Pelacur dan Anjing

Hujan tidak turun malam ini, sebab malaikat sedang terpesona ketika memandangi gerimis yang jatuh dari mata seorang pelacur.

*



Sepulang dari menjual tubuhnya, seorang pelacur bernama Rani melihat seekor anjing di seberang jalan yang meringkuk sambil menjulurkan lidahnya. Anjing itu tampak sekarat dan kehausan. Sekitar 15 menit silam, sebuah mobil menabraknya hingga kakinya patah dan tubuhnya terluka. Sehingga hewan itu sudah tak sanggup lagi berjalan. Lalu Rani tidak tega dan segera menghampirinya. Ia pun duduk di sebelah anjing tersebut, kemudian membelai-belai bulunya yang halus dan berwarna cokelat. Ia mendadak begitu bersedih dan berkata, “Anjing ini mungkin tak berdosa, tapi kenapa Tuhan memberinya derita? Sedangkan aku yang jalang dan hina ini selalu sehat-sehat saja? Kenapa hidup sering tidak adil?”

Setelahnya, perempuan itu mulai mengingat-ingat kenapa dirinya memutuskan hidup sebagai seorang pelacur. Kemiskinan dan keputusasaan ialah salah dua dari sekian banyak alasan yang memaksanya untuk menukar harga diri dengan harta. Awalnya, Rani merasa jijik dengan pilihan hidupnya yang sudah keterlaluan. Namun, kalau ia berhenti dari pekerjaan ini, dari mana lagi ia dapat memperoleh uang?

Ia tak mau lagi dekat-dekat dengan kesusahan. Baginya, meskipun menjadi pelacur itu berdosa, tetapi selalu menawarkan kenikmatan dan kemudahan. Dosa memang begitu manis dan menggoda. Dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun ia semakin terbiasa dengan perbuatan nista. Nuraninya pun semakin tertutup oleh dosa yang menggunung.

Namun malam ini, ketika bertemu dengan seekor anjing yang hampir mati, ia tiba-tiba meratapi segala perbuatannya dan menangis hingga napasnya habis. Beberapa tahun lalu, ia juga pernah menderita sebagaimana anjing yang sekarang ini dibelaskasihani dan ditolongnya. Bedanya, dulu tak ada keluarga, teman, maupun tetangga yang sudi membantunya kala kesulitan.

Lalu secara tidak langsung, ia akhirnya memberi minum anjing itu dengan air mata penyesalan di saat-saat terakhirnya. Anjing yang meminum tangisannya pun langsung sehat seperti sedia kala. Malaikat yang terpesona memperhatikan kejadian itu telah menukar keadaan mereka berdua. Walaupun hidup pelacur itu berakhir, tapi kelak ia diberikan sebuah hadiah: surga.

--

PS: Cerita tentang pelacur yang masuk surga karena menolong anjing ini awalnya saya dengar dari suatu ceramah ketika saya masih SD. Mungkin kamu juga tidak asing dengan kisah ini. Saya mencoba untuk menuliskannya dengan sudut pandang dan gaya saya sendiri. Terlalu pendek memang, ya namanya sebuah keisengan sewaktu bosan menunggu antrean membeli nasi goreng.

Cerpen ini ditulis pada 13 Desember 2017, sedangkan gambar saya pinjam dari Pixabay.

21 Comments

  1. iseng lu aja menarik yog gimana kalau serius ??? hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo serius malah seringnya nggak kelar. Terbebani harus bagus nanti. Hm.

      Delete
  2. Belum pernah denger ceramah begini. Tapi, ceritanya menarik banget buat jadi bahan renungan.

    Lanjutkan!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah banyak yang saya ubah dari versi aslinya, sih.

      Delete
  3. Karena yang kotor sekalipun masih punya hati. Semuanya, cuma masalah situasi.

    Keren banget Bang ! Kaya flash fiction

    ReplyDelete
    Replies
    1. Flash fiction biasanya pakai twist, Jo. Ini biasa saja.

      Delete
  4. dipandang buruk belum tentu juga kan hatinya juga buruk? :)

    ReplyDelete
  5. Eh ini pelacur nya mati pas sama anjing itu ya bang? Kenapa ya?

    Simply namun banyak pelajaran yang bisa diambil.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau dalam kisah aslinya, saya lupa kenapa. Kalau di cerita yang saya bikin ini keadaan mereka berdua, kan, ditukar sama malaikat. Anjing yang udah sekarat jadi sehat lagi, pelacurnya yang gantian sekarat dan terus mati.

      Delete
  6. E baru mau komen "kaya cerita pas pelajaran agama jaman sekolah dulu", malah udah ditulis dibagian "P.S".

    *Asri belom sembuh dari sakaratul mautnya kah, bang?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, saya jelaskan di PS barangkali ada yang belum tahu. :D Sudah nyala laptop saya, Wis. Ini makanya udah bisa publikasi draf-draf selama vakum. Hahaha.

      Delete
  7. Hah? Hidup pelacur itu berakhir? Berarti si Rani itu mati dimakan anjing ya, Yogs?

    Belum pernah denger ceramah itu sih. Makanya bingung dan kaget baca endingnya. Tapi seperti biasa, ini keren~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba baca baik-baik, Cha. Serem amat sampe dimakan. Haha. Itu keadaan mereka berdua, kan, ditukar sama malaikat. Sudah saya jelasin di balesan komentar Afif. :)

      Coba googling tentang cerita ini pasti ketemu, sih. Intinya, kisah aslinya ada pelacur dan anjing yang sama-sama kehausan. Lalu pelacur itu mengambilkan minum di sumur menggunakann kain buat ngiket sepatunya. Anjing itu didahulukan. Belum sempat dia minum buat dirinya sendiri, terus keburu mati apa. Di cerpen ini, saya modifikasi dengan ngasih minumnya lewat tangisan. Wqwq.

      Delete
  8. Kisahnya jadi lebih lunak, lebih tidak menggurui aja kesannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baiknya, begitulah sebuah kisah atau cerita. Penulisnya tidak perlu repot-repot berceramah. Biar pembaca yang memahami pesannya sendiri. :D

      Delete
  9. Kisah ini sering saya dengar dari ustad saya dulu sewaktu ngaji
    namun pelacur itu memberikan sepotong roti

    ReplyDelete
    Replies
    1. Loh, anjingnya kelaparan? Yang saya dengar dulu itu kehausan.

      Delete
  10. Kenapa harus dijelaskan? Ia toh sudah mati. :p

    ReplyDelete
  11. Baru baca.
    Dan aku kayanya emang pernah denger cerita ini deh. Tapi kali ini diceritakan kembali dengan gaya tulisan Yoga Akbar Sulaeman.
    Ntaps!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baru bales. Sulaeman itu adanya di cerpen yang lain wey!

      Delete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.