bangun karena dibangunin buat minjem kunci motor, pas tdr lagi, mimpi berlanjut. Pas bangun beneran, jadi mikir, lho kok bisa ya?

    Pas baca ini, berasa normal. Ternyata orang lain juga dapet mimpi kek gitu hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas. Mimpi berlanjut itu bisa terjadi. Biasanya, sih, ketika kita setengah sadar atau nggak lama habis bangun langsung tidur lagi. Itu juga sering membuat orang bingung antara mimpi atau nyata. :)

      Delete
  11. Mimpi di dalam mimpi itu bagaikan bakso di dalam bakso
    Dan bakso di dalam bakso disebut bakso beranak
    Anehnya bakso beranak ini Engga punya jenis kelamin, tapi kok y bisa beranak?

    ReplyDelete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.